Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Daulat

Oleh

image-gnews
Iklan

Ada sepatah kata yang berubah bersama sejarah: daulat.

Di masa lampau orang akan menyatakan siap menjalankan titah sultan dengan berkata, "Daulat, Tuanku." Dalam ucapan itu tersirat hubungan dengan Yang-Di-Atas. Tapi kini daulat justru diucapkan sebagai idiom yang mengacu ke arah sebaliknya: orang ramai: "Ketua rombongan pun didaulat para hadirin agar menyanyi di panggung."

Dalam bahasa Malaysia, ucapan "Daulat, Tuanku" masih berlaku dalam acara resmi. Tak berarti tak ada arti lain bagi daulat. Kamus Dewan Bahasa dari Kuala Lumpur memaknainya juga sebagai kuasa yang datang dari luar "Tuanku". Daulat, menurut kamus resmi itu, juga berarti "merampas (kekuasaan) dengan tidak sah".

Namun tak berarti ada tafsir yang sama dalam kedua cabang bahasa Melayu itu. Tafsir Kamus Dewan Bahasa mengisyaratkan sebuah tindakan yang tanpa legitimasi: "merampas dengan tidak sah". Sebaliknya dalam bahasa Melayu-Indonesia, daulat, sebagai aksi orang ramai, tidak hanya sah, tapi juga bagian pergaulan sehari-hari.

Sejarah politik Indonesia telah membuat perbedaan itu. Revolusi 1945 menyisihkan para sultan dan privilese mereka. Terkadang dengan darah dan besi, seperti di Sumatera Timur. Gerakan pembebasan nasional sejak awal abad ke-20 telah membuat daulat kehilangan auranya. Kini kita menyebutnya kedaulatan.

Saya tak tahu kapan persisnya "ke" dan "an" itu menempel. Mungkin nasionalisme Indonesia memang ekspresi protes yang meluas di seantero penduduk Hindia Belanda, hingga daulat tak bisa lagi dianggap melekat "di atas" atau di mana pun. Kini kedaulatan: sesuatu yang impersonal. Kata itu jadi sebuah konsep, sesuatu yang universal. Ia jadi terjemahan kata Belanda soevereiniteit atau kata Inggris sovereignty. Ia lebih sering disebut bersama kata nasional dan rakyat.

Dan kita menumbuhkannya. Maka kata daulat, jika kita dengar sekarang, tak ada hubungannya dengan "merampas kekuasaan".

Tapi sejarah politik modern Indonesia terkadang lupa bahwa daulat (atau kedaulatan) sering datang dengan perampasan. Di abad ke-13 Kerajaan Singasari dibangun Ken Arok; ia memulai kekuasaannya dengan membunuh akuwu Tumapel, Tunggul Ametung. Hubungan antara kedaulatan dan kekerasan tak berhenti di situ. Di Aceh, 400 tahun setelah itu, Sultan Iskandar Muda, yang membangun sebuah kerajaan yang mengagumkan, naik takhta setelah memberontak pamannya, Sultan Ali Ri'ayat Syah III, dan membunuh pamannya yang lain, Hussain.

Riwayat seperti itulah yang agaknya membuat orang Indonesia tak mudah menerima kedaulatan sebagai sesuatu yang terlepas dari gerak dan gejolak politik, dan juga tak mudah memandang kuasa raja-raja sebagai perpanjangan kuasa Tuhan.

Saya kira ini berbeda dengan pengalaman Eropa sejak kemaharajaan Karolinger di abad ke-9. Dimulai dengan takhta Pippin Kecilia pangeran bangsa Frank yang diasuh para biarawankedaulatan diberi tudung keagamaan. Tudung itu makin lama makin menyatu dengan kedaulatan itu sendiri.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Di tahun 751 Pippin dinobatkan jadi raja dengan dukungan Paus Zakharias. Wilayah sekitar yang direbutnya dipersembahkannya kepada Takhta Suci. Anaknya, Karl Agung, mengukuhkan simbiosis Takhta-Raja-Takhta-Suci dengan mengembangkan "Dunia Kristen"; ia serang kerajaan Islam di Spanyol dan ia kristenkan bangsa Saxon. Klimaksnya, di hari Natal tahun 800, di Basilika Santo Petrus, Paus Leo III memasang mahkota kekaisaran di kepala Karl Agung.

