Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Memahami 411

image-profil

image-gnews
Iklan

Yenny Zannuba Wahid
Direktur Wahid Foundation

Banyak analisis mengemuka atas fenomena 411, ketika ratusan ribu orang membanjiri Jakarta pada 4 November 2016. Salah satunya, mereka yang ikut beraksi sejak awal memang menolak kepemimpinan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok karena sentimen etno-religi. Pernyataan Ahok di Kepulauan Seribu memberikan peluang untuk menyerangnya.

Analisis lainnya, dugaan bahwa ada konspirasi politik di belakang aksi. Presiden Jokowi bahkan menyebutkan ada tangan elite politik yang menunggangi kerusuhan setelah magrib pada Jumat pekan lalu itu.

Saya tak mengabaikan analisis penunggangan politis tersebut. Dugaan menguat karena hadirnya sejumlah politikus yang selama ini kritis terhadap pemerintah. Namun menyandarkan argumen hanya pada penunggangan politis berpotensi menyederhanakan masalah.

Dari hasil pengamatan, sebagian besar peserta aksi ternyata masyarakat biasa. Banyak yang difasilitasi oleh kekuatan politik di belakang layar, tapi ada yang datang dengan ongkos pribadi.

Latar belakang pendidikan dan ekonomi mereka pun beragam. Banyak dari kalangan menengah-bawah, tapi tak sedikit masyarakat mapan yang ikut. Mulai dari doktor alumnus Harvard sampai aktivis muda NU dan Muhammadiyah yang selama ini dicap liberal karena membela Ahmadiyah dan Syiah. Mereka bergabung dengan organisasi yang selama ini mereka kritik, Front Pembela Islam. Yang menarik, banyak di antara mereka berpendapat bahwa Ahok sesungguhnya tidak menista agama, melainkan sekadar keseleo lidah.

Lantas, apa yang membuat orang-orang yang sejatinya nasionalis, anti-khilafah, dan benci terhadap kekerasan atas nama agama ini berdiri bersama dengan kelompok seperti FPI dan HTI? Intelektual muda Muhammadiyah, A. Najib Burhani, mengemukakan pandangannya ihwal perasaan terancam yang tengah melanda umat Islam, seolah-olah Islam dalam bahaya (under threat). Apakah rasa takut itu nyata atau dibayangkan (imagined), itu soal lain. Menurut Profesor David A. Lake dan Donald Rothchild dari University of California, ketakutan semacam inilah yang melahirkan naluri bertahan dan keinginan membela diri.

Di Indonesia, kekhawatiran tersebut juga dilandasi berbagai relasi timpang dalam soal mayoritas-minoritas di masyarakat. Mayoritas di sini bukan semata besar-kecilnya jumlah, tapi juga dominasi satu atas lainnya.

Relasi timpang dalam ekonomi seolah-olah ditunjukkan dalam profil 1 persen orang terkaya Indonesia yang banyak dihiasi wajah Tionghoa, sehingga tercipta stereotipe etnis Tionghoa telah mendominasi perekonomian Indonesia. Data pembanding bahwa "pribumi" pun banyak yang kaya dan mayoritas warga Tionghoa berada di posisi ekonomi biasa tenggelam dalam arus paranoia yang dominan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kepemimpinan Ahok juga seakan-akan merefleksikan berbagai isu ketimpangan dan kekhawatiran itu. Semula dalam dirinya ditemukan sosok pemimpin yang didambakan publik: bersih, berani, dan jujur, walaupun ceplas-ceplos.

Ahok dianggap sebagai pahlawan rakyat karena tegas menghadapi birokrat yang korup. Ahok berani melawan hegemoni partai, sehingga didukung relawan yang sebagian besar muslim dengan gerakan sejuta KTP.

Belakangan, sikap Ahok yang dianggap keras kepala ternyata menyisakan luka. Ahok dianggap tak mau mendengarkan orang lain, juga miskin dialog dalam kebijakan relokasi masyarakat. Penggunaan aparat keamanan—yang awalnya dinilai sebagai bentuk ketegasan—berubah menjadi simbol kesewenang-wenangan.

Perasaan terancam muncul kembali. Relasi rakyat dengan Ahok, yang semula dianggap setara karena ia dipandang menyuarakan kepentingan rakyat, mendadak jadi timpang. Apalagi ketika diembuskan kabar bahwa ia didukung kekuatan kapital kelompok Tionghoa kaya. Fakta bahwa banyak pengusaha Tionghoa justru terganggu oleh kebijakan Ahok tidak lagi mengemuka.

