Aparat penegak hukum mesti mengusut aktor pembuat rusuh unjuk rasa pada Jumat lalu. Ibarat karena nila setitik rusak susu sebelanga, demo yang berlangsung damai dan tertib seusai salat Jumat hingga petang itu ternoda kerusuhan yang dibuat segelintir orang. Pernyataan Presiden bahwa ada pihak-pihak yang memanfaatkan unjuk rasa itu mesti ditanggapi serius oleh pihak keamanan.
Selama berjam-jam, demo di sekitar Istana Negara yang diikuti massa dari berbagai daerah berjalan amat tertib. Tidak terlihat spanduk bernada SARA yang dibawa pengunjuk rasa yang di antaranya banyak terdapat para orang tua dan ibu-ibu anggota pengajian. Massa hanya menuntut digelarnya pengadilan untuk Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, yang dinilai telah menistakan Al-Quran.
Masyarakat, yang semula khawatir demo tersebut bakal berubah rusuh seperti tragedi 1998, menjadi tenang. Pujian kepada pengunjuk rasa yang bisa tertib dan tampak akrab dengan penegak hukum bermunculan di media-media sosial. Sekitar 20 ribu personel gabungan yang diterjunkan menjaga demo tersebut juga tak menampilkan wajah garang. Sampai kemudian kerusuhan itu pecah.
Tercatat tiga kendaraan aparat keamanan terbakar dan lebih dari seratus petugas luka-luka terkena lemparan batu. Dari rekaman yang beredar, keributan dimulai dari titik kumpul massa Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Massa terlihat beringas menyerang polisi dengan bambu, botol, dan batu. Aparat yang semula tenang menghadapi demo berbalik mengejar dan membubarkan para pengunjuk rasa.
Tindakan anarkistis itu kemudian menjalar ke daerah Penjaringan, Jakarta Barat. Malam itu, selain berunjuk rasa, massa menjarah sejumlah toko. Kita puji aparat TNI dan kepolisian yang kemudian sigap mengatasi kerusuhan itu. Tak terbayangkan jika kerusuhan ini tak bisa diatasi dan kemudian menular ke tempat-tempat lainnya.
HMI sudah menyatakan pelaku kerusuhan bukan massa mereka. Pernyataan tersebut makin menguatkan apa yang dinyatakan Presiden bahwa ada aktor yang memang menginginkan terjadi kerusuhan pada demo Jumat itu. Hingga kini polisi belum menetapkan tersangka kerusuhan di sekitar Istana. Polisi baru menetapkan sebelas tersangka pelaku penjarahan terhadap sejumlah toko di Penjaringan.
Kepolisian harus segera mengusut otak pembuat rusuh demo ini. Untuk mengidentifikasi pelakunya tak sulit. Kepolisian bisa menggunakan foto atau video, misalnya milik jurnalis, yang merekam detik-detik kerusuhan tersebutselain menggunakan dokumentasi polisi sendiri. Setelah itu, bisa dilacak: atas permintaan siapa mereka bertindak rusuh.
Kita tak ingin demo, sebagai hak demokrasi warga, ditunggangi pihak-pihak tertentu dengan keinginan yang justru tak sesuai dengan maksud demo tersebut. Sesuai dengan tujuannya, unjuk rasa kemarin untuk menunjukkan sikap terhadap pernyataan Ahok, bukan menggulingkan pemerintahan yang sah. Karena itu, aparat kepolisian, bekerja sama dengan aparat keamanan lainnya, harus membongkar siapa aktor yang menodai demo damai Jumat lalu itu.