Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Salaman

Oleh

image-gnews
Iklan

Salaman
Putu Setia

Lebaran sudah berlalu. Itu versi resmi. Versi tidak resmi, hari ini adalah Lebaran ketujuh. Masih terasa opor ayamnya. Apalagi masih libur dan tempat tamasya masih ramai. Tapi yang berlebaran di udik, maksudnya kampung halaman-karena itu lahir istilah mudik-harus balik ke kota tempat mencari nafkah. Esok sudah bekerja seperti dulu. Bahkan kerja lebih keras agar bisa menabung untuk mudik tahun depan. Siklus tahunan yang tak pernah berhenti, persis perbaikan jalan di Pantai Utara Jawa (Pantura) yang juga tak kunjung henti.

Bersalaman dan saling mengucapkan "mohon maaf lahir batin" masih berlanjut. Pada masyarakat Jawa ada istilah syawalan, silaturahmi sepanjang bulan Syawal, karena bermaaf-maafan tak bisa persis pada "Lebaran yang resmi". Ada kendala waktu dan jarak. Apakah Joko Widodo dan Prabowo Subianto akan saling berkunjung atau bertemu dalam sebuah hajatan untuk meminta dan memberi maaf? Bisa saja itu terjadi, karena untuk mengirim kartu pos bergambar khas Lebaran sudah sulit karena seniman-seniman kartu pos di Pasar Baru sudah pada menghilang.

Salaman antara Jokowi dan Prabowo akan berdampak dahsyat bagi penghuni negeri ini, meskipun pengamat yang biasanya genit perlu survei apakah itu dilakukan dengan tulus atau sekadar akting. Presenter televisi pun akan sibuk mengulas, siapa yang lebih dulu menyodorkan tangan, meski itu tidak penting-penting amat. Bagi masyarakat kebanyakan yang tak pernah nyinyir, salaman kedua pemimpin ini pastilah tulus dan itu jadi simbol dari bertemunya dua hati. Seseorang disebut kesatria jika ia kalah dengan tetap berdiri tegak dan menang dengan tidak menjadi angkuh.

Siapa yang menang dan yang kalah? Komisi Pemilihan Umum (KPU) sudah menetapkan bahwa Jokowi yang menang. Tapi, menurut konstitusi, jika KPU tak dipercaya memutuskan kemenangan, maka pemenang pilpres ditentukan oleh sembilan orang. Mereka adalah hakim Mahkamah Konstitusi. Kalau sembilan pengadil ini bilang Prabowo menang, Jokowi harus kalah. Begitu pula sebaliknya. Tetapi jutaan orang sudah tahu siapa yang menang berdasarkan "proses yang berjalan secara transparan" dan hitung cepat yang ilmiah, bukan dari lembaga survei abal-abal yang sudah meminta maaf. Akan halnya hakim konstitusi riskan untuk berbuat curang apalagi menerima suap, karena pasti ada efek jera dari hukuman seumur hidup yang diterima mantan Ketua MK.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Yang kalah harus berjiwa besar dan menyalami atau minimal memberi selamat kepada yang menang, apalagi masih di bulan Syawal. Lalu introspeksi, kenapa bisa kalah. Jika MK tetap memutuskan Prabowo kalah, ini kesempatan buat Gerindra bertanya: kenapa partai nasionalis yang melesat ke depan dengan kader yang memberi harapan, gagal memenangkan jagonya? Apakah karena faktor Prabowo yang lebih tua daripada Jokowi? Atau jangan-jangan kemasukan partai yang memperjuangkan kekhasan sempit sehingga masyarakat khawatir Bhinneka Tunggal Ika dan Pancasila terhapus dari garuda Indonesia. Prabowo dan pimpinan Gerindra bisa membedahnya dengan jernih jika keikhlasan menerima kekalahan itu dilakukan. Begitu pula jika misalnya Jokowi yang dikalahkan MK, meski KPU dan lembaga survei sudah memberikan kemenangan, introspeksi harus dilakukan.

Kata kunci untuk tetap terhormat sebagai kesatria sejati dan terus berjuang di masa mendatang adalah menerima kekalahan dengan tulus dan mempelajari penyebab kekalahan. Lalu kedua pesaing bersalaman. Di dunia hewan, salaman setelah bertarung memang tidak ada, tetapi bukankah kita makhluk berbudaya dan punya martabat?

