Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Gargantua

Oleh

image-gnews
Iklan

Seorang Gargantua yang berpuasa pada dasarnya seorang gembul yang tak berubah; hidup, baginya, hanya menunda sebuah jamuan besar. Dalam cerita satire yang ditulis Franois Rabelais di Prancis abad ke-16 itu, Gargantua menunaikan kewajiban agamanya dengan baik, pergi ke gereja, memegang buku doa, dan belajar. Tapi pikirannya mengarah ke dapur.

Setelah mencoba menatap buku sekitar 30 menit, ia kencing sepenuh-penuhnya, lalu duduk di tepi meja makan. Ia memulai santapannya dengan beberapa lusin lipatan ham, lidah sapi yang dikeringkan, cervelas atau sosis yang ditanak, andouille alias daging babi yang diasap dicampur merica dan bawang putih. Kemudian datang saat minum. Botol-botol anggur putih disediakan berbaris, disusul himpunan daging yang membuat perutnya membuncit hampir pecah. Lalu Gargantua mereguk anggurnya. Baginya, minum tak punya akhir dan tak punya aturan. Kalau ada batasnya, itu adalah ketika dasar sepatu pantofelnya "sudah membengkak setengah kaki".

Gargantua, pangeran raksasa itu, telah jadi kata lain dari hasrat yang "tanpa akhir tanpa batas". Saya masih bingung mengapa Rabelais menciptakannya. Rabelais, seorang rohaniwan Katolik yang hidup pada 1494-1553, juga menulis tentang sebuah kehidupan biara yang "anti-biara", di mana para rahib bisa bangun tidur kapan saja mereka suka, dan makan, dan minum, dan bersenang-senangkarena semboyan di sana adalah "lakukan yang Anda maui".

Saya tak tahu pasti apakah dengan itu Rabelais hendak menunjukkan represifnya aturan agama atau ia ingin mengejek orang alim yang sebenarnya tak bisa alim. Yang tercatat, menjelang ia mati, ucapannya merupakan antitesis bagi kegembulan Gargantua yang menelan semua dan mengakumulasikan kenikmatan dalam perut sendiri. "Aku tak punya apa-apa," kata Rabelais di akhir hidupnya. "Aku berutang banyak, dan yang tersisa padaku aku serahkan kepada mereka yang miskin."

Dan sebagaimana ia rela untuk tak punya apa-apa, ia juga tak ingin punya tempat di surga. Konon sebelum ajal ia berpamitan dengan kata-kata, "Aku berangkat mencari Sebuah Mungkin Yang Akbar," un grand peut-tre.

Barangkali ia memang seorang rahib sejati, orang yang memilih hidup asketis atau zuhud sampai dasar, hingga surga pun ia tak ingin rengkuh. Surga, seperti halnya kenikmatan dunia, adalah sebuah "Mungkin", sesuatu yang semestinya tak membuat kita posesif.

Dalam arti yang lebih luas, Rabelais orang yang mengubah diri dengan puasa. Ia melakukan puasa yang paling dasar dan paling ikhlasbukan puasa sebagai dibayangkan seorang Gargantua: sebuah acara tanpa makan yang sebenarnya terkait erat dengan pikiran terus-menerus tentang makan.

Mungkin Rabelais sebenarnya sebuah suara kontra-Gargantua.

Endapan kontra-Gargantuanisme selalu tersimpan dalam ajaran yang terkait dengan yang suci. Ia tersirat dan tersurat dalam teks agama apa pun, atau bahkan dalam keyakinan yang anti-agama. Orang Hindu menemukannya dalam bagian termasyhur Bhagavad Gita, ketika Krishna menjelaskan apa itu sanjasa (orang yang bertindak tanpa hasrat memperoleh harta benda) dan apa itu tyaga (orang yang bertindak tanpa berpamrih akan hasilnya). Kontra-Gargantuanisme juga ditemukan dalam tulisan St. Agustinus di abad ke-4 ketika ia menyebut avaritia sebagai akar segala kekejian, karena avaritia adalah "menghasratkan lebih dari yang sudah cukup". Di abad ke-6 orang Islam mendengar petuah sederhana tapi jelas dari Nabi: "Berhentilah makan sebelum kenyang."

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tapi sejarah juga selalu memberi peluang bagi Gargantua baru: mereka yang tak mau berhenti makan karena mereka tak mau merasa kenyang. Mereka mengakumulasikan apa saja yang bisa dikonsumsi.

