Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Ganyang!

Oleh

image-gnews
Iklan

1965 -- sebelum cerita pembantaian, pembrangusan, pengasingan, permusuhan, ada sesuatu yang acapkali dilupakan: bahasa. Bahasa yang mempermudah semua itu terjadi. Bahasa yang tumbuh sejak 1958, sejak Indonesia diperintah dengan "Demokrasi Terpimpin" dan semangat "revolusioner" dikobarkan kembali dan mobilisasi massa berlangsung terus menerus. Bahasa yang dibangun dengan statemen-statemen gagah, menghardik, dalam pidato, slogan, poster, indoktrinasi, brifing: "ganyang!", "kremus!", "retool!", "babat!" Bahasa yang menetapkan siapa kawan dan siapa lawan, dan memberinya makna yang mengeras, bahkan mutlak.

Bahasa dan kekerasan. Sering dianggap keduanya terpisah. Walter Benjamin, misalnya, percaya ada satu wilayah yang "sepenuhnya tak terjangkau oleh kekerasan" -- yakni wilayah "pemahaman", Versta?ndigung. Dengan kata lain, bahasa.

Tapi ia lupa: bahasa bisa memaksa. Bahasa itu sendiri mengandung sejenis kekerasan, malah sebelum tatabahasa dan kamus membatasi. Sejak mula, kata dan lafalnya datang mengepung kita dari timangan ibu, percakapan bapak, suara di jalan, aturan sekolah, aturan Negara, ajaran agama, pengaruh media massa -- yang tanpa disadari merasuk ke dalam diri kita dan keluar lagi seakan-akan produk kita sendiri.

Betapa banyaknya ungkapan klise yang kita dengar dan pakai tiap hari. Pada saat yang sama, betapa tak mudahnya mengungkapkan perasaan kita yang terdalam dengan cara ekspresif tapi sekaligus komunikatif, agar mencapai orang lain.

Mungkin itu yang menyebabkan Lacan tak menyebut bahasa sebagai produk je parle ("aku bicara"), melainkan a parle ("itu bicara"). "Aku" seakan-akan tak penting dalam berbahasa. "Aku" setengah tenggelam dalam bahasa, jadi "itu", ketika makna kalimat muncul dalam wujud yang dibentuk orang lain, orang ramai, terus menerus, bertahun-tahun.

Saya katakan "setengah tenggelam" karena sebenarnya tetap ada sebuah "aku", sebuah subyek, yang dengan terbata-bata ingin mengatakan sesuatu yang sama sekali baru. Tapi ia selamanya tak berhasil penuh -- dan jika ia berada dalam kurungan kekuasaan yang mengontrol bahasa, ia akan gagal.

Kita tentu saja akan ingat novel George Orwell yang jadi karya klasik: 1984 (yang dulu pernah diterjemahkan dengan bagus oleh Barus Siregar). Tak ada karya sastra lain yang mampu menandinginya dalam melukiskan sebuah kurungan kekuasaan di mana bahasa terkait erat dengan kekerasan.

Mungkin karena 1984 adalah sebuah fiksi yang hiperbolik. Novel ini dengan berlebihan melukiskan Inggris yang berubah jadi "Oceania" yang totaliter. Rakyat diawasi tiap saat oleh sang penguasa yang tak pernah muncul tapi terus menerus disebut "Big Brother." Bersama dengan itu, mereka ditenggelamkan ke dalam bahasa yang sengaja dibangun untuk membuat mereka menyerah.

Bahasa itu disebut "basabaru" (newspeak). Ia disusun oleh kata-kata bentukan baru dan pengertian yang lama dirombak: "Perang" berarti "Damai", "Kemerdekaan" adalah Perbudakan". Akronim pun dikembang-biakkan, agar kata mudah dihafal dengan bunyi yang bisa efektif tanpa perlu dianalisa.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Basabaru" itu dikumandangkan lewat layar televisi besar di seluruh negeri, disusun dalam kamus, dan dipakai koran Partai. Rakyat, birokrat dan anggota Partai harus memakainya -- dengan segala klise dan slogan-slogannya -- seraya menyiapkan punahnya bahasa lama. Semua orang jadi beo massal, bukan lagi subyek yang bicara. a parle.

