Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Urgensi Ketahanan Energi di Desa

image-profil

image-gnews
Iklan

Jaya Wahono, Anggota Masyarakat Pegiat Energi Biomassa Hutan Indonesia

Bank Dunia mengeluarkan laporan soal problem kesenjangan sosial dan ekonomi yang semakin membesar di Indonesia pada Desember 2015. Tingkat kesenjangan di Indonesia ditengarai naik lebih pesat dibanding banyak negara Asia Timur lainnya. Pada 2003-2010, 10 persen penduduk terkaya di Indonesia menikmati pertumbuhan tingkat konsumsi sebesar 6 persen per tahun setelah disesuaikan dengan inflasi. Adapun tingkat konsumsi 40 persen penduduk termiskin tumbuh kurang dari 2 persen per tahun.

Akibat kesenjangan ini, manfaat dari pertumbuhan pembangunan lebih banyak dinikmati oleh 20 persen masyarakat terkaya. Sekitar 80 persen penduduk atau lebih dari 205 juta orang semakin jauh tertinggal, baik dari segi pendapatan maupun kemampuan, untuk berpartisipasi dalam pembangunan nasional.

Menurut World Bank, setidaknya ada tiga implikasi utama akibat kemiskinan akut di Indonesia: (1) Rendahnya pendapatan dan aset untuk memenuhi kebutuhan dasar, seperti makanan, tempat tinggal, pakaian, kesehatan, dan pendidikan; (2) Ketidakmampuan untuk bersuara dan ketiadaan kekuatan di depan institusi negara dan masyarakat; (3) Kerentanan terhadap guncangan ekonomi, bencana alam, dan masalah kesehatan terkait dengan ketidakmampuan menanggulanginya.

Kemudian, mengapa Indonesia, yang relatif damai dibanding negara-negara sub-Sahara Afrika dan penduduknya menikmati stabilitas politik yang relatif lebih baik dibanding negara Asia lainnya, tidak dapat mengatasi kemiskinan dan kesenjangan sosial? Padahal, pemerintah Indonesia selalu berfokus pada pertumbuhan ekonomi yang tinggi untuk mengatasi ketertinggalan.

Tampaknya pembangunan yang menitikberatkan pada laju pertumbuhan tinggi ini justru memperburuk kondisi kesenjangan ekonomi. Awalnya, pembangunan di perkotaan diharapkan dapat memberikan trickle-down effect ke pedesaan. Hasil pembangunan pada kenyataannya tidak dinikmati oleh penduduk miskin di pedesaan.

Persoalan ini semakin buruk dengan adanya kebijakan subsidi BBM dan listrik selama puluhan tahun sejak masa Orde Baru hingga kini, yang tidak pernah tepat sasaran. Subsidi energi ini juga berdampak keterbatasan anggaran negara dalam membangun infrastruktur di daerah-daerah tertinggal. Ketertinggalan masyarakat yang tidak mempunyai akses listrik dan energi modern lainnya semakin terasa.

Tanpa adanya pasokan listrik yang cukup, desa-desa di Indonesia akan sulit menarik investasi ke wilayah mereka. Pemanfaatan program dana desa yang disalurkan pemerintah pusat untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di desa-desa juga tidak akan memberikan dampak yang berkelanjutan bila dunia usaha tidak membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat di sana.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Berdasarkan hasil riset Bank Dunia di atas, jelas terlihat bahwa 40 persen masyarakat termiskin, yang mayoritas tinggal di wilayah pedesaan, harus mendapat perhatian khusus. Tidak ada cara yang lebih cepat, lebih terukur, dan lebih terbukti dampaknya dalam menyokong pertumbuhan ekonomi selain penyediaan listrik yang merata dan andal bagi masyarakat di desa.

Namun, dengan kondisi geografis Indonesia berupa kepulauan dan lokasi desa-desa yang tersebar di 9.000 pulau, akan sangat sulit bagi pembuat kebijakan untuk memberikan layanan listrik bagi masyarakat desa bila masih bergantung pada energi fosil, seperti bahan bakar minyak, gas alam, dan batu bara.

Pemanfaatan energi fosil membutuhkan pembangunan infrastruktur terlebih dulu, dan ketergantungan terhadap intervensi dari luar wilayah desa akan semakin tinggi. Kondisi tersebut akan berakibat semakin tingginya kerentanan desa-desa Indonesia terhadap guncangan ekonomi yang disebabkan oleh fluktuasi harga komoditas dunia, bencana alam, serta dinamika politik lokal dan nasional. Pilihan bagi pembuat kebijakan nasional sangat jelas, yakni desa-desa di Indonesia tidak mungkin terus-menerus dialiri listrik dari energi fosil.