Mereka ini "Supersize-Me" dalam segala variasinyabukan hanya yang jadi gembrot karena makan McDonald's terus-menerus seperti yang kita lihat dalam film dokumenter Morgan Spurlock yang terkenal itu. Mereka bukan hanya satu dari orang Amerika yang kantong popcorn-nya makin lama makin besar, orang Amerika yang (menurut website Supersize) secara total makan sejuta ekor hewan dalam satu jam.

Kaum "Supersize-Me" itupara Gargantua baru itujuga tampak memarkir mobil-mobil mewah mereka berjam-jam di Brompton Road, London, mobil-mobil yang mungkin mereka terbangkan dari Jazirah Arab, mobil-mobil yang bersedia membayar denda, karena pemiliknya tak henti-hentinya hendak berbelanja di Harrods. Di mana batas lapar? Di mana batas kenyang, bagi orang-orang Cina dan orang-orang Indonesia yang tak habis-habisnya menelan tas-tas Louis Vuitton dari toko besar di 101 Champs-Elysees, Paris?

Tentu, sejak zaman dulu orang sudah melihat bahwa rakus bisa menghidupkan perekonomian. Tentu, Gargantua tak pernah mati. Ajaran yang mau mengubah manusia melalui puasa tak pernah menang total. Bahkan agama yang mengandung kontra-Gargantuanisme bisa bergerak jadi bagian Gargantuanisme, sebagaimana puasa bisa jadi kesempatan untuk bermewah-mewah dalam hidangan dan sekaligus memaafkan kemewahan.

Mungkin karena kini yang suci tak jelas lagi. Mungkin karena orang telah memerosotkan yang "suci" jadi setara dengan yang "murni". Orang telah lupa bahwa yang "murni" tak pernah ada, sebab di dunia, saling sentuh dengan yang lain selalu terjadi, dan akhirnya juga saling membentuk.

Sebaliknya benda-benda, meskipun tak murni, terasa "suci"meskipun lamat-lamatketika kita tak memperlakukannya seperti halnya Gargantua memperlakukan daging babi yang diasap. Benda-benda itu suci ketika ia jadi bagian dari rasa terima kasih kita: hidup tak sepenuhnya punah oleh kerakusan.

Itu mungkin sebabnya, sebelum mengunyah nasi, orang berdoa.

Goenawan Mohamad

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Wakil Ketua KPK Laporkan Dewas KPK Albertina Ho, Berikut Sejumlah Kontroversi Nurul Ghufron

1 menit lalu

Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron. Antara/Benardy Ferdiansyah
Wakil Ketua KPK Laporkan Dewas KPK Albertina Ho, Berikut Sejumlah Kontroversi Nurul Ghufron

Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron melaporkan anggota Dewas KPK Albertina Ho, mendapat sorotan publik. Berikut sejumlah kontroversi Nurul Ghufron.


Mengenal Jooyoung, Penyanyi Korea yang Akan Konser di Jakarta

6 menit lalu

Jooyoung. FOTO/Instagram/jooyoung
Mengenal Jooyoung, Penyanyi Korea yang Akan Konser di Jakarta

Penyanyi Korea Selatan Jooyoung merilis jadwal tur konser Asia perdananya yang akan berlangsung pada Mei-Juni 2024


Agen Tabung di Cinere Depok Terbakar, Pemilik Tewas

7 menit lalu

Ilustrasi kebakaran. shutterstock
Agen Tabung di Cinere Depok Terbakar, Pemilik Tewas

Diduga terjadi kebocoran gas agen tabung dan air mineral di Gang Melati 1, Cinere, Depok, terbakar Jumat, 26 April 2024.


Puluhan Miliaran Digelapkan Mafia Tanah Bekas ART, Nirina Zubir Ungkap Pernah Mau Dicicil Rp 2 Juta per Bulan

10 menit lalu

Nirina Zubir dalam konferensi film Jatuh Cinta Seperti di Film-film di Jakarta, Selasa, 10 Oktober 2023/Foto: Doc. Poplicist
Puluhan Miliaran Digelapkan Mafia Tanah Bekas ART, Nirina Zubir Ungkap Pernah Mau Dicicil Rp 2 Juta per Bulan

Bekas asisten Cut Indria Marzuki, Riri Khasmita, sempat berkelit telah menggelapkan surat berharga dan harta sebanyak miliaran rupiah dari ibunda Nirina Zubir.


