Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Anak-anak (Bukan) Korban Bencana

image-profil

image-gnews
Iklan

Reza Indragiri Amriel

Pengurus Lembaga Perlindungan Anak Indonesia

Dalam situasi bencana, jatuhnya korban jiwa merupakan potensi yang tak bisa dimuskilkan dan anak merupakan salah satu kelompok rentan yang membutuhkan dukungan khusus. Kendati demikian, Sendai Framework for Disaster Risk Reduction 2015-2030 memunculkan keinsafan bahwa anak-anak bukan manusia yang hanya bisa berpasrah diri, tak berdaya, saat berhadapan dengan bencana alam. Sendai Framework meletakkan dasar bagi semua pemangku kepentingan untuk bersikap positif bahwa anak-anak harus dipandang sebagai insan dengan segenap ketangguhan potensial untuk beradaptasi dalam bencana.

Untuk mengejawantahkan Sendai Framework, pemerintah pusat dan pemerintah daerah harus selekasnya menjadikan anak-anak sebagai pemangku kepentingan dalam perancangan dan implementasi kebijakan, rencana kerja, dan standar penanganan bencana. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) perlu mendirikan desk perlindungan anak. Desk tersebut bekerja merancang standar pelayanan dan pendampingan bagi anak-anak dalam situasi bencana, mekanisme koordinasi antar-kementerian dan lembaga, serta mobilisasi partisipasi publik.

Bermitra dengan Kementerian Pendidikan dan Kementerian Sosial, desk perlindungan anak juga perlu merancang materi pengajaran tentang kebencanaan dalam kurikulum seluruh jenjang pendidikan formal serta pembinaan anak-anak tak bersekolah. Kesungguhan sekolah dalam mengantarkan materi kebencanaan ke para peserta didik bahkan sudah sepatutnya menjadi salah satu kriteria mutu sekolah.

Simultan dengan itu, otoritas keamanan harus bersiaga penuh untuk menangkal bencana kemanusiaan yang berpeluang terjadi menyusul bencana alam, yakni melindungi anak-anak yang terpisah dari orang tua (keluarga) mereka sehingga berisiko dipindahkan, diperdagangkan, dan dieksploitasi. Orang-orang yang datang dengan jubah pekerja sosial, agamawan, dan tim penyelamat lainnya harus dipantau secara ketat. Berbagai catatan menunjukkan, salah satu modus sindikat perdagangan orang adalah memasuki daerah bencana dengan menyaru sebagai pembawa bala bantuan, lalu mengincar anak-anak. Iming-iming membawa anak ke wilayah yang lebih aman dan janji membiayai kebutuhan anak bisa dengan mudah membius orang tua untuk serta-merta percaya kepada para "penyelamat" tersebut.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Walau minimal, kegiatan pendidikan, bahkan sekolah, perlu diaktifkan selekas mungkin. Rutinitas sekolah, apalagi dalam situasi bencana, merupakan unit yang sangat penting untuk memastikan anak-anak tetap terpantau dalam lingkungan yang relatif terkendali. Perpindahan anak ke luar lokasi bencana dapat ditangkal dengan hal itu.

Rencana pemerintah untuk menerbitkan kartu identitas anak atau sejenisnya yang terdata secara terpusat di tingkat nasional juga bermanfaat sebagai acuan pelacakan jumlah anak-anak sebelum dan setelah bencana. Pencatatan kependudukan, khususnya anak, secara lokal dan manual, jelas tidak terlalu bisa diandalkan, mengingat setiap orang tentu menjadikan sanak keluarga dan properti mereka masing-masing sebagai prioritas yang harus diselamatkan.