Sejak itu kedaulatan pun jadi sakral. Raja, pemonopoli kedaulatan, membangun analoginya dengan Tuhan. Tuhan mendatangkan mukjizat, dan mukjizat adalah sebuah perkecualian dari hukum alam, dan perkecualian itu tanda kedaulatan-Nya yang mutlak. Analog dengan itu, raja-raja dengan kuasa yang absolut juga berada di luar hukum antarmanusia: seperti ditunjukkan Carl Schmitt, pemikir Nazi itu, terutama di tangan raja-raja kedaulatan adalah cerita "perkecualian", Ausnahme.

Kemudian Revolusi Prancis menghabisi kaitan Tuhan dan kuasa para Yang Dipertuan. Juga ketika pada awal Desember 1804, Napoleon, perwira yang dibesarkan Revolusi, mengangkat diri jadi maharaja. Upacara penobatannya ia buat mirip dengan Karl Agung. Tapi betapa beda.

Dari Roma, Paus Pius VII datang ke Paris, ke Katedral Notre Dame, untuk meletakkan mahkota ke atas kepala sang maharaja baru. Tapi Napoleon membatalkannya: sebelum Paus sempat bergerak, Bonaparte meletakkan dengan tangannya sendiri mahkota itu di kepalanya. Jika Paus dianggap wakil Tuhan, hari itu Tuhan disingkirkan di depan altar Notre Dame.

Tapi tanpa Tuhan sekalipun kedaulatan tak hilang tuahnya. Ia punya tuah baru yang lebih cocok di bumi, di mana senjata dan dukungan orang ramai, demos, kekuatan di luar agama, lebih mengukuhkannya. Namun, berbeda dengan tuah lama, kini ada yang tak bisa ditutup-tutupi: kedaulatan adalah bagian proses politik, dengan nafsu, gejolak, dan benturannya.

Jauh sebelum Napoleon di Prancis, Raja Mataram pertama menegaskan kenyataan itu ketika melalui pelbagai penaklukan ia menamai diri sayidin panatagama: dialahbukan ulama yang dipilih Allahyang "menata agama".

Tentu ia, seperti yang lain, juga membangun mithos tentang kekalnya kedaulatan; bayang-bayang agama tak bisa sepenuhnya sirna dari ide tentang kedaulatanbahkan hingga hari ini. Tapi zaman tak bisa mengembalikan hikayat tua, ketika agama dan raja menganggap manusia satu komunitas yang siap berkata, "Daulat, Tuanku." Etienne Balibar menyebut kedaulatan ditandai "impotence of the omnipotent": di satu sisi tampak yang mahakuasa, pada saat yang sama tampak pula impotensinya.

Maka sudah sepantasnya daulat berubah makna.

Goenawan Mohamad

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Koalisi Prabowo Rangkul PKB dan Partai Nasdem Bahayakan Demokrasi

2 menit lalu

Prabowo-Gibran tengah merangkul rival politiknya dalam pemilihan presiden untuk bergabung ke koalisi Prabowo.
Koalisi Prabowo Rangkul PKB dan Partai Nasdem Bahayakan Demokrasi

Upaya Koalisi Prabowo merangkul rival politiknya dalam pemilihan presiden seperti PKB dan Partai Nasdem, berbahaya bagi demokrasi.


Semakin Turun, Surplus APBN Maret 2024 Hanya Rp 8,1 Triliun

4 menit lalu

Menteri Keuangan Sri Mulyani bersama jajarannya bersiap memulai konferensi pers APBN Kita edisi Maret 2024 di Jakarta, Senin 25 Maret 2024. Sri Mulyani mengatakan, realisasi anggaran Pemilu 2024 hingga 29 Februari 2024 sebesar Rp 23,1 triliun. TEMPO/Tony Hartawan
Semakin Turun, Surplus APBN Maret 2024 Hanya Rp 8,1 Triliun

Sri Mulyani menilai kinerja APBN triwulan I ini masih cukup baik.


Deretan Kasus Polisi Pesta Narkoba, Terbaru di Depok

8 menit lalu

Ilustrasi tes narkoba. TEMPO/Aris Novia Hidayat
Deretan Kasus Polisi Pesta Narkoba, Terbaru di Depok

Lima orang polisi pesta narkoba ditangkap di Kampung Palsigunung, Kelurahan Tugu, Kecamatan Cimanggis, Depok, Jawa Barat.


