Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Digul

Oleh

image-gnews
Iklan

Tanah Merah, sebuah desa cantik di atas Sungai Digul.
Surat Van der Plas kepada Van Mook, 18 April 1943

Di bekas wilayah hukuman itu saya melangkah masuk ke halaman penjara tua yang didirikan pemerintah kolonial untuk para tahanan politik pada tahun 1920-an: ruang sempit, kawat berduri di atas tembok, sel di bawah tanah tempat orang hukuman yang bandel dikurung. Di bawah matahari yang terik dan udara yang gerah di Boven Digul, yang sama sekali tak mirip "desa cantik", sejauh mana yang terhukum bisa bertahan?

Saya tergetar, sebentar. Pernahkah ayah saya disekap di bui itu? Saya tak bisa membayangkannya. Saya tak pernah dengar ceritanya. Ia dibuang ke tempat yang terpencil itu, bersama ibu saya, setelah dipenjara dan ditahan di rumah sejak pemberontakan tahun 1927. Saya baru dilahirkan sekitar sembilan tahun semenjak mereka dipulangkan ke Jawa. Bapak tak sempat bercerita banyak tentang masa lalunya kepada saya: ia ditembak mati tentara Belanda ketika saya berumur lima tahun. Ibu terlalu sibuk membesarkan kami. Yang membekas dari Digul pada keluarga kami sesuatu yang tanpa kata-kata: salah satu kakak lahir di pembuangan itu.

Mungkin itu sebabnya di keluarga kami, masa lalu itu jarang jadi percakapan.

Jangan-jangan Digul sebenarnya bukanlah sebuah drama yang menarik untuk dikisahkan berulang kali?

Ibu cuma kadang-kadang bercerita tentang penduduk Papua setempat yang disebut "orang Kaya-Kaya" yang datang dari hutan, "para hantu rimba" yang ikut membantu kerja, dan memanggil Ibu "mama kuminis" dan Bapak "papa kuminis"; tentang para tahanan politik yang dengan sengaja membuang obat yang didapat dari Rumah Sakit Wilhelmina (dengan harapan pemerintah kolonial akan bangkrut membiayai kamp tahanannya); tentang orang buangan yang berani, terutama seorang pemuda bernama Salim.

Kakak saya pernah menyebutkan, dalam album keluarga ada potret Ayah di antara teman-temannya dalam kamp, tapi potret itu lenyap ketika pasukan Belanda menggeledah rumah kami dan Ayah ditangkap, kemudian dieksekusi.

Kenangan mirip potret yang kabur, bahkan lenyap. Ia masa lalu yang berubah bersama yang terjadi di hari ini. Dalam A Certain Age, sebuah buku "sejarah" yang memukau sebab tak lazim, Rudolf Mrazek mengeluarkan catatan wawancaranya dengan bekas-bekas buangan Digul. Kita ketemu dengan Sukarsih Moerwoto, misalnya. Aktivis pergerakan nasional ini yang selama tujuh tahun dibuang merasa bahwa di Digul "tak cukup ada makanan. Tak cukup ada kebahagiaan". Tapi ia juga mengatakan tak ada rasa tertekan. Tak ada kawat berduri di sekitar kamp mereka. "Kami sering berpiknik, dan kadang-kadang naik kanu di sungai. Kami mendayung dan kemudian makan siang."

Ada surat kabar yang datang tiap enam pekan, dan ketika Bung Hatta diinternir di sana, ia tidak hanya membawa enam peti buku, tapi juga sebuah gramofon. Hatta mengajar ekonomi, Sjahrir, kadang-kadang, mengajar bahasa Inggris dan menyanyi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Seperti diuraikan Mrazek dalam tulisan yang lain, "Sjahrir in Boven Digoel", dalam buku Making Indonesia (editor Daniel S. Lev dkk.), di kamp itu ada klub debat; para tahanan mendiskusikan buku Ramsay MacDonald, Socialism: Critical and Constructive, dan karya Firmin Riz, L'energie americaine. Mereka membentuk grup gamelan dan musik Sumatera, bahkan ada kelompok jazz yang disebut "Digoel Buseneert". Pelajaran bahasa Inggris maju; di sana-sini ada penawaran jasa laundry dan barbershop.

