Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

FIFA Plinplan dan Jeruk Makan Jeruk

image-profil

image-gnews
Iklan

Eddi Elison, Pengamat Sepak Bola Nasional

Federasi Internasional Asosiasi Sepak Bola (FIFA) telah mengirim utusannya ke Indonesia pada awal November 2015. Bahkan delegasi yang dipimpin Kohzo Tashima dari Jepang itu sudah mengadakan pembicaraan dengan Presiden Joko Widodo. Presiden pun telah pula menyampaikan masukan tentang kondisi persepakbolaan nasional secara komprehensif. Dari pertemuan tersebut, kemudian disepakati pembentukan Tim Kecil.

Namun permasalahan sepak bola Indonesia sampai saat ini masih saja menggantung. Tidak ada penyelesaian, padahal telah dibahas dalam Sidang Exco FIFA pada awal Desember lalu di Zurich, Swis. Mengapa bisa jadi begitu?

Dari perkembangan tersebut, bisa ditarik kesimpulan bahwa permasalahan persepakbolaan nasional belum dapat diselesaikan akibat dua sebab. Pertama, FIFA dan pemerintah Indonesia sama-sama ingin segera mengkondisikan sepak bola Indonesia kembali normal, namun visi, misi, dan tujuan keduanya berbeda. FIFA, seperti yang dikehendaki Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI), ingin pemerintah segera mencabut pembekuan PSSI agar FIFA membatalkan "banned" terhadap PSSI.

Kedua, pemerintah menginginkan perubahan total PSSI, sehingga harus dilaksanakan Kongres Luar Biasa (KLB) agar dapat melenyapkan praktek permafiaan dalam tubuh sepak bola nasional, seperti pengaturan skor, sepak bola gajah, dan transaksi "wani piro" melalui bisnis gol. Karena itu, klub-klub harus bonafide, sehingga mampu bayar gaji atau honor pemain, perangkat pertandingan, dan pajak. Penghapusan gratifikasi terhadap wasit, yang saat ini bisa dirasakan akibatnya tapi sulit dibuktikan, seperti yang "buang angin" di tengah orang banyak.

Uraian poin pertama, apa yang diinginkan FIFA/PSSI seperti menempatkan posisi FIFA di mata pemerintah sebagai organisasi plinplan. Setelah membentuk Komite Ad-Hoc Reformasi PSSI, FIFA menetapkan pimpinan dan anggota Komite yang "dikuasai" oleh orang PSSI, yakni Agum Gumelar (Ketua), I.G. Manila (Wakil Ketua), dengan anggota Joko Driyono, Mahfuddin Nigara, Tommy Welly, Monica Desideria, Bambang Pamungkas, dan Raja Parlindungan Pane.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Padahal, seperti diumumkan FIFA sebelumnya, Komite Ad-Hoc terdiri atas utusan berbagai lembaga, termasuk pemerintah. Karena nama-nama berasal dari PSSI, jelas yang masuk adalah "orang-orangnya" sendiri, padahal PSSI masih dibekukan pemerintah, sehingga terciptalah sistem "jeruk makan jeruk" ala MKD (Mahkamah Kehormatan Dewan) DPR, bila terjadi sidang.

Keinginan membentuk Komite ini sama sekali tidak disinggung dalam pertemuan dengan Presiden Jokowi, karena saat itu FIFA dan Presiden sepakat membentuk Tim Kecil. Karena itu, sampai saat ini pemerintah tidak bersedia duduk dalam Komite Ad-Hoc, meski Rapat Exco FIFA awal Desember lalu di Zurich mengharuskan pemerintah masuk. Bagaimana FIFA, yang diisi oleh orang-orang yang terlibat skandal korupsi, harus mendikte negara Indonesia yang berdaulat? Kita pantas menduga, dengan dibentuknya Komite Ad-Hoc dan menetapkan orang-orang dipilihnya mayoritas orang PSSI, bukan mustahil FIFA telah "masuk angin".

Uraian poin kedua, terkait dengan reformasi total terhadap persepakbolaan nasional, sebenarnya akan "running well" jika FIFA tidak plinplan. Apalagi setelah pemerintah memenuhi kesepakatan dengan membentuk Tim Kecil yang terdiri atas lima orang: Makarim Wibisono (mantan Dubes RI di PBB), Djoko Susilo (mantan Dubes RI di Swiss), Rita Subowo (mantan Ketua Umum KONI), Gatot Dewa Broto (Deputi V Kementerian Pemuda dan Olahraga), serta Dede Sulaiman (mantan pemain nasional).

Sikap plinplan dan "anggap sepi" terhadap pembentukan Tim Kecil yang dilaksanakan Istana sesuai dengan kesepakatan Presiden dan FIFA pada 2 November 2015 dinilai Djoko Susilo sebagai pelecehan terhadap Presiden Joko Widodo. Wajar jika Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi memutuskan akan menunggu sampai Kongres FIFA pada 26 Februari 2016.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


FIFA Datangi PSSI Terkait dengan KLB, Ini Hasilnya

12 April 2019

Logo PSSI. (pssi.org)
FIFA Datangi PSSI Terkait dengan KLB, Ini Hasilnya

PSSI berkonsultasi dengan Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA) di Jakarta terkait kongres luar biasa (KLB).