Di tengah itu, Winston Smith diam-diam mencoba mempertahankan je parle. Ia tak ingin terseret ke dalam sebuah bahasa yang, seperti dikatakan temannya, Syme, kamusnya makin lama makin tipis. Sinonim ditiadakan. Tiap pengertian hanya diwakili satu kata. Tak boleh ada variasi. "Tidakkah kau lihat bahwa seluruh tujuan basabaru adalah untuk mempersempit jangkauan pikiran?", kata Syme.

Pikiran: itulah kejahatan. Di bawah kekuasaan yang totaliter itu -- yang mengingatkan orang akan Jerman di bawah Hitler, Rusia di bawah Stalin, Cina di bawah Mao dan Korea di bawah Kim -- bahasa telah jadi teknologi pengkerdilan manusia.

Tapi bahasa tak berdiri sendiri. Ia bagian dari kehidupan yang dibangun para penguasa -- manusia yang praktis tanpa wajah tanpa nama itu -- dengan ketegangan. Dimaklumkan ada perang yang tak kunjung berhenti, ada musuh, ada konspirasi.

Seluruh ruang hidup sarat oleh kecurigaan dan kebencian. Tiap hari secara massal "Dua Menit Kebencian" dilakukan: tokoh pengkhianat bangsa yang anehnya tak kunjung ditangkap disebut-sebut dan terus menerus dicaci beramai-ramai. Di saat itu, seperti terkena strum, gairah massa meluap. Timbul hasrat membunuh, menyiksa, menggampar wajah orang dengan martil -- meskipun kemarahan itu terasa abstrak, sebab bisa diarahkan dengan cepat dari satu sasaran ke sasaran lain.

Dari suasana seperti itulah kata dan kekerasan bertaut. Winston ditangkap. Mula-mula ia hanya diajak bicara. Ia dicoba diyakinkan dengan bahasa yang, untuk memakai kata-kata Benjamin, dalam "wilayah pemahaman". Ia bertahan. Tapi akhirnya ia tak bisa lagi. Ia menyerah ketika sekerangkeng tikus ganas -- hewan yang selalu ditakutinya -- diancamkan kepadanya. Di saat itu, ia tak bisa lain. Novel berakhir dengan Winston mencintai "Big Brother". Melalui tikus dan kata-kata, ia habis.

1984: saya ingat 1965. Ketika permusuhan, kebencian dan kecurigaan dikobarkan terus menerus, dengan kata-kata gagah dan ganas -- seperti Indonesia menjelang tahun itu -- tikus dan bahasa tak lagi berbeda. Semua teror, penghapusan manusia, kekerasan.

Goenawan Mohamad

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Pencurian Kambing Modus Sisakan Jeroan di Kandang Terjadi Lagi di Depok, 17 Ekor Kambing Hilang Sekaligus

12 menit lalu

Pemilik kambing, Sauang menunjukkan kandang 17 ekor kambing yang dipotong di tempat di Sawangan, Depok, Rabu, 1 Mei 2024. TEMPO/Ricky Juliansyah
Pencurian Kambing Modus Sisakan Jeroan di Kandang Terjadi Lagi di Depok, 17 Ekor Kambing Hilang Sekaligus

Pemilik heran karena tidak mendengar pencurian kambing itu terjadi, padahal dia dan warga lain nongkrong usai nobar timnas U-23 hingga pukul 02.00.


Sidang Perdana Praperadilan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Melawan KPK Akan Digelar Hari Ini

1 jam lalu

Bupati Sidoarjo, Ahmad Muhdlor Ali, memenuhi panggilan penyidik untuk menjalani pemeriksaan, di gedung Komisi Pemberantasan Korupsi, Jakarta, Jumat, 16 Februari 2024. Ahmad Muhdlor Ali, diperiksa sebagai saksi untuk tersangka Kasubag Umum dan Kepegawaian BPPD Kabupaten Sidoarjo, Siska Wati, pasca terjaring operasi tangkap tangan KPK, terkait dugaan tindak pidana korupsi berupa pemotongan dan penerimaan uang kepada pegawai negeri di Lingkungan Badan Pelayanan Pajak Daerah Kabupaten Sidoarjo. TEMPO/Imam Sukamto
Sidang Perdana Praperadilan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Melawan KPK Akan Digelar Hari Ini

Gugatan praperadilan Bupati Sidoarjo itu akan dilaksanakan di ruang sidang 3 Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pukul 09.00.