Ada sekolah buat anak-anak: sekolah Katolik dan Protestan, dan sebuah sekolah yang diajar seorang bekas tokoh komunis, Soetan Said Ali, yang dalam sebuah laporan resmi disebut "sebuah sekolah kecil komunis di Tanah Tinggi".

Tapi tentu tak semua diperkenankan berkembang. Para tahanan yang keras kepala dipisahkan di tempat yang jauh. Tokoh PKI Aliarcham, salah satu pelopor pemberontakan tahun 1926, adalah salah satunya. Ia meninggal di tempat sunyi itu.

Pada akhirnya, Digul adalah proyek penjinakan. Gubernur Jenderal De Graeff mengemukakan tujuan itu ketika kamp itu dibuka: "Ambisi politik yang ada harus diatasi dengan ketertarikan akan hal-hal yang lebih bersifat rumah tangga dan sosial."

Tapi bagaimana mungkin penjinakan ala borjuis itu terjadi ketika Digulbetapapun jauh bedanya dengan kamp konsentrasi Hitlertetap menunjukkan sifat dasar kekuasaan. Apalagi kekuasaan kolonial: sebuah kekuatan yang mengecualikan diri dari tuntutan kesetaraan. Ia membangun kamp, ia memisah-misahkan sesama manusia. Tapi tiap kali tuntutan melawan itu tak bisa diredam, dan politik bangkit.

Maka apa pun desain pemerintah Hindia Belanda, sebuah kamp selalu menyiapkan hari akhirnya sendiri. Dalam sejarah kolonialisme di Indonesia, hari akhir itu 17 Agustus 1945.

Goenawan Mohamad

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Buat White Ocean, Fans Siapkan Kejutan untuk TVXQ

2 menit lalu

Yunho di konser TVXQ. Foto: TEMPO| Raden Putri.
Buat White Ocean, Fans Siapkan Kejutan untuk TVXQ

Salah satu fan project tersebut adalah membuat white ocean atau lautan cahaya putih ketika TVXQ sedang tampil.


Reza Rahadian Mengaku tertarik Perankan Leluhurnya, Siapa Thomas Matulessy?

5 menit lalu

Ketua Komite Festival Film Indonesia atau FFI 2021, Reza Rahadian saat menghadiri peluncuran FFI 2021 secara virtual pada Kamis, 15 Juli 2021. Dok. FFI 2021.
Reza Rahadian Mengaku tertarik Perankan Leluhurnya, Siapa Thomas Matulessy?

Dalam YouTube Reza Rahadian mengaku tertarik memerankan Thomas Matulessy jika ada yang menawarkan kepadanya dalam film. Apa hubungan dengannya?


Termasuk Nama Potensial di Pilkada Jakarta, Mengapa Anies Baswedan Belum Terpikir Maju?

5 menit lalu

Calon presiden nomor urut 01, Anies Baswedan, menyambangi rumah dinas pasangannya dalam kontestasi pilpres 2024, Muhaimin Iskandar, di Jl. Widya Chandra IV No. 23, Jakarta Selatan, pada Sabtu, 20 April 2024. Anies bersama keluarganya tiba di rumah dinas Cak Imin pukul 14.46 WIB. TEMPO/Defara
Termasuk Nama Potensial di Pilkada Jakarta, Mengapa Anies Baswedan Belum Terpikir Maju?

Calon presiden nomor urut 1 Anies Baswedan enggan menanggapi pertanyaan wartawan apakah akan maju lagi pada Pemilikan Kepala Daerah DKI Jakarta.


