Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Islam di Lanskap Politik Jakarta

image-profil

image-gnews
Iklan

Faisal Kamandobat
Peneliti Abdurrahman Wahid Center Universitas Indonesia

Islam tengah berada di panggung utama lanskap politik Jakarta. Pada 4 November lalu, ratusan ribu umat Islam rela meninggalkan keluarga, kampung halaman, dan pekerjaan untuk berdemonstrasi karena merasa agamanya diperlakukan secara tidak hormat oleh calon Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.

Demonstrasi adalah aktivitas politik, modern, dan sekuler. Namun mereka menghayatinya sebagai bagian intrinsik ajaran agama, layaknya ritual yang sakral. Mereka berpakaian putih-putih seperti di majelis pengajian atau beribadah ke Tanah Suci serta mengumandangkan doa dan takbir bersama-sama seakan-akan peristiwa tersebut di Mekah atau Madinah, bukan di Jakarta.

Peristiwa ini menunjukkan sejumlah hal. Pertama, menghayati demonstrasi sebagai ritual telah menjadikan agama sebagai medium menghadirkan negara ke dalam struktur kesadaran masyarakat. Agama dan negara dianggap sebagai kesatuan. Berbuat baik demi agama adalah juga berbuat baik demi negara, vice versa. Itulah mengapa ketika negara dianggap berseberangan dengan agama, mereka berdemonstrasi.

Kedua, kehadiran negara melalui agama memiliki problem representasi. Dalam sistem demokrasi, representasi dilakukan berdasarkan suara pemilih sebagai warga negara, bukan berdasarkan agama, ras, gender, dan kategori budaya lain. Di satu sisi, kehadiran negara melalui agama membuat warga merasa "memiliki negara", tapi di sisi lain agama tidak masuk representasi politik dalam sistem demokrasi.

Menyiasati masalah ini, demokrasi menyediakan saluran melalui partai politik. Aspirasi agama lantas disalurkan lewat partai dengan kultur religius tertentu. Misalnya, PKB dengan basis pemilih warga NU, PAN dengan basis warga Muhammadiyah, dan PKS dengan basis warga Tarbiyah. Dengan partai politik berkultur religius, representasi agama dapat disalurkan kepada negara. Masalahnya adalah kultur, struktur, dan kinerja politik partai dianggap kurang mampu mengikuti perubahan sosio-kultural umat Islam, terutama di perkotaan, sehingga mereka mencari alternatif lain sebagai penghubung agama dengan negara, di antaranya demonstrasi.

Ketiga, Jakarta bukan semata ibu kota politik republik ini, tapi juga ibu kota ekonomi dan budaya. Tiga status itu terkoneksi secara kompleks melalui berbagai lembaga, komunitas, jaringan sosial, dan sebaran demografi, dengan tingkat kepadatan populasi yang tinggi. Kompleksitas tersebut membuat pembatasan antarsektor sulit dilakukan, sehingga fenomena di satu sektor dapat dengan cepat menjalar ke sektor lain. Demonstrasi 4 November menunjukkan bahwa sektor politik dengan mudah menjalar ke sektor agama, dan dalam berapa hal ikut mempengaruhi sektor ekonomi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Islam, dalam lanskap di atas, telah menjadi tantangan tersendiri bagi Jakarta. Ia akan membentuk wajah kota ini secara signifikan hingga tahun-tahun mendatang, terlebih dengan terus tumbuhnya kelas menengah Islam. Namun Islam bukan sesuatu yang tunggal, baik doktrin, institusi, praktek, maupun kulturnya. Islam juga bukan entitas yang independen. Dinamikanya ikut dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi, politik, dan teknologi.

Secara sosiologis, umat Islam di Jakarta mempelajari agama melalui berbagai cara. Kelompok NU dan Muhammadiyah melakukannya melalui madrasah, pesantren, dan majelis pengajian. Mereka diorganisasi melalui ikatan komunitas yang berpusat pada tokoh suci. Doktrin agama dan negara mereka relatif terpisah sehingga, kendati doktrin agama mereka sama, sikap politik mereka bisa berbeda-beda. Hal ini berbeda dengan kelompok Tarbiyah, Salafi, dan Hizbut Tahrir (HTI), yang mempelajari Islam melalui pengajian di masjid-masjid dan diorganisasi melalui jaringan sel tertutup. Doktrin agama dan politik menyatu secara absolut, sehingga sikap keagamaan dengan sikap politik praktis tak terpisahkan.