Jokowi Minta Menlu Persiapkan Negosiasi Ketahanan Pangan dengan Vietnam

15 menit lalu

Presiden Joko Widodo melakukan kunjungan kerja di Provinsi Sulawesi Barat pada Selasa, 23 April 2024. Mengawali kegiatannya, Presiden Jokowi meninjau Kantor Gubernur Sulawesi Barat yang sempat hancur saat terjadi gempa pada tahun 2021 lalu. Foto: Rusman - Biro Pers Sekretariat Presiden
Jokowi Minta Menlu Persiapkan Negosiasi Ketahanan Pangan dengan Vietnam

Presiden Jokowi menerima laporan hasil lawatan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi ke Vietnam beberapa hari lalu.


Bertubi-tubi Penghargaan untuk Bobby Nasution, Terakhir Menantu Jokowi Raih Satyalancana dan Tokoh Nasional

16 menit lalu

Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian menyerahkan penghargaan Satyalencana kepada Wali Kota Medan Bobby Nasution dalam acara Peringatan Hari Otonomi Daerah XXVIII  tahun 2024 di Surabaya, Jawa Timur Kamis 25 April 2024. Humas Pemkot Surabaya
Bertubi-tubi Penghargaan untuk Bobby Nasution, Terakhir Menantu Jokowi Raih Satyalancana dan Tokoh Nasional

Wali Kota Medan Bobby Nasution boleh dibilang banjir penghargaan. Menantu Jokowi ini dapat penghargaan Satyalancana baru-baru ini.


Galih Loss Mengaku Buat Konten yang Diduga Menistakan Agama untuk Menghibur

19 menit lalu

Tersangka Galih Loss (tengah) dihadirkan saat keterangan pers pegungkapan kasus penistaan agama atau ujaran kebencian oleh konten kreator Galih Nova Aji di Direktorat Reserse Kriminal (Ditreskrimsus) Polda Metro Jaya, Jakarta, Jumat, 26 April 2024. Tersangka Galih Nova Aji atau pemilik akun sosial media Galih Loss ditahan karena kasus pendistribusian konten vidio yang menyinggung SARA dan menimbulkan rasa kebencian dengan ancaman hukuman 6 tahun penjara. TEMPO/Martin Yogi Pardamean
Galih Loss Mengaku Buat Konten yang Diduga Menistakan Agama untuk Menghibur

Niat itu kini berujung penahanan Galih Loss di Rumah Tahanan (Rutan) Polda Metro Jaya.


Novel Baswedan dan Eks Pegawai KPK Lainnya Laporkan Nurul Ghufron ke Dewas KPK soal Dugaan Pelanggaran Kode Etik

23 menit lalu

Eks Pegawai KPK yang tergabung dalam IM57+ Institute yang diwakili oleh Novel Baswedan, M Praswad Nugraha, dan Yudi Purnomo Harahap melaporkan ke Dewas KPK soal dugaan pelanggaran kode etik Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron atas pelaporannya terhadap Anggota Dewas KPK Albertina Ho, Jumat, 26 April 2024. Tempo/Bagus Pribadi
Novel Baswedan dan Eks Pegawai KPK Lainnya Laporkan Nurul Ghufron ke Dewas KPK soal Dugaan Pelanggaran Kode Etik

Novel Baswedan dkk melaporkan Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron atas dugaan pelanggaran kode etik karena telah melaporkan Anggota Dewas KPK Albertina Ho.


Viral Kasus Bea Masuk Rp 31 Juta Satu Sepatu, Dirjen Bea Cukai: Itu Termasuk Denda Rp 24 Juta

26 menit lalu

Tangkapan layar dari video pendek pengguna TikTok @radhikaalthaf ketika curhat soal bea masuk Rp 31,8 juta yang harus dibayar atas sepatu sepak bola yang dibelinya dari luar negeri (Sumber: TikTok)
Viral Kasus Bea Masuk Rp 31 Juta Satu Sepatu, Dirjen Bea Cukai: Itu Termasuk Denda Rp 24 Juta

Direktur Jenderal Bea dan Cukai Askolani mengatakan kasus pengenaan bea masuk Rp 31 juta untuk satu sepatu sudah sesuai aturan.


Cerita Warga Depok Sering Lihat Pria Tak Dikenal Kunjungi Rumah Polisi Pesta Narkoba

29 menit lalu

Ilustrasi Narkoba atau methylamphetamine. Getty Images
Cerita Warga Depok Sering Lihat Pria Tak Dikenal Kunjungi Rumah Polisi Pesta Narkoba

Cerita penangkapan lima anggota polisi pesta narkoba mulai terendus warga Kampung Palsigunung, Depok, Jawa Barat.