Liburan Murah ala Backpacker ke Dubai, Bisa?

10 menit lalu

Burj Khalifa dilihat dari Sky Views Edge Walk Dubai, Emaar Square Area Downtown Dubai, pada Sabtu, 23 Maret 2024 (TEMPO/Mila Novita)
Liburan Murah ala Backpacker ke Dubai, Bisa?

Dubai berinvestasi menyediakan fasilitas hotel bintang dua dan bintang tiga di berbagai lokasi di seluruh kota, juga tempat-tempat wisata terjangkau.


Pemilu India, Duel Narendra Modi dan Rahul Gandhi Memanas soal Isu Minoritas Muslim

14 menit lalu

Seorang wanita menunjukkan jarinya yang bertinta setelah memberikan suaranya di tempat pemungutan suara pada pemilu tahap kedua, di Jodhpur, di negara bagian gurun Rajasthan, India, 26 April 2024. REUTERS/Stringer
Pemilu India, Duel Narendra Modi dan Rahul Gandhi Memanas soal Isu Minoritas Muslim

Narendra Modi berusaha memenangi Pemilu India untuk masa jabatan ketiga berturut-turut didukung oleh nasionalisme Hindu dan popularitas pribadinya.


Cara Beli Tiket Proliga 2024 di PLN Mobile dan Harganya

15 menit lalu

Pevoli putri Jakarta Pertamina Enduro Giovanna Milana(kanan) melakukan smes ke arah pevoli putri Bandung bjb Tandamata Ratna Sanger (tengah) dan Agustin Wulandhari (kiri) saat pertandingan Proliga 2024 di GOR Amongrogo, Yogyakarta, Kamis 24 April 2024. ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah
Cara Beli Tiket Proliga 2024 di PLN Mobile dan Harganya

Simak cara beli tiket Proliga 2024 melalui aplikasi PLN Mobile.


Respons PKS soal PKB dan NasDem Merapat ke Prabowo-Gibran

16 menit lalu

Sekjen Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Aboe Bakar Al-Habsyi ditemui usai mengikuti Rapat Pleno Terbuka Penetapan Hasil Pemilu Tahun 2024 secara Nasional di Kantor KPU, Jakarta Pusat, pada Rabu, 20 Maret 2024. Tempo/Yohanes Maharso Joharsoyo
Respons PKS soal PKB dan NasDem Merapat ke Prabowo-Gibran

Begini respons PKS soal PKB dan NasDem yang merapat ke Prabowo-Gibran. Padahal sebelumnya, mereka sama-sama berada di Koalisi Perubahan.


Beroperasi Sejak 2021, 4 Tersangka Judi Online di Depok Raup Omzet Rp 30 Miliar

16 menit lalu

Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta Raya (Polda Metro Jaya) menangkap empat orang tersangka judi online di sebuah rumah di kawasan Tapos, Cimanggis, Depok, 23 April 2024.
Beroperasi Sejak 2021, 4 Tersangka Judi Online di Depok Raup Omzet Rp 30 Miliar

Ditreskrimsus Polda Metro Jaya menangkap 4 tersangka judi online di sebuah rumah di kawasan Tapos, Cimanggis, Depok, 23 April 2024.


Mahasiswa Adukan Universitas Columbia Soal Represi Demo Pro-Palestina

17 menit lalu

Mahasiswa pro-Palestina mengambil bagian dalam protes mendukung Palestina di tengah konflik yang sedang berlangsung di Gaza, di Universitas Columbia di New York City, AS, 12 Oktober 2023. REUTERS/Jeenah Moon
Mahasiswa Adukan Universitas Columbia Soal Represi Demo Pro-Palestina

Mahasiswa Universitas Columbia mengajukan pengaduan terhadap universitas di New York itu atas tuduhan diskriminasi dalam protes pro-Palestina


KKP Galang Kolaborasi Internasional untuk Perluas Kawasan Konservasi Laut

20 menit lalu

KKP Galang Kolaborasi Internasional untuk Perluas Kawasan Konservasi Laut

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), menggalang dukungan internasional untuk mewujudkan perluasan kawasan konservasi laut seluas 97,5 juta hektare (ha) atau setera 30 persen luas laut perairan Indonesia pada tahun 2045.