Virus zika sedang mewabah di Singapura. Hingga Selasa lalu, jumlah pasien di Singapura yang terjangkit virus itu mencapai 82 orang. Beberapa negara, seperti Australia, Korea Selatan, Taiwan, dan Amerika Serikat, mengeluarkan travel warning agar warganya tak berkunjung ke Negeri Singa itu.
Sama seperti virus demam berdarah, zika tersebar melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Gejalanya juga mirip demam berdarah, yakni demam mendadak, ruam kemerahan di kulit, nyeri otot dan sendi, mata merah, pusing, serta lemas. Virus ini berdampak ringan bagi sebagian besar orang, tapi fatal bagi janin. Perempuan hamil yang terinfeksi akan terancam melahirkan bayi dengan kepala kecil atau mengalami mikrosefali, serta kelainan otak lainnya.
Sebagai tetangga dekat Singapura, Indonesia tentu harus waspada. Apalagi saban tahun pergerakan warga Singapura ke Indonesia, atau sebaliknya, sangat besar. Pada 2015, misalnya, jumlah warga Singapura yang berkunjung ke Indonesia mencapai 1,5 juta orangatau rata-rata sekitar 4.000 orang per hari. Sedangkan warga Indonesia yang ke Singapura 2,7 juta orang, atau sekitar 7.500 orang per hari.
Kebijakan pemerintah mengeluarkan travel advisory agar warga Indonesia tak bepergian ke Singapura merupakan langkah taktis dalam upaya pencegahan. Begitu pula dengan surat edaran Kementerian Kesehatan yang meminta seluruh kepala pelabuhan serta kepala dinas kesehatan mewaspadai virus zika di daerah masing-masing. Mereka diperintahkan memantau lebih saksama arus masuk orang dari luar negeri, terutama dari Singapura.
Pengawasan pun dilakukan dengan penyebaran kartu siaga kesehatan (health alert card). Penumpang yang berasal dari daerah kasus zika, seperti Singapura, diminta mengisi lengkap identitas dan menyerahkannya kepada petugas kesehatan. Lalu, pemasangan thermo scanner (pemindai suhu tubuh) di pelabuhan-pelabuhan feri, terutama di Batam, juga merupakan upaya pencegahan yang cukup sigap.
Baca Juga:
Pemerintah semestinya tak hanya mencegah masuknya virus zika dari negara lain, tapi juga mendeteksi penyebaran virus itu di dalam negeri. Sebab, virus zika sudah ditemukan di Jambi tahun lalu. Pasien yang terinfeksi virus zika itu tak pernah ke luar negeri atau daerah lain. Artinya, kita sudah hidup dengan virus itu sejak setahun yang lalu.
Upaya mencegah penyebaran zika juga sama seperti yang dilakukan terhadap demam berdarah, yakni dengan membasmi sarang nyamuk, menguras penyimpanan air, menutup atau mengubur wadah yang bisa menampung air, plus pengasapan atawa fogging. Kita harus terus menjaga kebersihan lingkungan agar jentik nyamuk aedes tidak berkembang biak.
Waspada zika tak bisa ditunda. Jika virus zika telah mewabah, negara juga akan mengeluarkan dana kesehatan yang sangat besar untuk menanggulanginya. Kerugian yang ditanggung tak kalah besar. Salah satu yang akan terkena dampak adalah pariwisata, yang belakangan ini sedang kita galakkan. Jumlah wisatawan yang akan melancong ke Indonesia akan turun setelah negara-negara lain menerapkan travel warning.