Persoalan yang muncul adalah bagaimana memberikan pasokan listrik yang merata kepada masyarakat pedesaan bila tidak bisa menggunakan cara lama, yakni distribusi pembangkit listrik tenaga diesel berikut bahan bakarnya?

Cara terbaik meningkatkan kesejahteraan suatu daerah adalah bila output ekonomi di daerah tersebut kembali dinikmati oleh masyarakatnya. Penyediaan energi di pedesaan bisa diarahkan agar sumber produksi energi yang mereka konsumsi dihasilkan oleh daerah itu sendiri, sehingga keberlanjutannya terjamin. Data Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa 25-30 persen penduduk Indonesia tinggal di dekat dan di dalam lingkungan hutan yang tersebar di 12-15 ribu desa di seluruh Indonesia.

Karena itu, sudah saatnya pembuat kebijakan di Indonesia, baik di pusat maupun daerah, bersinergi untuk meningkatkan pemberdayaan hutan menjadi sumber energi bagi masyarakat desa di sekitar hutan dan memanfaatkan sumber energi yang tidak merusak lingkungan. Penyediaan energi diprioritaskan untuk memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada produsen lokal tempat energi tersebut dikonsumsi.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Lantik Teguh Prakosa, Pj Gubernur Jateng Singgung Angka Kemiskinan di Kota Solo Selama Dipimpin Gibran

7 hari lalu

Gibran Rakabuming Raka bersama Wali Kota Surakarta Teguh Prakosa (kanan) didampingi Penjabat Gubernur Jawa Tengah Nana Sudjana (kiri) saat pelantikan Wali Kota Solo di Gedung Gradhika Bhakti Praja, kompleks Gubernuran Jawa Tengah, Semarang, Jumat (19/7/2024). ANTARA/Zuhdiar Laeis
Lantik Teguh Prakosa, Pj Gubernur Jateng Singgung Angka Kemiskinan di Kota Solo Selama Dipimpin Gibran

Pj Gubernur Jateng menyinggung angka kemiskinan di Kota Solo selama dipimpin Gibran sebagai Wali Kota Solo. Begini katanya.


Di Forum PBB, Mensos Risma Beberkan Strategi RI Atasi Kemiskinan: Makan Gratis hingga Sewa Rusun Rp 10 Ribu

11 hari lalu

Menteri Sosial Republik Indonesia Tri Rismaharini didampingi Arrmanatha Christiawan Nasir, Duta Besar/Perwakilan Tetap Republik Indonesia untuk PBB di New York dan Doddi M Judanto, Staf Khusus Menteri Sosial, berbicara di di Forum Politik Tingkat Tinggi (High Level Political Forum). Foto : Istimewa
Di Forum PBB, Mensos Risma Beberkan Strategi RI Atasi Kemiskinan: Makan Gratis hingga Sewa Rusun Rp 10 Ribu

Mensos Tri Rismaharini memaparkan capaian pemerintah mengentaskan kemiskinan, dari makan gratis, rumah murah hingga 648 lumbung sosial.


Mensos Risma Bicara di Forum PBB soal Pentingnya Data dan Pemanfaatan Teknologi Atasi Kemiskinan

12 hari lalu

Menteri Sosial Republik Indonesia Tri Rismaharini didampingi Arrmanatha Christiawan Nasir, Duta Besar/Perwakilan Tetap Republik Indonesia untuk PBB di New York dan Doddi M Judanto, Staf Khusus Menteri Sosial, berbicara di di Forum Politik Tingkat Tinggi (High Level Political Forum) yang dilaksanakan oleh: Global Taskforce of Local and Regional Governments (GTF LRG) yang dikoordinasikan bersama Departemen Ekonomi dan Sosial Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDESA) dan didukung oleh UCLG, UN Habitat dan UNDP. Foto: Istimewa
Mensos Risma Bicara di Forum PBB soal Pentingnya Data dan Pemanfaatan Teknologi Atasi Kemiskinan

Mensos Tri Rismaharini atau Risma menekankan pentingnya data yang akurat dan pemanfaatan teknologi dalam program pengentasan kemiskinan di forum PBB


Presiden di Negara Ini Rela Potong Gaji Demi Rakyatnya yang Miskin

16 hari lalu

Presiden Liberia, Joseph Boakai. FOTO/Instagram/josephnyumahboakai
Presiden di Negara Ini Rela Potong Gaji Demi Rakyatnya yang Miskin

Untuk membantu rakyatnya yang miskin, Presiden Liberia rela memangkas hampir separuh gajinya.


