Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Bandul Harga Minyak Dunia

image-profil

image-gnews
Iklan

A. Rinto Pudyantoro, Penulis Buku Dialog: Tanya Jawab Migas

Walau sudah diprediksi, tampaknya harga minyak dunia WTI (West Texas Intermediate) pada awal 2016 yang menembus US$ 30 per barel membuat gundah pelaku bisnis hulu migas. Apalagi International Monetary Fund (IMF) memprediksi harga minyak dunia rata-rata tahun ini hanya US$ 5-20 per barel. Apakah benar harga minyak akan sedemikian rendah, lebih murah dibandingkan air mineral sekalipun?

Harga minyak dunia memang sulit diprediksi karena tidak melulu mengikuti kaidah penetapan harga berdasarkan ongkos ditambah margin. Harga minyak lebih banyak dipengaruhi oleh pasar. Keseimbangan antara pasokan dan permintaan memiliki peran dominan.

Kecenderungan peningkatan pasokan minyak, tapi diikuti oleh penurunan permintaan, akan memaksa harga minyak turun. Proses penurunan harga tersebut dipercayai akan menggerakkan kenaikan jumlah barang yang diminta dan, sebaliknya, menurunkan keinginan penjual untuk menawarkan barangnya.

Proses penyesuaian tersebut akan berhenti di satu titik harga tertentu ketika terjadi keseimbangan antara pasokan dan permintaan. Proses yang sama akan terjadi jika yang terjadi hal sebaliknya. Sesederhana itu teorinya. Namun, harga minyak menjadi tidak sederhana ketika mengidentifikasi berbagai hal yang mempengaruhi pasokan dan permintaan.

Harga minyak terjadi di dua pasar, yaitu pasar spot dan pasar future atau pasar turunan. Pasar spot berarti harga terbentuk bersamaan dengan serah-terima barang. Namun ternyata pasar spot minyak tidak seperti itu. Pasar spot minyak masih mengandung unsur spekulasi yang dipengaruhi oleh ekspektasi penjual dan pembeli. Tidak terlalu berbeda jika dibandingkan dengan pasar turunan. Jual-beli minyak di pasar mana pun tetap saja mengandung unsur spekulasi.

Harga minyak di pasar spot lebih dimaknai kesepakatan harga minyak saat ini untuk delivery atau pengiriman barang beberapa waktu kemudian. Bisa dalam hitungan minggu, satu bulan, dua bulan, atau lebih, bergantung pada kesepakatan. Artinya, ketika penjual dan pembeli hendak bersepakat dengan harga saat ini, pada saat yang sama sejatinya mereka "menyimpan" ekspektasi terhadap harga minyak saat penyerahan nanti.

Sebagai contoh. Anggap saat ini harga minyak satu barel US$ 30. Jika transaksi spot dilakukan saat ini, harga jual-beli yang akan disepakati saat ini tidak harus sebesar US$ 30. Mengapa? Karena minyak tidak akan diserahterimakan sekarang juga.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Berdasarkan pengalaman pada 2015, analis pasar minyak Nick Cunningham menyimpulkan bahwa ekspektasi pelaku bisnis perminyakan dipengaruhi oleh lima faktor utama, yaitu perekonomian Republik Rakyat Cina, pengembangan shale oil di Amerika, elastisitas permintaan minyak, kesepakatan OPEC, dan geopolitik di wilayah Timur Tengah.

Cina adalah negara pengkonsumsi minyak terbesar di dunia setelah Amerika. Lebih dari 12 persen minyak dunia dikonsumsi oleh Cina. Akibatnya, pembentukan harga minyak dunia sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan perekonomian Cina. Penurunan perekonomian Cina pada 2015 menekan sangat kuat harga minyak dunia.

Demikian juga dengan pertumbuhan shale oil (tentu termasuk juga shale gas) di Amerika akan mengancam harga untuk turun. Shale oil adalah metode baru pengambilan hidrokarbon dengan mengekstraksi langsung dari batuan sumber (resources rock). Teknologinya sangat kompleks, namun ditengarai Amerika mampu melakukannya.

