Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Penjara Tak Membuatnya Jera

image-profil

image-gnews
Iklan

Noor Huda Ismail
Yayasan Prasasti Perdamaian

Bom gereja meledak lagi. Kali ini sasarannya adalah Gereja Oikumene, Samarinda, Kalimantan Timur. Pelakunya, Juhanda, mantan narapidana teroris bom buku 2011. Sebagai bangsa, kita telah "terperosok pada lubang yang sama".

Sejak bom Hotel Marriot kedua pada 2009, aksi terorisme di Indonesia melibatkan mantan narapidana terorisme. Keterlibatan yang kedua kalinya, mereka naik "kasta" karena adanya peningkatan peran dan aksi. Misalnya, Urwah, salah satu pelaku pengeboman Hotel Marriot 2009. Ketika pertama kali Urwah ditangkap, ia hanya berperan menyembunyikan informasi keberadaan Noordin M. Top. Dalam aksi kedua, Urwah menjadi salah satu perancang serangan maut itu. Demikian juga dengan Afif alias Sunakim, pelaku bom Sarinah 2016. Awalnya, Afif hanya terlibat dalam pelatihan militer di Aceh pada 2010. Setelah bebas, ia menjadi pelaku utama serangan di awal tahun ini.

Pola tersebut terulang kembali dengan pelaku serangan bom di Samarinda. Wajar jika kemudian Kepala Polri Jendral Tito Karniavan menyatakan niat negara untuk mengevaluasi program deradikalisasi yang selama ini dijalankan. Mungkin, langkah evaluasi pertama yang perlu kita lakukan adalah dengan memahami "titik balik" kehidupan narapidana terorisme di dalam dan di luar penjara.

Pada kasus Juhanda, terlihat jelas bahwa penjara justru menjadi "sekolah" yang membuatnya naik "kasta". Dalam wawancara dengan penulis, Pepi Fernando, pelaku utama bom buku 2011 mengatakan: "Dalam aksi yang kami lakukan (bom buku 2011), Ju (panggilan Juhanda) tidak terlibat apa pun. Semua aksi di Jakarta dan dia (Ju) di Aceh". Dalam kasus terbarunya ini, Ju "dikorbankan oleh mentor-mentor pengecut. Mereka memberi Ju beban yang tidak berani mereka pikul sendiri".

Bagi Pepi, para mentor itu bukanlah sosok misterius yang susah diendus oleh aparat karena mereka ini adalah para tahanan teroris pendukung ideologi Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), yang biasa disebut sebagai ISIS-ers, di Lembaga Pemasyarakatan Tangerang. Kurun 2011–2014 tampaknya telah menjadi "titik balik" kehidupan dan komitmen Juhanda. Ia dikelilingi oleh narapidana ISIS-ers dan bahkan dinikahkan dengan seorang akhwat (wanita) dari jaringan ISIS-ers di Kalimantan.

Rupanya, penjara tidak menjadikan para narapidana terorisme ini jera dan putus dengan dunia luar. Mereka sangat aktif memantau apa yang terjadi di luar tembok penjara melalui telepon pintar yang mereka dapatkan secara sembunyi-sembunyi. Setelah deklarasi ISIS oleh Al Baghdadi pada 2014, narapidana terorisme terbagi menjadi dua kelompok besar.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pertama, mereka yang dengan gegap gempita mendukung. Inilah yang disebut kaum ISIS-ers. Sebagai bukti komitmen mereka terhadap ISIS, secara umum mereka menolak bersikap kooperatif terhadap pembinaan dari negara, terutama pihak lembaga pemasyarakatan dan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme. Bagi mereka, pegawai penjara dan staf BNPT adalah Anshorut toghut atau pendukung penguasa lalim yang tidak tunduk terhadap hukum Islam. Sikap resistansi mereka ini ditunjukkan dengan membuat kelompok kecil dan melakukan konsolidasi antar-mereka.

Kedua, kelompok yang menolak ISIS. Mereka ini lebih lunak, kooperatif, dan menerima program pembinaan, baik dari LP maupun institusi lain, seperti lembaga swadaya masyarakat. Pada kelompok ini, BNPT relatif telah berhasil merangkul sebagian napi terorisme di dalam dan di luar penjara dengan membantu mereka dengan pemberian modal untuk usaha kecil.

Karena penolakan para ISIS-ers ini, program pembinaan dari LP dan BNPT hampir tidak menyentuh mereka. Negara "kedodoran" menyikapi jenis narapidana seperti ini. Bahkan, ISIS-ers juga enggan mengurus hak-hak mereka, seperti pembebasan bersyarat. Mereka menilai hak-hak semacam itu bermuatan ideologis karena ada persyaratan harus menandatangani surat kesetiaan kepada NKRI. Karena itu, mereka lebih memilih bebas murni.

Fenomena resistansi ISIS-ers lumrah terjadi di LP yang memiliki warga binaan kasus terorisme. Misalnya di LP Pasir Putih Nusakambangan, terdapat sekitar 23 orang narapidana kasus terorisme. Delapan di antaranya bersikap kooperatif dan menolak memberikan dukungan kepada ISIS. Selebihnya memilih menjadi pendukung gerakan radikal ISIS dan menolak pembinaan. Yang tergolong kelas ideolog, seperti Aman Abdurrahman, ditempatkan di blok isolasi. Adapun pengikut ISIS yang lain ditempatkan satu blok tersendiri.