Kesan itulah yang kemudian melahirkan "reaksi balik", dan akhirnya menemukan momentum dalam kasus Al-Maidah 51 di Kepulauan Seribu. Ahok dianggap sudah melanggar batas. Imajinasi awal masyarakat tentang Ahok yang sanggup mengubah Jakarta menjadi lebih baik dengan karya dan kebijakannya tertutup oleh kesan bahwa dia adalah pemimpin non-muslim yang arogan. Bagi mereka yang tersinggung, Ahok harus dihukum!

Inilah sebabnya kaum muslim moderat bisa turun bersama dengan kelompok seperti FPI. Aksi 411 menjadi "kesempatan" mengekspresikan apa yang secara bawah sadar menjadi kekhawatiran mereka akan masa depan serta kegundahan mereka atas relasi yang dianggap tak lagi setara.

Dengan demikian, jelas bahwa aksi pekan lalu tidak hanya berkaitan dengan dugaan penistaan agama. Apalagi ketika ada indikasi kuat bahwa aksi tak steril dari kepentingan politik.

Situasi pengerasan semacam ini tentu harus diatasi dan dicari jalan keluarnya. Aktor politik tentu harus ditindak. Namun perlu pula dipikirkan solusi komprehensif dan berdampak jangka panjang. Antara lain dengan memperpendek jarak ketimpangan sosial-ekonomi dan mengembangkan pendekatan dialogis humanis non-punitif, membantu menenteramkan umat dengan membangun pemikiran kritis dan damai untuk menjawab kekhawatiran yang berlebih bagi ulama, serta menegakkan hukum dengan adil. Di atas itu semua, ada satu yang tidak bisa ditawar: NKRI harga mati.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


IM57 soal Dugaan Presiden Intervensi KPK yang Diungkap Agus Rahardjo: Pelanggaran Serius

2 Desember 2023

Koordinator IM57+ M Praswad.  Istimewa
IM57 soal Dugaan Presiden Intervensi KPK yang Diungkap Agus Rahardjo: Pelanggaran Serius

IM57+ Institute, Praswad Nugraha mendukung Agus Rahardjo membongkar praktek intervensi di dalam KPK


Firli Bahuri soal Pernyataan Agus Rahardjo: Setiap Pimpinan KPK Akan Alami Tekanan, Tinggal Berani Lawan atau Tidak

1 Desember 2023

Mantan Ketua KPK Firli Bahuri usai diperiksa sebagai tersangka kasus dugaan pemerasan eks Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo di Bareskrim, Mabes Polri, Jakarta, Jumat, 1 Desember 2023. Firli diperiksa oleh penyidik gabungan Bareskrim dan Polda Metro Jaya selama 9 jam, selebihnya Firli akan mengikuti aturan hukum yang masih berjalan. TEMPO/ Febri Angga Palguna
Firli Bahuri soal Pernyataan Agus Rahardjo: Setiap Pimpinan KPK Akan Alami Tekanan, Tinggal Berani Lawan atau Tidak

Firli Bahuri menanggapi pernyataan eks Ketua KPK Agus Rahardjo soal dugaan intervensi Presiden Joko Widodo atau Jokowi dalam kasus E-KTP.


Dua Perusahaan Besar Israel Berhenti Beriklan di TV Pro-Netanyahu

1 Agustus 2023

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. REUTERS
Dua Perusahaan Besar Israel Berhenti Beriklan di TV Pro-Netanyahu

Pembuat makanan Strauss Group dan importir mobil Delek Motors menghentikan iklan di Channel 14 pro-Netanyahu.


Pengamat Ungkap Kesalahan dan Dampak Negatif jika Jokowi Cawe-cawe Pilpres

7 Juni 2023

Presiden Joko Widodo (ketiga kanan) didampingi Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan (kedua kanan), Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto (ketiga kanan), Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto (kedua kiri), Ketua Umum PKB Abdul Muhaimin Iskandar (kiri), dan Plt Ketua Umum DPP PPP Muhamad Mardiono (kanan) memberikan keterangan pers usai menghadiri acara Silaturahmi Ramadhan 1444 H DPP PAN di Kantor DPP PAN, Jakarta, Minggu, 2 April 2023. Acara tersebut turut dihadiri para ketua umum partai politik koalisi pendukung pemerintah seperti PAN, Partai Golkar, Partai Gerindra, PPP, dan PKB. ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
Pengamat Ungkap Kesalahan dan Dampak Negatif jika Jokowi Cawe-cawe Pilpres

Pengamat ikut mengomentari pernyataan Jokowi cawe-cawe di Pemilu 2024. Mereka ungkap dampak negatif dan tiga kesalahan dari jalan berpikir Jokowi.