Kemudian persoalan elastisitas permintaan. Normalnya, ketika harga minyak ditetapkan pada harga yang relatif rendah, akan direspons dengan kenaikan permintaan minyak. Tapi, seberapa cepat dan seberapa besar kenaikan permintaan minyak tersebut relatif terhadap penurunan harga? Faktanya, pada 2015 jumlah permintaan minyak tidak bergerak naik terlalu cepat dan terlalu banyak ketika harga turun. Salah satu penyebabnya adalah perekonomian global yang tengah lesu.

Faktor berikutnya adalah peran OPEC yang hingga saat ini masih diperhitungkan, karena kartel pengekspor minyak ini masih mendominasi pemenuhan kebutuhan minyak dunia. Paling tidak, 41 persen dari total kebutuhan minyak dunia pada saat ini diproduksi oleh negara-negara anggota OPEC.

Terakhir, terkait dengan isu geopolitik. Kericuhan dan mungkin perang yang terjadi di kawasan Timur Tengah biasanya mendorong kenaikan harga minyak. Tapi rupanya kericuhan saat ini, yang salah satunya berkaitan dengan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), justru berdampak sebaliknya. Arab Saudi rupanya rela menerima harga minyak rendah dengan tetap memutuskan untuk memproduksi minyak berlebih. Tujuannya adalah mengurangi "isi kantong dolar" ISIS. Mereka mengantisipasi bahwa ISIS mengandalkan hasil minyak untuk membiayai "perang".

Untuk memprediksi harga minyak 2016 dapat dilakukan dengan memperkirakan "perilaku" lima faktor tersebut. Mereka yang pesimistis berpendapat bahwa pada 2016 kondisinya tidak akan jauh berbeda dengan tahun lalu, bahkan cenderung lebih buruk. IMF adalah salah satunya. Sedangkan US Energy Information Administration lebih optimistis dan memprediksi harga minyak dunia rata-rata 2016 sebesar US$ 37 per barel.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Harga Minyak Dunia Naik, Sri Mulyani Bisa Tambah Anggaran Subsidi

7 jam lalu

Menteri Keuangan Sri Mulyani TEMPO/Tony Hartawan
Harga Minyak Dunia Naik, Sri Mulyani Bisa Tambah Anggaran Subsidi

Menteri Keuangan Sri Mulyani bisa melakukan penyesuaian anggaran subsidi mengikuti perkembangan lonjakan harga minyak dunia.


Ekskalasi Konflik Iran-Israel Berpotensi Kerek Inflasi, Dimulai dari Harga Minyak

7 hari lalu

Karyawan tengah menghitung uang pecahan 100 ribu rupiah di penukaran valuta asing di Jakarta, Rabu, 28 Februari 2024. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat ditutup melemah ke level Rp15.692 pada perdagangan hari ini. TEMPO/Tony Hartawan
Ekskalasi Konflik Iran-Israel Berpotensi Kerek Inflasi, Dimulai dari Harga Minyak

Senior Fellow CIPS Krisna Gupta mengatakan ekskalasi konflik Iran-Israel bisa berdampak pada inflasi Indonesia.


Konflik Iran-Israel Memanas, Harga Minyak Dunia Nyaris US$ 90 per Barel

7 hari lalu

Ilustrasi Harga Minyak Mentah. REUTERS/Dado Ruvic
Konflik Iran-Israel Memanas, Harga Minyak Dunia Nyaris US$ 90 per Barel

Harga minyak dunia melonjak jadi US$ 89 (Brent) dan US$ 84 (WTI) per barel pada Jumat, 19 April 2024, seiring memanasnya konflik Iran-Israel.