Pangkalan Militer Irak Diguncang Ledakan, Satu Tewas Puluhan Luka-luka

11 menit lalu

Anggota Pasukan Khusus Irak melakukan operasi militer 'Solid Will', saat melawan militan ISIS di gurun Anbar, Irak 23 April 2022. REUTERS/Thaier Al-Sudani
Pangkalan Militer Irak Diguncang Ledakan, Satu Tewas Puluhan Luka-luka

Ledakan mengguncang pangkalan militer Irak, sehari setelah klaim bahwa Iran diserang Israel.


Bertambah lagi, MK Terima 52 Amicus Curiae soal Sengketa Pilpres

15 menit lalu

Delapan hakim Mahkamah Konstitusi dalam sidang Perselisihan Hasil Pemilihan Umum untuk Pemilihan Presiden 2024 atau PHPU Pilpres di Gedung MK, Jakarta Pusat pada Senin, 1 April 2024. TEMPO/Amelia Rahima Sari
Bertambah lagi, MK Terima 52 Amicus Curiae soal Sengketa Pilpres

Pengajuan sahabat pengadilan terhadap perkara sengketa Pilpres 2024 terus bertambah menjadi 52 amicus curiae.


Amsterdam Larang Hotel Baru untuk Mengatasi Overtourism

24 menit lalu

Amsterdam, Belanda. Unsplash.com/Adrien Olichon
Amsterdam Larang Hotel Baru untuk Mengatasi Overtourism

Tahun ini Amsterdam juga menaikkan pajak turis menjadi 12,5 persen untuk wisatawan yang menginap dan penumpang kapal pesiar.


Cak Imin Ungkap Anies Tak Berminat Maju Pilkada Jakarta hingga Detik Ini

25 menit lalu

Calon presiden dan wakil presiden nomor urut 01, Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar, ketika ditemui usai halal bihalal di Jalan Widya Chandra IV No. 23, Jakarta Selatan, Sabtu, 20 April 2024. TEMPO/Defara
Cak Imin Ungkap Anies Tak Berminat Maju Pilkada Jakarta hingga Detik Ini

Cak Imin mengungkapkan Anies Baswedan tidak berminat maju dalam Pilkada Jakarta 2024 hingga saat ini.


Jonatan Christie Naik ke Posisi 3 Ranking Bulu Tangkis BWF setelah Raih Gelar di All England dan Kejuaraan Bulu Tangkis Asia

27 menit lalu

Jonatan Christie. Dok TIm Humas PBSI
Jonatan Christie Naik ke Posisi 3 Ranking Bulu Tangkis BWF setelah Raih Gelar di All England dan Kejuaraan Bulu Tangkis Asia

Jonatan Christie melesat ke posisi tiga besar dalam peringkat bulu tangkis dunia (BWF) yang dirilis Sabtu, 20 April 2024


Preview Indonesia vs Yordania di Laga Terakhir Fase Grup Piala Asia U-23 2024

30 menit lalu

Indonesia vs Yordania di Piala Asia U-23 2024. Doc. AFC.
Preview Indonesia vs Yordania di Laga Terakhir Fase Grup Piala Asia U-23 2024

Duel Timnas U-23 Indonesia vs Yordania akan tersaji pada pertandingan ketiga babak penyishan Grup A Piala Asia U-23 2024.


Kuasa Hukum Robert Bonosusatya Ungkap Isi Pemeriksaan di Kasus Dugaan Korupsi Timah dan Hubungannya dengan Harvey Moeis

39 menit lalu

Robert Bonosusatya. Istimewa
Kuasa Hukum Robert Bonosusatya Ungkap Isi Pemeriksaan di Kasus Dugaan Korupsi Timah dan Hubungannya dengan Harvey Moeis

Nama Robert Bonosusatya terseret dalam pusaran dugaan korupsi timah. Namanya dikaitkan dengan tersangka lain Harvey Moeis dan Helena Lim.