Kelompok berikutnya adalah umat Islam yang mempelajari agama tanpa ulama, institusi, dan doktrin yang dapat dirumuskan dengan jelas. Mereka mempelajari agama melalui Internet dan buku-buku, mengkonsumsi apa saja yang berkaitan dengan Islam. Dalam hal doktrin, bagi mereka, agama dan negara kadang dianggap sebagai kesatuan, tapi kadang terpisah-sesuai dengan buku, isi media Islam favorit, dan kecenderungan psikologis masing-masing.

Mereka beribadah di berbagai kelompok pengajian secara fleksibel dan bergerak secara spontan manakala sebuah kegiatan keagamaan dirasa merefleksikan kesalehan mereka. Ketika demonstrasi dirasa mewakili kesadaran keagamaan mereka, mereka akan segera melakukan secara spontan dan sukarela. Di tengah waktu dan tekanan kerja yang tinggi, mempelajari Islam dengan cara demikian dianggap praktis. Mengingat kondisi sosial-ekonomi Jakarta, tidak mengherankan jika penganut Islam jenis ini akan terus tumbuh di kemudian hari.

Dua kelompok Islam pertama telah memiliki saluran partai politik tradisional masing-masing. Jika mengalami kebuntuan politik, tokoh-tokoh agama dapat diajak berdialog untuk mencari titik temu. Tantangannya terletak pada kelompok Islam terakhir. Mereka tidak memiliki tokoh agama, institusi, komunitas, dan partai politik tertentu, tapi jumlah mereka terus tumbuh. Strategi aktor dan modal kultural tidak lagi memadai. Jakarta membutuhkan strategi budaya yang mampu mendefinisikan kota ini dalam konteks kosmopolitan yang baru-kosmopolitan yang dibentuk oleh teknologi, bukan oleh tokoh atau interaksi sosial secara langsung. Jika tidak, ibu kota ini akan mengalami paralisis, ketika perubahan sosial, ekonomi, dan politik tidak seimbang dengan kemampuan warganya memproduksi nilai dan visi yang mendukung keberlanjutan kota ini. *

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Google Kembali Melakukan PHK, Ini Alasannya

5 hari lalu

Logo Google. REUTERS
Google Kembali Melakukan PHK, Ini Alasannya

Dalam beberapa bulan terakhir Google telah melakukan PHK sebanyak 3 kali, kali ini berdampak pada 28 karyawan yang melakukan aksi protes.


Eks Danjen Kopassus Soenarko hingga Din Syamsuddin Hadiri Demo di MK Jelang Putusan Sengketa Pilpres

5 hari lalu

Eks Danjen Kopassus Soenarko memberi keterangan di depan Patung Kuda, Jakarta Pusat, soal kedatangannya jelang aksi demonstrasi pada hari ini, Jumat, 19 April 2024, terkait gugatan Pilpres 2024 di Gedung Mahkamah Konstitusi.  TEMPO/Advist Khoirunikmah.
Eks Danjen Kopassus Soenarko hingga Din Syamsuddin Hadiri Demo di MK Jelang Putusan Sengketa Pilpres

Din Syamsuddin dan eks Danjen Kopassus, Soenarko, turut hadir di unjuk rasa jelang putusan MK soal sengketa Pilpres 2024


Polisi Kerahkan 2.713 Personel Jaga Demo Jelang Putusan Gugatan Pilpres di MK

5 hari lalu

2.713 personel gabungan dikerahkan untuk menjaga demonstrasi di depan Gedung Mahkamah Konstitusi (MK) jelang putusan sengketa Pilpres 2024, Jumat, 19 April 2024. Foto: Dok. Polisi
Polisi Kerahkan 2.713 Personel Jaga Demo Jelang Putusan Gugatan Pilpres di MK

2.713 personel gabungan dikerahkan untuk menjaga demonstrasi di depan Gedung Mahkamah Konstitusi (MK) jelang putusan sengketa Pilpres 2024.


Jelang Demo Gugatan Pilpres di Gedung MK, Jalan Medan Merdeka Barat Ditutup

5 hari lalu

Jalan Medan Merdeka, Jakarta Pusat arah Harmoni dan Balai Kota mulai ditutup, pada Jumat pagi, 19 April 2024, imbas dilakukan jelang aksi demonstasi di Mahkamah Konstitusi perihal putusan sengketa Pilpres 2024. TEMPO/ Advist Khoirunikmah.
Jelang Demo Gugatan Pilpres di Gedung MK, Jalan Medan Merdeka Barat Ditutup

Polisi mulai menutup Jalan Medan Merdeka Barat menyusul rencana demonstrasi jelang sidang putusan sengketa Pilpres 2024 di Mahkamah Konstitusi (MK).


