Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Thukul

Oleh

image-gnews
Iklan

Wiji Thukul adalah sebuah catatan kaki. Dalam kitab besar sejarah Indonesia, politik ataupun sastra, ia bukan sebuah judul atau tokoh di tengah halaman. Ia ada di bawah lembar pagina, mungkin malah di akhir bab, dengan huruf kecil-kecil.

Tapi, seperti tiap catatan kaki, ia mengingatkan kita bahwa ada satu informasi yang penting. Atau ia mengimbuhkan sebuah nota yang layak diperhatikandan menunjukkan bahwa sejilid teks yang "lengkap" sekalipun selalu meninggalkan satu-dua perkara yang masih merundungnya.

Pada saat yang sama, ia juga bagian yang mendapatkan makna karena buku besar itu. Wiji Thukul terpaut dengan sejarah perubahan politik Indonesia menjelang akhir abad ke-20, ketika demokratisasi bergerak lagi melintasi penindasan, kekerasan, bahkan pembunuhan. Dalam arti tertentu, ia ikut mendapatkan kemenangan. Tapi ia pemenang yang tak membawa pialanya ke rumah. Ketika rezim yang dilawannya runtuh, ia hilang. Mungkin ia diculik dan dibunuh, seperti beberapa aktivis prodemokrasi lain, tanpa meninggalkan jejak.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Saya sedih tiap kali mengingat itu. Kami gagal bertemu senja itu di Kedai Tempo di Jalan Utan Kayu 68-H, Jakarta Timur. Thukul, yang berminggu-minggu berhasil disembunyikan di sebuah loteng untuk menghindari penangkapan militer, seakan-akan melanjutkan status kaburnya. Ia mendadak jauh dari jangkauan teman-teman sendiri, ketika kami semua menduga bahwa para pembunuh, setelah Soeharto jatuh, sudah tak punya daya lagi dan mereka yang di bawah tanah bisa bebas ke luar.

Tak adakah happy end bagi orang kerempeng ini? Diakah kelanjutan si bocah cilik yang selamanya kalah dalam "Megatruh Solidaritas"?

akulah bocah cilik kurus itu
yang tak pernah menang bila berkelahi

Tapi bila potret diri dalam sajak ini muram, tak berarti ia kelam. "Megatruh" jauh dari sikap mengasihani diri. Di dalamnya ada kesakitan yang lebih menggores ketimbang kekalahan "aku" si anak sial itu:

...kudengar kabar
seorang kawan kita mati terkapar
mati ditembak mayatnya dibuang
kepalanya koyak
darahnya mengental dalam selokan

Dalam beberapa bait saja, sajak ini berhasil memotret satu ruang dan waktu sosial-politik Indonesia. Ada anak yang menjual gelang emaknya untuk bisa bermain dadu lalu mengais-ngais tempat sampah untuk beroleh beberapa butir kacang. Ada seorang pemuda yang mati ditembak dan ditelantarkan di selokan (entah kenapa).

Agaknya satu ciri sastra Indonesia pasca-kemerdekaan adalah kemiskinan, represi, dan kekerasan politik yang tak cuma sekali muncul dalam puisi. Pada 1961 terbit sajak Agam Wispi, "Matinya Seorang Petani". Karya penyair Lekra yang terkenal ini bercerita tentang petani yang ditembak mati ketika memprotes ketidakadilan di Tanjung Morawa:

dia jatuh
rubuh
satu peluru dalam kepala

ingatannya melayang
didakap siksa
tapi siksa cuma dapat bangkainya

Sajak itu dilarang beredar oleh penguasa militer di awal "Demokrasi Terpimpin". Ironis atau tidak, peristiwa yang mirip terjadi di akhir masa itu, 1966.

Seorang mahasiswa di Jakarta mati terkena peluru tentara ketika ia ikut berdemonstrasi menentang kenaikan harga-harga yang menekan hidup orang sekelas penjual rambutan di tepi jalan. Taufiq Ismail (yang menerbitkan sajaknya dengan nama samaran; ia termasuk sastrawan pendukung "Manifes Kebudayaan" yang diberangus) menulis suasana protes dan berkabung di kampus Salemba saat itu:

Tiga anak kecil
Dalam langkah malu-malu
Datang ke Salemba
Sore itu.