KAI Pantau Perjalanan Ratusan Bonek Surabaya-Bandung  

6 Januari 2017

Bonek sebutan suporter Persebaya melakukan parade
KAI Pantau Perjalanan Ratusan Bonek Surabaya-Bandung  

Ratusan anggota Bonek hendak menyampaikan aspirasi saat Kongres PSSI dilaksanakan di Bandung, Ahad, 8 Januari 2017.


PSSI Bahas Nasib Alfred Riedl di Kongres Tahunan Bulan Depan  

28 Desember 2016

Pelatih Alfred Riedl memimpin latihan Tim Nasional Indonesia Senior di Stadion Pakansari, Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, 9 Agustus 2016. Antara)
PSSI Bahas Nasib Alfred Riedl di Kongres Tahunan Bulan Depan  

Dalam kongres tahunan PSSI, selain dilakukan evaluasi terhadap kinerja Riedl, dibahas nasib tujuh klub, termasuk Persebaya Surabaya.


Protes PSSI, Ribuan Bonek Gelar Aksi Parade Bela Persebaya  

26 Desember 2016

Suporter Persebaya Surabaya, Bonek, tiba di Stasiun Senen, Jakarta, 2 Agustus 2016. Mereka juga meminta Persebaya Surabaya disertakan dalam kompetisi resmi pada musim depan. ANTARA/Reno Esnir
Protes PSSI, Ribuan Bonek Gelar Aksi Parade Bela Persebaya  

Andi meminta Ketua Umum PSSI Edy Rahmayadi melihat dan mendengar tuntutan Bonek.


Komite Eksekutif PSSI Terpilih, 4 Orang Bukan dari Kubu 85  

11 November 2016

Peserta kongres pemilik suara memasukkan surat suara pada sesi pemilihan Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) dalam Kongres PSSI di Ancol, Jakarta Utara, 10 November 2016. TEMPO/Dhemas Reviyanto
Komite Eksekutif PSSI Terpilih, 4 Orang Bukan dari Kubu 85  

Edy berencana mengajak 12 anggota Komite Eksekutif PSSI untuk secepatnya bekerja.


Kecewa Kongres PSSI, Ribuan Bonek Tutup Jalan di Surabaya

10 November 2016

Ratusan anggota Bonek berkumpul di Taman Apsari, Surabaya, memprotes PSSI yang dianggap ingkar janji soal status Persebaya, Kamis malam 10 November 2016. (TEMPO/MOHAMMAD SYARRAFAH)
Kecewa Kongres PSSI, Ribuan Bonek Tutup Jalan di Surabaya

Bonek juga menyalakan flare sambil menutup jalan dan membakar tempat sampah dari karet.


Edy Rahmayadi Terpilih Jadi Ketua Umum PSSI, Ini Pesan Kemenpora  

10 November 2016

Calon Ketua Umum PSSI Letjen TNI Edi Rahmayadi  menjawab pertanyaan wartawan sebelum mengikuti kongres PSSI di Jakarta, 10 November 2016. ANTARA FOTO
Edy Rahmayadi Terpilih Jadi Ketua Umum PSSI, Ini Pesan Kemenpora  

Edy Rahmayadi harus segera melakukan konsolidasi internal segera seusai Kongres PSSI.


Save Our Soccer: Negara Gagal Mereformasi PSSI

10 November 2016

Suasana Kantor Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) di areal Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta Selatan, 22 Mei 2015. TEMPO/Dhemas Reviyanto
Save Our Soccer: Negara Gagal Mereformasi PSSI

Menurut Akmal Marhali masih ada upaya-upaya kelompok tertentu untuk membuat kongres PSSI hanya milik kelompok tertentu.


Edy Rahmayadi Resmi Terpilih Jadi Ketua Umum PSSI 2016-2020

10 November 2016

Pangkostrad TNI Letjen Edy Rahmayadi memberi arahan kepada Prajurit Batalion Infantri Para Raider 330 Kostrad saat akan diberangkatkan dalam Satgas Pam (Pengamanan) perbatasan RI-Papua Nugini melalui Dermaga Kolinlamil, Tanjung Priok, Jakarta, 9 Mei 2016. TEMPO/Subekti
Edy Rahmayadi Resmi Terpilih Jadi Ketua Umum PSSI 2016-2020

Edy Rahmayadi mendapatkan 76 suara, mengalahkan Moeldoko yang memperoleh 23 suara.


Pendukung Edy Rahmayadi Masih Solid

9 November 2016

Plt Ketua Umum Persatuan Sepak bola Seluruh Indonesia (PSSI) Hinca Pandjaitan (kedua kiri) saat memimpin Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI 2016 di Hotel Mercure, Ancol, Jakarta Utara, 3 Agustus 2016. Kongres ini menetapkan Hinca Panjaitan sebagai Plt Ketua Umum PSSI hingga KLB pemilihan Ketua Umum pengganti La Nyalla Mattalitti. KLB tersebut resmi ditetapkan akan berlangsung pada 17 Oktober 2016 mendatang. TEMPO/Dhemas Reviyanto
Pendukung Edy Rahmayadi Masih Solid

Ketua Asosiasi Provinsi PSSI DKI Jakarta Gusti Randa menepis adanya rumor bahwa dukungan dari anggota kelompok 85 sudah tak solid lagi.