Naik Lagi, Harga Emas Antam Hari Ini Sentuh Rp 1.335.000 per Gram

8 hari lalu

Petugas tengah menunjukkan contoh emas berukuran 1 kilogram di butik Galery24 Salemba, Jakarta, Selasa, 19 Maret 2024. Harga emas 24 karat PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) atau Antam terpantau naik pada perdagangan hari ini menjelang rapat The Fed soal kebijakan suku bunga. TEMPO/Tony Hartawan
Naik Lagi, Harga Emas Antam Hari Ini Sentuh Rp 1.335.000 per Gram

Harga emas Antam per 1 gram hari ini ada pada level Rp 1.335.000. Harga ini naik Rp 14 ribu dibanding perdagangan kemarin.


Analis Sebut Harga Minyak Terus Naik Akibat Konflik Iran-Israel dan Penguatan Dolar

8 hari lalu

Ilustrasi Harga Minyak Mentah. REUTERS/Dado Ruvic
Analis Sebut Harga Minyak Terus Naik Akibat Konflik Iran-Israel dan Penguatan Dolar

Harga minyak dunia cenderung naik gara-gara konflik Iran - Israel dan penguatna dolar AS terhadap sejumlah mata uang dunia.


Harga Minyak Dunia Turun di Perdagangan Awal Pekan, Apa Penyebabnya?

8 Januari 2024

Ilustrasi Harga Minyak Mentah. REUTERS/Dado Ruvic
Harga Minyak Dunia Turun di Perdagangan Awal Pekan, Apa Penyebabnya?

Harga minyak dunia turun dalam perdagangan awal pekan, 8 Januari 2024. Kenaikan harga terjadi karena pemotongan harga yang tajam oleh eksportir utama Arab Saudi dan kenaikan produksi OPEC.


Harga Minyak Dunia Bergejolak, Analis Sebut Ketegangan Geopolitik Terbaru

5 Januari 2024

Ilustrasi Harga Minyak Mentah. REUTERS/Dado Ruvic
Harga Minyak Dunia Bergejolak, Analis Sebut Ketegangan Geopolitik Terbaru

Harga minyak mentah tengah bergejolak hari ini. Apa saja penyebabnya?


Harga Minyak Dunia Jeblok ke USD 70,5 per Barel, Apa Saja Pemicunya?

21 Juni 2023

Ilustrasi kilang minyak dunia. REUTERS/Shannon Stapleton
Harga Minyak Dunia Jeblok ke USD 70,5 per Barel, Apa Saja Pemicunya?

Harga minyak mentah berjangka jeblok pada akhir perdagangan Selasa atau Rabu pagi WIB, 21 Juni 2023. Apa saja faktor pemicunya?


Harga Minyak Dunia dan BBM Nonsubsidi Turun, Bagaimana dengan Harga Pertalite?

7 Juni 2023

Petugas mengganti papan harga SPBU jelang kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di Jakarta, Sabtu 3 September 2022. Presiden Joko Widodo mengumumkan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite dari Rp 7.650 per liter menjadi Rp 10.000 per liter, solar dari Rp 5.150 per liter menjadi Rp 6.800 per liter serta Pertamax dari Rp 12.500 menjadi Rp 14.500 per liter yang mulai berlaku pada Sabtu (3/9/2022) pukul 14.30. ANTARA FOTO/Galih Pradipta
Harga Minyak Dunia dan BBM Nonsubsidi Turun, Bagaimana dengan Harga Pertalite?

Harga minyak dunia terus berfluktuasi, namun belakangan mengalami tren penurunan. Apakah harga Pertalite juga akan diturunkan seperti Pertamax?


Harga Minyak Dunia Naik, Buntut Arab Saudi Pangkas Produksi Mulai Juli Mendatang

6 Juni 2023

Ilustrasi kilang minyak dunia. REUTERS/Shannon Stapleton
Harga Minyak Dunia Naik, Buntut Arab Saudi Pangkas Produksi Mulai Juli Mendatang

Kementerian Arab Saudi menyampaikan akan menurunkan produksi minyak mentah menjadi 9 juta barel per hari pada Juli mendatang.