Ini dari kami bertiga
Pita hitam pada karangan bunga
Sebab kami ikut berduka
Bagi kakak yang ditembak mati
Siang tadi

Tak perlu ditegaskan lagi: sajak Thukul, Wispi, dan Taufiq adalah tiga rekaman tentang yang traumatik, tapi berulang, dalam sejarah Indonesia modern. Andai kita tak kenal data biografis masing-masing penyair (yang berada dalam posisi politik yang berbeda, bahkan mungkin bertentangan), kita akan menemukan variasi atas satu thema: kekuatan yang bersenjata membunuh orang yang tak bersenjata, dan kekuasaan dicoba ditegaskan.

Tapi saya rasa Thukul berbeda: ia adalah kepolosannya. Sementara tiga anak kecil dalam sajak Taufiq adalah satu device buat menegaskan kontras yang tajam antara kepolosan dan efektifnya kekuasaan, dalam sajak Thukul si anak dan si polos itu tak cuma datang dari luar. Kekuasaan yang laten dan brutal menyengat langsung tubuhnya.

Mungkin sebab itu sajaknya (tak hanya yang saya kutip ini) terasa longgar, seperti suara anak yang seenaknya dalam ekspresi. Sajak Taufiq menjaga bentuknya dalam imaji-imaji yang minimalis, lugas, deskriptif. Sajak Wispi menata langkahnya ke klimaks dengan ketegangan di tiap baris, ketika dengan pathos yang diam sang pencerita menyatukan diri dengan si korban.

Sajak Thukul lain: ekspresinya yang longgar terasa ketika dibiarkannya dirinya memakai kata Jawa seperti nang ("buyung") dan simbok ("emak"), tak peduli akan pahamkah pembacanya di Fakfak. Ia terbebas dari beban keinginan menampakkan kepiawaian puitik. Mungkin karena ia begitu berkelindan dengan kemelaratan, ia cuekkan keindahan.

Tapi bisakah keindahan dicuekkan di "rumah-rumah miring"? Kthe Kollwitz, perupa sosialis Jerman (1867-1945), hidup dengan kaum buruh yang melata di Berlin. Aneh atau tak aneh, baginya kaum buruh semata-mata "indah". Das Proletariat war fr mich eben Schn.

Tapi "yang indah" memang bisa meluas: semacam tarikan cinta yang misterius, yang membuat sajak-sajak Thukul tak melihat dengan jijik benda-benda penanda kekumuhan di sekitarnya. Itu sebabnya ia, seperti Kollwitz, tak hanya menggoreskan teriak, tapi puisi: suara lirih yang akrab dan tajam di catatan kaki.

Goenawan Mohamad

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Nurul Ghufron Laporkan Anggota Dewan Pengawas KPK Albertina Ho, Ini Tugas Dewas KPK

7 menit lalu

Anggota Dewan Pengawas Komisi Pemberantasan Korupsi (Dewas KPK), Albertina Ho, dan Ketua Dewas KPK, Tumpak Panggabean, membacakan putusan tiga terperiksa kasus pungli rutan KPK atas nama Ristanta, Sofian Hadi, dan Achmad Fauzi di Gedung Dewas KPK, Jakarta Selatan, Rabu, 27 Maret 2024. Ketiga terperiksa mangkir dari persidangan dengan alasan sakit. TEMPO/Han Revanda Putra.
Nurul Ghufron Laporkan Anggota Dewan Pengawas KPK Albertina Ho, Ini Tugas Dewas KPK

Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron melaporkan anggota Dewas KPK Albertina Ho. Berikut tugas dan fungsi Dewas KPK


23 Individu Dapat Penghargaan Hassan Wirajuda Pelindungan WNI Award

8 menit lalu

Kantor Kementerian Luar Negeri RI di Jln. Pejambon, Jakarta. Sumber: Suci Sekar/Tempo
23 Individu Dapat Penghargaan Hassan Wirajuda Pelindungan WNI Award

Sebanyak 23 individu mendapat Hassan Wirajuda Pelindungan WNI Award karena telah berjasa dalam upaya pelindungan WNI


Upaya Kemenkes Atasi Banyaknya Warga Indonesia yang Pilih Berobat ke Luar Negeri

14 menit lalu

Ilustrasi - Ventilator rumah sakit. (ANTARA/Shutterstock/am)
Upaya Kemenkes Atasi Banyaknya Warga Indonesia yang Pilih Berobat ke Luar Negeri

Ada sejumlah persoalan yang membuat banyak warga Indonesia lebih memilih berobat ke luar negeri.