BPS Sebut Jumlah Penduduk Miskin Indonesia 25,22 Juta Orang, Berikut 9 Kriteria Penduduk Miskin

22 hari lalu

Warga beraktivitas di kawasan Kebon Melati, Jakarta, Kamis, 17 Februari 2022. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) / Kepala Bappenas Suharso Monoarfa menargetkan penurunan kemiskinan ekstrem mencapai tiga juta penduduk pada tahun 2023 mendatang. ANTARA/Asprilla Dwi Adha
BPS Sebut Jumlah Penduduk Miskin Indonesia 25,22 Juta Orang, Berikut 9 Kriteria Penduduk Miskin

BPS menyebut bahwa saat ini jumlah penduduk miskin 25,22 juta. Berikut 9 kriteria penduduk miskin berdasarkan Keputusan Menteri Sosial.


Penduduk Miskin Indonesia Mencapai 25 Juta Jiwa, Ini Kriteria dan Batasan Garis Kemiskinan

24 hari lalu

Aktivitas warga yang tinggal di pemukiman padat pinggiran kali kawasan Kebon Kacang, Jakarta, Selasa, 30 Mei 2023. Jumlah penduduk miskin ekstrem berkurang dari 5,80 juta jiwa pada bulan Maret 2021 menjadi 5,59 juta jiwa pada bulan Maret 2022. TEMPO/Tony Hartawan
Penduduk Miskin Indonesia Mencapai 25 Juta Jiwa, Ini Kriteria dan Batasan Garis Kemiskinan

BPS sebut penduduk miskin Indonesia mencapai 25,22 juta jiwa. Apa kriteria penduduk miskin dan garis kemiskinan?


25 Juta Penduduk Indonesia Hidup Miskin, BPS: Terbanyak di Jawa dan Sumatera

25 hari lalu

Warga tengah beraktivitas pagi di bantaran rel kereta kawasan Cideng, Jakarta, Rabu 7 Februari 2024. Pemerintah menargetkan angka kemiskinan ekstrem di Indonesia menjadi 0 persen pada 2024, setelah mengalami penurunan 1,12 persen pada 2023. TEMPO/Tony Hartawan
25 Juta Penduduk Indonesia Hidup Miskin, BPS: Terbanyak di Jawa dan Sumatera

BPS Mencatat jumlah penduduk miskin di Indonesia hingga Maret 2024 sebanyak 25,22 juta orang. Jumlah terbanyak di Jawa dan Sumatera.


Anak SD hingga Pengemis jadi Pemain Judi Online, PPATK: Mayoritas Transaksi di Bawah Rp 100 Ribu

40 hari lalu

Ilustrasi judi online. Pixlr Ai
Anak SD hingga Pengemis jadi Pemain Judi Online, PPATK: Mayoritas Transaksi di Bawah Rp 100 Ribu

PPATK mencatat 80 persen pemain judi online melakukan transaksi dengan nominal kecil sekitar Rp 100.000. Pemain dari anak SD, pekerja bahkan pengemis. Pemain judi online rentan terjerat pinjol dan penipuan karena tidak memadainya penghasilan yang legal untuk mendukung dalam berjudi.


Bank Dunia Sebut Kemiskinan di Myanmar Terparah dalam 6 Tahun Terakhir

44 hari lalu

Wanita menunggu kereta usai berbelanja di pasar stasiun kereta api di Yangon, Myanmar, 20 Agustus 2014. REUTERS/Soe Zeya Tun
Bank Dunia Sebut Kemiskinan di Myanmar Terparah dalam 6 Tahun Terakhir

Meningkatnya kekerasan, kekurangan tenaga kerja, dan depresiasi mata uang telah membuat kemiskinan di Myanmar meluas.


Kemiskinan di Myanmar Meluas

44 hari lalu

Seorang petugas penjaga perbatasan Myanmar berjaga di desa Taung Bazar, kota Buthidaung, negara bagian Rakhine utara, Myanmar, 13 Juli 2017. 13 Juli 2017. Lebih dari 80 ribu anak di bawah usia lima tahun menderita kelaparan. REUTERS
Kemiskinan di Myanmar Meluas

Laporan Bank dunia mengungkap mandeknya pertumbuhan ekonomi dan konflik yang mengoyak Myanmar telah membuat kemiskinan meluas