Kapolri Lantik Brigjen Dwi Irianto Sebagai Kapolda Sulawesi Tenggara

1 jam lalu

 Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo resmi melantik Brigjen Dwi Irianto menjadi Kapolda Sulawesi Tenggara (Sultra), Senin, 29 April 2024. Dok Polri
Kapolri Lantik Brigjen Dwi Irianto Sebagai Kapolda Sulawesi Tenggara

Pelantikan Kapolda Sulawesi Tenggara yang baru itu dipimpin langsung oleh Kapolri dan dihadiri pejabat utama Mabes Polri di Rupatama, Mabes Polri.


Aplikasi Soal UTBK Sempat Mati pada Hari Pertama, Bagaimana Kemungkinannya Hari Ini?

1 jam lalu

Petugas menyiapkan perangkat komputer untuk pelaksanaan UTBK-SNBT di Universitas Pembangunan Nasional
Aplikasi Soal UTBK Sempat Mati pada Hari Pertama, Bagaimana Kemungkinannya Hari Ini?

Hari kedua Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) sebagai jalur kedua penyaringan masuk perguruan tinggi negeri dijadwalkan Kamis, 2 Mei 2024.


Begal Ponsel Siswi di Depok Berdalih Butuh HP untuk Anak Nonton YouTube

1 jam lalu

Tersangka perampasan ponsel Yusuf Arifin dibawa ke Satreskrim Polres Metro Depok, Selasa, 1 Mei 2024. TEMPO/Ricky Juliansyah
Begal Ponsel Siswi di Depok Berdalih Butuh HP untuk Anak Nonton YouTube

Bapak satu anak itu nekat merampas ponsel siswi SMP di Depok itu hingga korban jatuh dan terseret, setelah gagal transaksi HP secara COD.


Keluarga Bilang Jenazah Brigadir RA Tak Diautopsi Atas Permintaan Istri dan Orang Tua

3 jam lalu

Brigadir Ridhal Ali Tomi, anggota Satuan Lalu Lintas Kepolisian Resor Kota Manado. Dia ditemukan tewas di dalam mobil Toyota Alphard hitam dengan kepala tertembak, di Jalan Mampang Prapatan IV Nomor 20, Jakarta Selatan, Kamis, 15 April 2024. Dok. Instagram
Keluarga Bilang Jenazah Brigadir RA Tak Diautopsi Atas Permintaan Istri dan Orang Tua

Jenazah Brigadir RA dijemput tiga perwakilan keluarga dan komandannya di Polresta Manado.


Pembunuhan Wanita dalam Koper di Bekasi, Polisi Ungkap Hubungan Korban dan Pelaku

3 jam lalu

Penampakan koper yang berisikan mayat wanita ditemukan di Kecamatan Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi, pada Kamis, 25 April 2024. Foto: ANTARA/HO
Pembunuhan Wanita dalam Koper di Bekasi, Polisi Ungkap Hubungan Korban dan Pelaku

Polisi masih mendalami identitas pria yang diduga sebagai pelaku pembunuhan dalam kasus mayat dalam koper itu.


Kehilangan Memori Jangka Pendek: Pengertian, Gejala, dan Penyebab

4 jam lalu

Ilustrasi otak. Pixabay
Kehilangan Memori Jangka Pendek: Pengertian, Gejala, dan Penyebab

Hilangnya ingatan alias memori jangka pendek adalah peningkatan atau kelupaan yang tidak biasa segera setelah mengalami suatu peristiwa.


7 Destinasi Wisata India Favorit Wisatawan Asing

5 jam lalu

Kota bernuansa pink di Rajasthan, Jaipur, India. Unsplash.com/Dexter Fernandes
7 Destinasi Wisata India Favorit Wisatawan Asing

Menariknya tidak hanya ibu kota India yang megah tapi juga beberapa daerah terpencil yang memikat hati wisatawan mancanegara


Tips agar Tak Salah Pilih Pasangan lewat Perjodohan

5 jam lalu

Ilustrasi kencan (pixabay.com)
Tips agar Tak Salah Pilih Pasangan lewat Perjodohan

Buat yang sedang mencari pasangan melalui proses perjodohan atau kencan kilat, perhatikan beberapa hal penting berikut agar tak salah pilih.