MY ONE AND ONLY
Sutradara : Richard Loncraine
Skenario : Charlie Peters
Pemain : Renee Zellweger, Logan Lerman dan Mark Rendall
Sebuah memoir yang disemprot ke layar lebar hampir selalu akan direduksi menjadi cerita yang romantis dan sentimental. Apalagi jika ini keluar dari Hollywood dan diambil dari kisah nyata masa kecil aktor George Hamilton.
Tetapi sutradara Richard Loncraine dan penulis skenario mencoba bertahan pada realita pahit kehidupan Anne Devereaux. Dan mereka berhasil. Dalam film ini, diperankan oleh Renee Zellweger, Anne menemukan suaminya, seorang musisi yang doyan bergonta ganti teman tidur, tengah bergulat dengan salah satu penyanyinya. Anne yang sudah capek dengan tingkah laku Dan (Kevin Bacon) suaminya langsung mengepak baju, menjemput kedua anak lelakinya George (Logan Lerman) dan Robbie (Mark Rendall) dari sekolah. Dia menugaskan George untuk membeli mobil dengan uang tunai yang ada, dan dengan mobil itulah mereka memulai petualangan “mencari suami” dan rumah baru bagi keluarga yang hancur lebur itu.
Film ini kemudian menjadi ramuan antara road-movie (film tentang perjalanan) dan coming-of-age. Dituturkan dari mata seorang lelaki remaja yang kritis dan marah, kita melihat perjalanan mereka bertiga dari Boston, lalu Pittsburg, St.Louis dan berakhir di los Angeles. Pada setiap perhentian, Anne selalu yakin dia akan bertemu dengan calon suami (pada saat itu,dia tak membayangkan dirinya harus bekerja untuk mencari nafkah); selalu memasang fantasi yang romantis hingga dia lupa bahwa di usianya yang sudah mulai menanjak, para lelaki paruh baya (yang kaya raya) lebih tertarik pada gadis muda dan segar. Merasa menjadi korban fantasi sang ibu dan jengkel dengan kehidupan yang tidak stabil, George selalu mengidolakan ayahnya dan bersikeras ingin pulang ke New York untuk menetap dengan sang Ayah. Tarik menarik antara ibu muda yang kesepian dan anak remaja yang sedang tumbuh dan tertarik pada perempuan ini menjadi tema yang digambarkan dengan rasa pahit-manis tanpa tambahan gula-gula Hollywood yang berlebihan.
George, seperti juga remaja pemberontak lainnya yang hanya membaca perpisahan orangtuanya dari permukaan, menemuka realita pahit lainnya. Sang ayah menolak kedatangannya. Dia menyadari, ibunya yang dia hina itu sebetulnya satu-satunya yang mencintainya meski dengan caranya yang unik dan ceroboh. “Kau bahkan tak tahu buku apa yang aku sukai,” George mencemooh ibunya dan memutuskan untuk numpang di rumah bibiknya yang tak mempunyai anak itu. Ketika dia harus berkisah di depan teman-teman sekolahnya tentang pengalaman musim panasnya, “mereka memandangku seolah aku seseorang yang asing, yang aneh,” kata George pada penonton. Dia tiba pada kesadaran, dia harus bersatu kembali dengan ibu dan adiknya.
Perjalanan mereka yang berakhir di Los Angeles adalah nasib yang mempertemukan antara George dan dunia seni peran. Inilah yang membuat George kemudian menjadi George Hamilton yang kemudian kita kenal melalui layar lebar. Renee Zelwegger tampil bersinar. Tetapi yang melejit justru Logan Lerman sebagai George, remaja lelaki yang bersusah payah mencoba mengendalikan kemarahan dan kesunyiannya.
Leila S.Chudori