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


4 Tokoh Pendidikan Anak-anak Indonesia: Pak Kasur, Bu Kasur, Kak Seto, Suryadi alias Pak Raden

2 menit lalu

Pak Raden (Ist)
4 Tokoh Pendidikan Anak-anak Indonesia: Pak Kasur, Bu Kasur, Kak Seto, Suryadi alias Pak Raden

Pak Kasur, Bu Kasur, Kak Seto, Drs Suryadi alias Pak Raden merupakan tokoh-tokoh pendidikan anak-anak Indonesia. Berikut profilnya


Gara-Gara Doner Kebab, Turki dan Jerman Berseteru Sengit

3 menit lalu

Doner Keban di Berlin. aeti.edu.lk
Gara-Gara Doner Kebab, Turki dan Jerman Berseteru Sengit

Perselisihan sengit telah terjadi antara Turki dan Jerman mengenai apa yang dimaksud dengan doner kebab.


Sebut Judi Online 6 Kali Lebih Bahaya dari Narkoba, Psikiater RSCM Sarankan Ini

3 menit lalu

Ilustrasi pemain judi online. Selain wartawan, Menkominfo Budi Arie mengungkapkan bahwa pegawai di Kementerian Komunikasi dan Informatika juga terlibat praktik judi online. TEMPO/ Febri Angga Palguna
Sebut Judi Online 6 Kali Lebih Bahaya dari Narkoba, Psikiater RSCM Sarankan Ini

Psikiater menyebut judi online urgen dicegah. PPATK mencatat 197.054 anak 11-19 tahun sudah bermain judi online dengan deposit total Rp 293,4 miliar.


PBNU dan Muhammadiyah Akhirnya Putuskan Terima Izin Tambang Jokowi

3 menit lalu

Logo PBNU dan Muhammadiyah. Istimewa
PBNU dan Muhammadiyah Akhirnya Putuskan Terima Izin Tambang Jokowi

Dua ormas keagamaan besar, PBNU dan Muhammadiyah menerima tawaran izin tambang Jokowi


Punya Data Rekening Pengepul, Begini Cara PPATK Bongkar Transaksi Judi Online

3 menit lalu

Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), Ivan Yustiavandana memberikan penjelasan dan pemaparan saat menghadiri rapat kerja Komisi III DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa, 21 Maret 2023. Rapat tersebut membahas transaksi mencurigakan di Kementerian Keuangan senilai Rp 349 triliun. TEMPO/M Taufan Rengganis
Punya Data Rekening Pengepul, Begini Cara PPATK Bongkar Transaksi Judi Online

PPATK mengungkapkan cara lembaganya untuk mengendus transaksi judi online.


Koperasi di Lereng Merapi Yogyakarta Siapkan Paket Eduwisata Belajar Seru Beternak Sapi

20 menit lalu

Suasana peternakan sapi di Koperasi Samesta yang berada di Kecamatan Cangkringan, lereng Gunung Merapi Sleman Yogyakarta. Tempo/Pribadi Wicaksono
Koperasi di Lereng Merapi Yogyakarta Siapkan Paket Eduwisata Belajar Seru Beternak Sapi

Untuk menuju lokasi, wisatawan nantinya bisa memanfaatkan paket dalam jip wisata lava tour Lereng Merapi Yogyakarta.


Prabowo Diminta Evaluasi Penghiliran Nikel

26 menit lalu

Ilustrasi  smelter nikel. REUTERS
Prabowo Diminta Evaluasi Penghiliran Nikel

Presiden terpilih Prabowo Subianto didesak untuk melakukan evaluasi program penghiliran nikel.


Survei Elektabilitas Ahok Kedua Teratas di Jakarta, PDIP: Semua Masih Dinamis

30 menit lalu

Ridwan Kamil, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), dan Anies Baswedan. TEMPO
Survei Elektabilitas Ahok Kedua Teratas di Jakarta, PDIP: Semua Masih Dinamis

Ahok memang menjadi salah satu nama calon potensial yang saat ini dimiliki PDIP.


Mengenang Pak Kasur: Tokoh Pendidikan Pernah Jadi Anggota Badan Sensor Film

31 menit lalu

Pak Kasur. kesekolah.com
Mengenang Pak Kasur: Tokoh Pendidikan Pernah Jadi Anggota Badan Sensor Film

Pak Kasur menjadi salah seorang tokoh pendidikan di negeri ini. Ini perjalanan hidupnya, dan khususnya dedikasinya pada pendidikan anak-anak.


Kapal Penumpang di Anambas Tenggelam, Tiga 3 Orang Meninggal

35 menit lalu

Ilustrasi kapal tenggelam. AFP/Pedro Pardo
Kapal Penumpang di Anambas Tenggelam, Tiga 3 Orang Meninggal

Kapal penumpang KM Samarinda rute Tarempa - Matak, Kabupaten Anambas, tenggelam, Jumat 26 Juli 2024. Setidaknya tiga orang meninggal.