Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Peta Politik Pilkada Jakarta

image-profil

image-gnews
Iklan

Ikhsan Darmawan
Dosen Departemen Ilmu Politik FISIP UI

Baru saja pada Jumat lalu drama pemilihan kepala daerah (pilkada) DKI Jakarta menyelesaikan salah satu babak yang penting, yaitu pencalonan. Sejak itu, peta politik akhirnya menjadi terang-benderang. Pada injury time, ternyata ada tiga pasangan calon yang diusung oleh tiga poros.

Poros pertama, yang mendaftar paling awal, terdiri atas empat partai, yakni PDIP, Partai Golkar, Partai Hanura, dan Partai NasDem. Poros ini mendukung calon inkumben: Ahok-Djarot.

Poros kedua, yang disebut-sebut sebagai poros Cikeas, terdiri atas Partai Demokrat, PPP, PKB, dan PAN. Yang mengagetkan, calon yang diusung ialah anak Susilo Bambang Yudhoyono, Agus Harimurti, yang dipasangkan dengan Sylviana Murni.

Poros ketiga ialah poros Partai Gerindra dan PKS. Menjelang penutupan pendaftaran, poros ini akhirnya mendaulat Anies Baswedan-Sandiaga Uno sebagai calon yang mereka usung.

Menarik untuk mendiskusikan pasangan calon di luar inkumben. Mengapa Agus Harimurti-Sylviana Murni? Pertama, sulit untuk dielakkan bahwa sosok Agus merupakan bagian dari kepentingan politik keluarga Cikeas. Menyusul adiknya, Ibas, yang lebih dulu terjun di dunia politik praktis, Agus juga tak ketinggalan diikutkan sebagai pelanjut keluarga politik SBY. Adapun Sylviana adalah birokrat yang telah lama berkecimpung di birokrasi DKI Jakarta.

Karena belum pernah diperhitungkan dalam survei-survei sebelumnya, sulit untuk menebak-nebak bagaimana peluang pasangan ini. Apalagi dengan belum adanya pengalaman politik praktis dari keduanya, kemungkinan besar mereka akan sulit bersaing.

Lantas, apa untungnya "berspekulasi" mendorong keduanya maju? Apalagi kedua-duanya harus melepas jabatannya di militer dan pegawai negeri sipil. Dalam jangka panjang, bukan tidak mungkin keduanya dipersiapkan untuk pemilihan-pemilihan umum yang akan datang. Kalaupun tidak berhasil di pilkada Jakarta 2017 yang akan datang, setidaknya keduanya mendapat ekspos dari media nasional selama kurun waktu tertentu. Ekspos media itu menjadi salah satu modal politik untuk bertarung dalam pemilihan umum legislatif 2019.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kedua, karena juga didukung oleh PPP, PKB, dan PAN, pencalonan Agus-Sylviana dapat dilihat sebagai strategi memecah suara pendukung bukan Ahok. Sederhana saja, karena di luar Partai Demokrat, ketiga partai itu adalah partai pendukung Jokowi. Kemenangan inkumben erat kaitannya dengan memuluskan langkah Jokowi dalam pemilihan presiden 2019 nanti. Lagi pula, jika secara terang-terangan berdiri di barisan pendukung Ahok, hal itu akan berdampak pada tergerusnya basis pemilih tradisional ketiga partai tersebut.

Yang tak kalah menarik juga adalah mengapa Anies-Sandiaga? Pertama, figur Anies merupakan antitesis dari Ahok. Pembawaannya yang tenang dan santun akan membuat pemilih yang tidak suka gaya meluap-luap dari Ahok memilih pasangan ini. Apalagi dengan pernah menjadi menteri di kabinet Jokowi, sosok Anies telah memiliki "nilai jual" yang patut diperhitungkan. Adapun Sandiaga adalah pengusaha yang memiliki jejaring bisnis yang luas.

Kedua, kemunculan Anies akan memperluas segmen pemilih pasangan ini. Ceruk pemilih pasangan ini menjadi tidak hanya pemilih Gerindra dan PKS yang memiliki ideologi Islam yang kuat, tapi juga pemilih lain di luar itu.

Ketiga, komposisi keduanya, menurut hasil survei terakhir dari sebuah lembaga survei, dianggap paling sedikit selisihnya dengan persentase elektabilitas inkumben. Dengan sisa waktu yang cukup panjang, bukan hal yang mustahil kandidat ini dapat bersaing ketat dengan inkumben.

Lantas, akan seperti apa dan bagaimana pilkada DKI Jakarta ke depan? Yang jelas, pertarungan selama lima bulan ke depan akan sengit dan tentu saja mengundang rasa penasaran banyak orang. Mengapa demikian? Pertama, tak seperti pilkada di daerah lain, untuk dapat menang di pilkada Jakarta, satu pasangan calon harus meraih minimal 50 persen plus satu. Dengan tiga pasangan kandidat seperti ini, tidak menutup kemungkinan akan terjadi lebih dari satu putaran pemilihan.

Kedua, meski disebut-sebut elektabilitas inkumben selama ini masih lebih tinggi dibanding calon lain, kecenderungan merosotnya raihan persentase elektabilitas Ahok belakangan ini menjadi pertanda bahwa persaingan masih terbuka lebar. Apalagi selama ini Ahok tidak pernah meraih persentase sangat besar (lebih dari 70 persen) secara konsisten seperti halnya Jokowi saat di pilkada Solo dan Risma di pilkada Surabaya. Selain itu, terdapat data masih ada 25,7 persen pemilih yang belum menentukan pilihan.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Di Acara Milenial dan Gen Z, Anies Jawab Soal Tuduhan Politik Identitas Saat Pilkada DKI 2017

27 November 2023

Calon Presiden Anies Baswedan dalam acara Indonesia Millenial and Gen Z Summit 2023 di Senayan Park Jakarta, Jumat, 24 November 2023. TEMPO/Adinda Jasmine
Di Acara Milenial dan Gen Z, Anies Jawab Soal Tuduhan Politik Identitas Saat Pilkada DKI 2017

Anies Baswedan menjawab tuduhan soal penggunaan politik identitas saat Pilkada DKi 2017 pada acara Indonesia Milleninial and Gen-Z Summit 2023.