Prabowo Minta Demo di Depan Gedung MK Dibatalkan, Haris Rusli: Beliau Khawatir Ada Gesekan dan Benturan Sosial

5 hari lalu

Gedung Mahkamah Konstitusi. TEMPO/MAGANG/MUHAMMAD FAHRUR ROZI.
Prabowo Minta Demo di Depan Gedung MK Dibatalkan, Haris Rusli: Beliau Khawatir Ada Gesekan dan Benturan Sosial

Komandan Tim Kampanye Nasional bidang relawan Haris Rusli Moti menyatakan, Prabowo meminta penghentian aksi damai di depan gedung MK


Suasana Gedung KPU Sehari Setelah Penetapan Hasil Pemilu: Jalan Sudah Dibuka, Tak Ada Demo

34 hari lalu

Suasana di sekitar Gedung Komisi Pemilihan Umum atau KPU RI sehari setelah penetapan hasil Pemilu 2024, Kamis, 21 Maret 2024. Pembatas di Jalan Imam Bonjol yang mengarah ke Gedung KPU sudah dibuka pukul 14.25 WIB. TEMPO/Defara
Suasana Gedung KPU Sehari Setelah Penetapan Hasil Pemilu: Jalan Sudah Dibuka, Tak Ada Demo

Begini suasana di kawasan Gedung KPU RI sehari setelah penetapan hasil Pemilu 2024.


Profil Din Syamsuddin Pengerak Demonstrasi Kecurangan Pemilu 2024

34 hari lalu

Wakil presiden Indonesia periode 2004-2009 dan 2014-2019, Jusuf Kalla (kiri) didampingi tokoh muslim Indonesia, Din Syamsuddin saat memberikan keterangan dalam acara konferensi pers Tokoh Bangsa di Jakarta, Kamis, 2 Februari 2024. Dalam konferensi pers tersebut tokoh bangsa yang terdiri dari Wakil Presiden Indonesia periode 2004-2009 dan 2014-2019, Jusuf Kalla, tokoh muslim Indonesia Din Syamsuddin, pendeta Kristen Sherphard Supit dan para akademisi menyinggung soal politisasi bansos, serta menyuarakan gerakan pemilu jujur dan adil. TEMPO / Hilman Fathurrahman W
Profil Din Syamsuddin Pengerak Demonstrasi Kecurangan Pemilu 2024

Din Syamsuddin menjadi salah satu tokoh penggerak aksi unjuk rasa menolak pemilu curang


Demo di Depan KPU, Refly Harun: Kecurangan Sudah Terjadi saat Jokowi Mau Perpanjang Masa Jabatan

35 hari lalu

Pakar hukum tata negara Refly Harun berorasi di depan kantor KPU RI saat demonstrasi menolak hasil Pemilu 2024 di Jakarta Pusat, 20 Maret 2024. Tempo/Eka Yudha Saputra
Demo di Depan KPU, Refly Harun: Kecurangan Sudah Terjadi saat Jokowi Mau Perpanjang Masa Jabatan

Refly Harun mendesak massa untuk menolak hasil Pemilu 2024.


16 Orang Ditangkap saat Demonstrasi di DPR dan KPU, Ini Penjelasan Polres Metro Jakpus

35 hari lalu

Ilustrasi demo/unjuk rasa. Toulousestreet.com
16 Orang Ditangkap saat Demonstrasi di DPR dan KPU, Ini Penjelasan Polres Metro Jakpus

Menurut Humas Polres Metro Jakarta Pusat, aksi demonstrasi di DPR semalam berujung anarkis.


Rangkaian Demo di Gedung DPR Sejak Awal Maret, Muncul Spanduk: Pecat Jokowi Tanpa Pesangon

35 hari lalu

Massa dari berbagai elemen menggelar aksi unjuk rasa di depan Gedung DPR RI, Jakarta, Selasa, 19 Maret 2024. Dalm aksi tersebut mereka mendesak kepada DPR RI untuk menggunakan hak angket untuk mengusut dugaan kecurangan Pemilu 2024 sekaligus rasa keprihatinan maraknya nepotisme dan ancaman matinya demokrasi. TEMPO/M Taufan Rengganis
Rangkaian Demo di Gedung DPR Sejak Awal Maret, Muncul Spanduk: Pecat Jokowi Tanpa Pesangon

Sejak awal Maret 2024, Gedung DPR beberapa kali menjadi tempat unjuk rasa terkait politik dinasti, pemakzulan Jokowi, Pemilu 2024. Ini rangkaiannya.