Juhanda berada dalam kelompok yang menolak program deradikalisasi ini. Ia kemudian justru "dibina" oleh ISIS-ers bernama Agung alias Ayas asal Samarinda, yang terlibat dalam pelatihan militer Poso, di bawah komando Santoso. Meskipun Juhanda tidak kooperatif, ia masih mendapatkan remisi Idul Fitri selama satu bulan pada 2014. Sebelumnya, ia juga mendapatkan remisi khusus pada oktober 2013 selama satu bulan dan remisi umum pada Agustus 2013. Dengan akumulasi remisi tersebut, Juhanda bebas murni pada 28 Juli 2014.

Pada fase inilah barangkali BNPT kehilangan momentum emas untuk melakukan koordinasi pihak terkait, seperti dinas sosial, tokoh masyarakat, atau bahkan pihak keluarga Juhanda, ketika ia bebas. Dalam rentang waktu dua tahun setelah bebas, negara dan masyarakat tidak hadir dalam kehidupan Juhanda. Ia justru diterima dengan tangan terbuka oleh komunitas ISIS-ers di Samarinda atas rekomendasi Agung. Dalam kelompok kecil inilah "titik balik" Juhanda mendorongnya menjadi pelaku bom di Samarinda yang menewaskan Intan.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


TNI AU Selidiki Ledakan TNT Usai Latihan Paskhas di Rokan Hulu

20 Juli 2017

Ilustrasi Ledakan
TNI AU Selidiki Ledakan TNT Usai Latihan Paskhas di Rokan Hulu

Kepala Dispen TNI Angkatan Udara Marsekal Pertama Jemi Trisonjaya menyebut pihaknya segera menyelidiki ledakan di Rokan Hulu yang diduga dari amunisi.


Ancam Bom ke Gedung DAAI TV di Medan, Pria Ini Ditangkap

5 Januari 2017

Ilustrasi bom. Boards.ie
Ancam Bom ke Gedung DAAI TV di Medan, Pria Ini Ditangkap

"Dia menuliskan, 'I Love ISIS. Kami telah beri kejutan di 5 titik di gedung DAAI TV.'"


Bom di Samarinda, GMKI Minta Masyarakat Tidak Terprovokasi  

14 November 2016

Warga mengamati TKP ledakan bom molotov di Gereja Oikumene  Samarinda, Kaltim, 13 November 2016. Seorang terduga pelaku peledakan berhasil ditangkap warga. TEMPO/Firman Hidayat
Bom di Samarinda, GMKI Minta Masyarakat Tidak Terprovokasi  

GMKI mengutuk keras pengeboman yang melukai empat orang anak di Gereja Oikumene, Kota Samarinda, Kalimantan Timur, pada Ahad kemarin.


Polisi Tangkap Pensiunan Tentara Terduga Pelaku Teror Bom  

3 November 2016

Ilustrasi bom. Boards.ie
Polisi Tangkap Pensiunan Tentara Terduga Pelaku Teror Bom  

Bom bensin itu dilengkapi pemicu pengatur waktu berupa jam dinding.


Bom Paku Bunuh Kerbau di Yogyakarta  

2 November 2016

Ilustrasi bom. Boards.ie
Bom Paku Bunuh Kerbau di Yogyakarta  

Bom meledak ketika kerbau paling belakang menginjaknya.


Ledakan di Rumah Kost Makassar, Diduga Bom

17 Mei 2016

Ilustrasi. (Unay Sunardi/TEMPO)
Ledakan di Rumah Kost Makassar, Diduga Bom

Akibat ledakan, dua penghuni kost terluka dan harus dilarikan ke Rumah Sakit Bhayangkara Makassar.


Cara Warga Jakarta Mempraktekkan #KamiTidakTakut pada Teror

15 Januari 2016

Sejumlah polisi berjaga di dekat tiga warga yang tergeletak di jalan usai terkena bom di dekat pos polisi di kawasan Sarinah, Jakarta, 14 Januari 2016. TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo
Cara Warga Jakarta Mempraktekkan #KamiTidakTakut pada Teror

Tagar #KamiTidakTakut menjadi trending topic Twitter. Ini cara orang Jakarta mempraktekkannya.


Nenek Ini Becanda Bawa Bom di Bandara Yogya, Bui Menanti

8 Januari 2016

Calon penumpang terlihat membawa banyak barang bawaan pada pintu keberangkatan di Bandara Internasional Adisucipto, di Yogyakarta, 21 Juli 2015. TEMPO/Pius Erlangga
Nenek Ini Becanda Bawa Bom di Bandara Yogya, Bui Menanti

Seorang nenek berusia 69 tahun, calon penumpang Lion Air, batal ke Jakarta gara-gara bercana membawa bom dan granat.


Sudirman Timsar Klarifikasi Soal Teror Bom

1 September 2015

Sudirman Timsar Zubil, tokoh Forum Umat Islam Sumatera Utara. TEMPO/Elik S
Sudirman Timsar Klarifikasi Soal Teror Bom

Sudirman Timsar Zubil membantah sebagai pelaku peledakan Masjid Nurul Iman, Padang.


Petani Dompu Temukan Bom Aktif 200 Kilogram  

26 Juli 2015

Ilustrasi bom. Boards.ie
Petani Dompu Temukan Bom Aktif 200 Kilogram  

Bom berwarna kuning, sepanjang 1,25 meter dan diameter 40 cm itu diduga merupakan peninggalan Perang Dunia II yang tidak meledak.