Respons tanggap bencana bukan hanya tugas kementerian dan lembaga pelat merah lainnya. Dunia usaha sepatutnya terpanggil untuk mengaktifkan program tanggung jawab sosial mereka di bidang perlindungan anak, termasuk penanganan anak-anak dalam situasi bencana. Ini selaras dengan amanat Undang-Undang Perlindungan Anak. Meski anak-anak tetap sewajarnya tidak didorong untuk bekerja, ketika sarana dan prasarana sekolah belum dapat dipulihkan dan keluarga juga kehilangan sumber daya finansial untuk menopang pendidikan anak-anak, dunia usaha dapat menggiatkan diri dengan inisiatif-inisiatif berupa pengadaan pekerjaan yang memungkinkan anak-anak putus sekolah memperolah pelatihan kerja dan bekerja di lingkungan mereka sendiri, dengan tetap mengacu pada ketentuan yang ada. Hal itu dimaksudkan untuk memperkecil potensi migrasi di kalangan anak-anak putus sekolah.

Pada akhirnya, semua kalangan berkepentingan untuk membuktikan bahwa anak-anak lebih tepat disebut sebagai penyintas bencana, alih-alih korban. Mereka, anak-anak di kawasan yang diterjang bencana alam, adalah penyintas cilik yang berdaya inspirasi bagi orang-orang dewasa untuk selekasnya memulihkan Garut dan daerah-daerah lain yang juga terpapar bencana alam.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


UAV Cina Dikerahkan dalam Penyelamatan Korban Gempa Gansu

20 Desember 2023

Mobil-mobil yang rusak terlihat di tengah puing-puing di samping bangunan yang rusak di kota Dahejia pasca gempa bumi di daerah Jishishan, provinsi Gansu, Cina 19 Desember 2023. cnsphoto via REUTERS
UAV Cina Dikerahkan dalam Penyelamatan Korban Gempa Gansu

UAV Wing Loong-2H yang dikembangkan secara independen oleh Cina, dikerahkan untuk mendukung pekerjaan penyelamatan darurat pasca-gempa bumi di Gansu


Bangunan Evakuasi Korban Bencana di Sumbar Terbengkalai

27 April 2023

Sejumlah cerita miris pasca gempa di Sumbar. Tempat evakuasi sementara di Padang rusak. Di Kepulauan Mentawai, warga kelimpungan mencari tempat pengungsian.
Bangunan Evakuasi Korban Bencana di Sumbar Terbengkalai

Tempat evakuasi korban bencana sementara di Padang, Sumbar, rusak. Di Kepulauan Mentawai, warga kelimpungan mencari tempat pengungsian.


Jasad Sopir Ojek Online yang 3 Hari Tertimpa Bangunan di Cianjur Berhasil Dievakuasi

23 November 2022

Warga mencari tiang bambu untuk bahan tenda darurat ddari reruntuhan rumahnya di Desa Gasol, Kecamatan Cugenang, Cianjur, Jawa Barat, 23 November 2022. Pasca gempa bumi Cianjur, warga dihadapkan dengan sulitnya akses air bersih dan belum meratanya pembagian logistik dan tenda darurat. TEMPO/Prima Mulia
Jasad Sopir Ojek Online yang 3 Hari Tertimpa Bangunan di Cianjur Berhasil Dievakuasi

Ketua Komisi D DPRD Kabupaten Cianjur Atep Hermawan Permana menjelaskan jasad korban dikeluarkan dari lubang beton dan langsung dibawa ke RSUD Sayang.


Ratusan Ton Bantuan Logistik Dikirim ke Mamuju Lewat Jalur Laut

16 Januari 2021

Sejumlah warga mengungsi di dataran tinggi di Mamuju Sulawesi Barat, Kamis 15 Januari 2021. Untuk menghindari terjadinya gempa bumi susulan sebagian warga mencari tempat pengungsian tinggi dan aman. ANTARA FOTO/ Akbar Tado
Ratusan Ton Bantuan Logistik Dikirim ke Mamuju Lewat Jalur Laut

TNI AL telah mengirim ratusan ton bantuan logistik ke Mamuju, Sulawesi Barat menggunakan Kapal Perang KRI Teluk Ende - 517.