Jadwal Timnas U-23 Indonesia vs Uzbekistan Senin, Simak Catatan Manis Shin Tae-yong di Stadion Abdullah bin Khalifa

19 menit lalu

Pelatih Timnas Indonesia Shin Tae-yong bersama para pemainnya di Piala Asia U-23 2024. Doc. AFC.
Jadwal Timnas U-23 Indonesia vs Uzbekistan Senin, Simak Catatan Manis Shin Tae-yong di Stadion Abdullah bin Khalifa

Timnas U-23 Indonesia vs Uzvekistan di semifinal Piala Asia U-23 2024 akan digelar di Stadion Abdullah bin Khaliffa pada Senin, 29 April 2024.


Menteri AHY Serahkan 300 Sertifikat Gratis untuk Masyarakat Sulawesi Tenggara

28 menit lalu

Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono ditemui di kediaman Calon Presiden Prabowo Subianto, Rumah Kertanegara, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu, 20 Maret 2023. TEMPO/Daniel A. Fajri
Menteri AHY Serahkan 300 Sertifikat Gratis untuk Masyarakat Sulawesi Tenggara

Menteri ATR/Kepala BPN Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY menyerahkan 300 sertifikat tanah secara simbolis untuk masyarakat Sulawesi Tenggara.


Masuk Bursa Cagub Jakarta, Risma: Saya Takut dan Tak Punya Uang

35 menit lalu

Menteri  Sosial Tri Rismaharini  menjadi pembicara pembuka hari kedua Forum Infrastruktur Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD)di Paris Prancis, Rabu  pagi, 10 April 2024. (Sumber: Istimewa)
Masuk Bursa Cagub Jakarta, Risma: Saya Takut dan Tak Punya Uang

PDIP sebelumnya mengusulkan Menteri Sosial Tri Rismaharini hingga Menpan RB Abdullah Azwar Anas sebagai cagub Jakarta.


Kondisi Kolesterol Tahapan Lanjut Bisa Terlihat dari Tanda di Wajah

43 menit lalu

Ilustrasi kolesterol. Shutterstock
Kondisi Kolesterol Tahapan Lanjut Bisa Terlihat dari Tanda di Wajah

Gejala kolesterol tahapan lanjut dapat dilihat secara fisik dan dirasakan tubuh. Antara lain, bisa ditandai dari wajah. Apa saja?


Kincir Angin Ikonik Moulin Rouge Paris Roboh, Pertunjukan Tetap Lanjut

52 menit lalu

Moulin Rogue Paris. Instagram.com/@moulinrougeofficiel
Kincir Angin Ikonik Moulin Rouge Paris Roboh, Pertunjukan Tetap Lanjut

Kincir angin Moulin Rouge telah berputar selama 135 tahun, dan yang pertama menyala saat pembukaan pada 1889


Ragam Jenis Kekayaan Intelektual, Pahami Soal Hak Kekayaan Intelektual atau HAKI

53 menit lalu

Karut-Marut Hak Cipta
Ragam Jenis Kekayaan Intelektual, Pahami Soal Hak Kekayaan Intelektual atau HAKI

Pahami soal Hak Kekayaan Intelektual atau HaKI, sehingga karya cipta Anda bisa terlindungi secara hukum.


Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

58 menit lalu

Juru bicara KPK, Ali Fikri, menghadirkan anggota DPRD Labuhan Batu, Yusrial Suprianto Pasaribu dan pihak swasta Wahyu Ramdhani Siregar, resmi memakai rompi tahanan seusai menjalani pemeriksaan, di gedung Komisi Pemberantasan Korupsi, Jakarta, Jumat, 26 Januari 2024. KPK resmi meningkatkan status perkara ke tahap penyidikan dengan menetapkan dan melakukan penahnan secara paksa selama 20 hari pertama terhadap dua orang tersangka baru Yusrial Suprianto Pasaribu dan Wahyu Ramdhani Siregar terkait Operasi Tangkap Tangan KPK terhadap empat tersangka Bupati Labuhan Batu, Erik A. Ritonga, anggota DPRD Labuhan Batu, Rudi Syahputra Ritonga, dua orang pihak swasta Efendy Sahputra dan Fazar Syahputra, dalam dugaan tindak pidana korupsi berupa pemberian hadiah atau janji terkait proyek pengadaan barang dan jasa dari APBD Tahun 2013 dan Tahun 2014 sebesar Rp.1,4 triliun di lingkungan Pemerintah Kabupatan Labuhan Batu. TEMPO/Imam Sukamto
Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.