Anies Ungkit Momen Berutang di Pilkada DKI, Singgung Biaya Politik Mahal

30 September 2023

Bakal Calon Presiden Anies Baswedan usai mengisi acara Idea Fest 2023 di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, Sabtu, 30 September 2023. TEMPO/Bagus Pribadi
Anies Ungkit Momen Berutang di Pilkada DKI, Singgung Biaya Politik Mahal

Anies menuturkan mahalnya biaya kampanye bukan berarti ketika menjadi pejabat harus balik modal


Di Acara Partai Ummat, Anies Baswedan Cerita Diberi Label saat Pilkada DKI 2017

14 Februari 2023

Anies Baswedan menghadiri acara Rapat Kerja Nasional Partai Ummat di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur, Selasa, 14 Februari 2023. TEMPO/Ima Dini Shafira
Di Acara Partai Ummat, Anies Baswedan Cerita Diberi Label saat Pilkada DKI 2017

Anies Baswedan menyebut ada dua pendekatan untuk menciptakan persepsi ini.


Anies Baswedan Buka Suara soal Utang Rp 50 Miliar ke Sandiaga: Sudah Selesai Dulu

11 Februari 2023

Mantan wagub DKI Sandiaga Uno mengucapkan selamat ulang tahun untuk Gubernur DKI Anies Baswedan di akun twitternya. Twitter.com
Anies Baswedan Buka Suara soal Utang Rp 50 Miliar ke Sandiaga: Sudah Selesai Dulu

Anies Baswedan menegaskan tidak ada utang yang hari ini harus dilunasi.


Politikus NasDem Minta Sandiaga Klarifikasi Surat Utang Anies Baswedan

11 Februari 2023

Tampilan yang disebut sebagai Surat utang Anies Baswedan ke Sandiaga Uno. Istimewa
Politikus NasDem Minta Sandiaga Klarifikasi Surat Utang Anies Baswedan

Ada juga poin yang menyatakan jika Anies-Sandi menang, maka Anies Baswedan bebas dari utang tersebut.


Soal Perjanjian Utang dengan Anies Baswedan, Sandiaga: Saya Baca Dulu

6 Februari 2023

Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Sandiaga Uno saat tiba di Sekber Gerindra-PKB di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Senin, 23 Januari 2023. TEMPO/M Julnis Firmansyah
Soal Perjanjian Utang dengan Anies Baswedan, Sandiaga: Saya Baca Dulu

Sandiaga belum mau menanggapi soal utang Anies Baswedan ke dirinya saat Pilkada DKI 2017.


Fadli Zon Buka Suara Soal Perjanjian Anies Baswedan - Sandiaga Uno di Pilkada DKI

6 Februari 2023

Anggota Komisi I DPR dari Fraksi Partai Gerindra Fadli Zon di DPR/MPR RI, Jakarta Selatan, Kamis, 22 September 2022 [Tempo/Eka Yudha Saputra]
Fadli Zon Buka Suara Soal Perjanjian Anies Baswedan - Sandiaga Uno di Pilkada DKI

Fadli Zon mengakui membikin draft perjanjian antara Anies Baswedan dan Sandiaga Uno saat Pilkada DKI 2017. Soal utang, Fadli tak mau bicara.


Pesan Anies Baswedan untuk Kedua Putra Haji Lulung

31 Januari 2022

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan saat menerima gelar tokoh persatuan dan pembangunan dari PPP di DPW PPP, Duren Sawit, Jakarta Timur, Ahad, 30 Januari 2022. TEMPO/M Julnis Firmansyah
Pesan Anies Baswedan untuk Kedua Putra Haji Lulung

Anies Baswedan bercerita tentang dukungan yang diberikan Haji Lulung kepadanya dalam Pilkada DKI 2017.


MUI DKI Bikin Cyber Army, Taufik Gerindra: Buzzer Terus Serang Anies Baswedan

20 November 2021

Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta Mohamad Taufik usai memimpin rapimgab membahas pemilihan wagub DKI di lantai 10 Gedung DPRD, Jakarta Pusat, Senin, 17 Februari 2020. TEMPO/Lani Diana
MUI DKI Bikin Cyber Army, Taufik Gerindra: Buzzer Terus Serang Anies Baswedan

Taufik menyampaikan penyerang ini selalu mengatakan bahwa Anies Baswedan memenangkan Pilkada, karena politik identitas.


Baca Pleidoi Rizieq Shihab Singgung Aksi 212, Ahok, dan Pilkada DKI

20 Mei 2021

Layar televisi di Pengadilan Negeri Jakarta Timur menunujukkan Rizieq Shihab sedang membacakan nota pembelaan atas perkara kerumunan, Kamis, 20 Mei 2021. TEMPO/M Yusuf Manurung
Baca Pleidoi Rizieq Shihab Singgung Aksi 212, Ahok, dan Pilkada DKI

Rizieq Shihab mengklaim perkara yang menjeratnya bukanlah kasus hukum melainkan politik. Ia kemudian berkisah tentang Pilkada DKI.