Cerita Evakuasi Korban Banjir Bekasi, Tanpa Bantuan 36 Jam

3 Januari 2020

Sejumlah warga berjalan di dekat mobil yang rusak pascabanjir di Perumahan Pondok Gede Permai Bekasi, Jawa Barat, Kamis 2 Januari 2020. Banjir yang telah menggenangi rumah warga selama dua hari tersebut terjadi akibat luapan Kali Bekasi. ANTARA FOTO/ Fakhri Hermansyah
Cerita Evakuasi Korban Banjir Bekasi, Tanpa Bantuan 36 Jam

Korban Banjir di Jalan Juanda, Margahayu, Kota Bekasi tak mendapat bantuan 36 jam. Bertahan di tengah banjir yang mengepung kediaman mereka.


Tim Evakuasi Siapkan Anjing Pelacak Cari Korban Tsunami Banten

24 Desember 2018

Petugas K9 Shabara Polda Lampung melakukan pencarian korban tsunami menggunakan anjing pelacak di Desa Way Muli, Kalianda, Lampung Selatan, Lampung, Senin 24 Desember 2018. ANTARA FOTO/Ardiansyah
Tim Evakuasi Siapkan Anjing Pelacak Cari Korban Tsunami Banten

Tim evakuasi menerima informasi bahwa masih banyak korban tsunami Banten yang belum ditemukan.


Cerita Sopir Eskavator Saat Evakuasi Jenazah Korban Gempa Palu

12 Oktober 2018

Anggota Tim SAR melakukan pencarian korban di lokasi terdampak gempa dan pencairan tanah (likuifaksi) di Kelurahan Petobo di Palu, Sulawesi Tengah, Kamis, 11 Oktober 2018. Komando Tugas Gabungan Terpadu Sulawesi Tengah menginformasikan terdapat 2.065 jenazah yang berhasil dievakuasi. ANTARA/Mohamad Hamzah
Cerita Sopir Eskavator Saat Evakuasi Jenazah Korban Gempa Palu

Sarmin sudah datang ke Palu sejak H+4 gempa Palu untuk membantu proses evakuasi korban gempa dan membuka jalur evakuasi.


Hujan Iringi Proses Evakuasi Hari Terakhir Korban Hilang di Palu

11 Oktober 2018

Tim SAR melakukan pencarian korban dengan alat berat di lokasi terdampak pergerakan atau pencairan tanah (likuifaksi) akibat gempa Palu di Petobo, Sulawesi Tengah, Rabu, 10 Oktober 2018.  Penghentian pencarian korban meninggal akan berlaku untuk Kelurahan Petobo dan Balaroa di Palu serta Jono Oge di Sigi. ANTARA
Hujan Iringi Proses Evakuasi Hari Terakhir Korban Hilang di Palu

Proses evakuasi korban gempa Palu akan dihentikan sore ini seiring dengan berakhirnya masa tanggap darurat bencana.


Harapan Keluarga Korban di Hari Terakhir Tanggap Darurat Palu

11 Oktober 2018

Warga mencari barang layak pakai sisa runtuhan bangunan di kawasan terdampak likuifaksi di Balaroa, Palu, Sulawesi Tengah, Selasa, 9 Oktober 2018. Masyarakat yang terkena musibah mulai berbenah pascagempa bermagnitudo 7,4 disusul gelombang tsunami. ANTARA
Harapan Keluarga Korban di Hari Terakhir Tanggap Darurat Palu

Evakuasi korban gempa Palu direncanakan dihentikan sore ini seiring berakhirnya masa tanggap darurat bencana.


BNPB: Evakuasi Korban di Jono Oge Terkendala Alat Berat

8 Oktober 2018

Reruntuhan Gereja Patmos terlihat seusai gempa bumi melanda Desa Jono Oge di Sigi, Sulawesi Tengah, Rabu, 3 Oktober 2018. Gereja ini bergeser sejauh 3 kilometer akibat gempa Palu Donggala. REUTERS/Beawiharta
BNPB: Evakuasi Korban di Jono Oge Terkendala Alat Berat

BNPB menyebut desa Jono Oge di Kabupaten Sigi merupakan salah satu daerah yang terdampak fenomena likuifaksi.