Ragam Klarifikasi Pernyataan Jokowi Cawe-cawe di Pilpres, untuk Kepentingan Nasional

7 Juni 2023

Penjelasan Jokowi Soal Presiden Cawe-cawe Jelang Pemilu 2024
Ragam Klarifikasi Pernyataan Jokowi Cawe-cawe di Pilpres, untuk Kepentingan Nasional

Jokowi cawe-cawe pilpres 2024 menjadi perhatian banyak kalangan belakangan ini. Jokowi pun beri beberapa klarifikasi maksud cawe-cawe tersebut.


Sentilan Jusuf Kalla ke Jokowi: dari Bandingkan dengan SBY dan Mega hingga soal Utang

24 Mei 2023

Wakil Presiden ke 10 dan ke 12 Jusuf Kalla (kiri) bersama Presiden PKS Ahmad Syaikhu (kedua kiri), dan Ketua Dewan Syuro Salim Segaf Al Jufri (kedua kanan) serta bakal calon presiden dari Koalisi Perubahan dan Persatuan Anies Baswedan (kanan) menyapa pendukungnya saat menghadiri peringatan Milad Ke-21 Partai Keadilan Sejahtera (PKS) di Istora Senayan, Jakarta, Sabtu 20 Mei 2023. Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menggelar puncak milad 21 tahun dengan tema
Sentilan Jusuf Kalla ke Jokowi: dari Bandingkan dengan SBY dan Mega hingga soal Utang

Jusuf Kalla sentil Jokowi soal cawe-cawe Pemilu 2024 dan besarnya utang pemerintah.


Din Syamsuddin dan Jusuf Kalla Ingatkan Jokowi Soal Cawe-cawe Politik, Apa Katanya?

24 Mei 2023

Presiden Joko Widodo atau Jokowi telah menerima daftar nama capres dan cawapres yang dipilih sekelompok relawan dalam Musyawarah Rakyat atau Musra di Istora Senayan, Jakarta, Ahad, 14 Mei 2023.
Din Syamsuddin dan Jusuf Kalla Ingatkan Jokowi Soal Cawe-cawe Politik, Apa Katanya?

Din Syamsuddin dan Jusuf Kalla sentil Jokowi yang cawe-cawe soal capres dan pemilu 2024.


Erdogan dan Kilicdaroglu Saling Sebut Pihak Luar dalam Pemilu Turki, Benarkah Rusia dan AS Terlibat?

16 Mei 2023

Seorang pria memegang foto Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan saat merayakan keberhasilan Erdogan memenangi pemilu di Istanbul, Turki, 24 Juni 2018. AP
Erdogan dan Kilicdaroglu Saling Sebut Pihak Luar dalam Pemilu Turki, Benarkah Rusia dan AS Terlibat?

Erdogan sebut oposisi antek barat, sedangkan Kilicdaroglu sebut Rusia intervensi pemilu Turki.


Sebut Pemilihan Ketum PP Muhammadiyah Tak Ada Intervensi, Haedar: Bahkan dari Luar Angkasa Sekalipun

17 November 2022

Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof. Dr. K.H. Haedar Nashir memberi arahan pada kegiatanSosialisasi Restorasi Gambut.
Sebut Pemilihan Ketum PP Muhammadiyah Tak Ada Intervensi, Haedar: Bahkan dari Luar Angkasa Sekalipun

Haedar Nashir memastikan tidak ada intervensi apapun dari dalam maupun luar dalam pemilihan Ketua Umum PP Muhammadiyah


Rusia Dituduh Mengganggu Pemilu Inggris di Tahun 2019

17 Juli 2020

Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab.[Sky News]
Rusia Dituduh Mengganggu Pemilu Inggris di Tahun 2019

Menteri Luar Negeri Dominic Raab mengungkapkan bahwa Pemerintah Rusia sempat mencoba mengganggu jalannya Pemilu Inggris di tahun 2019.