Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Diorama Tentang Rasa Sepi

Oleh

image-gnews
Film Another Year
Film Another Year
Iklan

TEMPO Interaktif, Jakarta -



ANOTHER YEAR


Sutradara   : Mike Leigh

Skenario     : Mike Leight
Pemain       : Jim Broadbent, Ruth Sheen, Lesley Manville, Oliver Maltman


Di utara London, sepasang suami-isteri Tom dan Gerry adalah pusat dari segala cahaya. Pada usia mereka yang senja, Tom (Jim Broadbent) seorang geolog dan Gerry (Ruth Sheen), seorang psikiater, menikmati hidup dengan sederhana dan tenang. Mereka bekerja di kantor masing-masing, kemudian pada akhir pekan mereka mengisi waktu dengan menggarap kebun atau mengundang kawan untuk makan malam sembari berharap putera tunggal mereka, Joe, seorang pengacara publik untuk segera mendapatkan jodoh.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan


Semua terlihat begitu biasa; begitu normal tanpa gejolak apa pun. Tetapi sutradara Mike Leigh adalah seorang maestro drama realisme yang memberi karakter di panggung sinema Inggris memang tak pernah memperlihatkan gejolak emosi dengan brutal. Lihatlah film-film sebelumnya, antara lain Life is Sweet (1990), Vera Drake (2004) atau Happy-Go-Lucky (2008) selalu saja menampilkan persoalan perbedaan kelas Inggris dengan kisah sehari-hari.

         
Kepahitan langsung mencekam ketika adegan pertama film ini menyajikan wajah muram seorang pasien Gerry (diperankan dengan baik oleh aktris Imelda  Staunton yang tampil sekilas). Sang pasien disergap insomnia dan datang mengunjungi Gerry hanya untuk mendapatkan resep obat tidur. Depresi, murung dan gelap. Kontras dengan kehidupan Gerry, sang prikiater yang dengan sabar membimbing pasiennya untuk menggali lebih dalam penyebab depresinya, daripada langsung menjejali obat tidur.

         
Demikian pula peran Gerry sehari-hari menghadapi kawan-kawannya yang memperlakukan rumahnya seperti sebuah pelabuhan teduh, sebuah tempat untuk berlindung dari segala luka dan pedih. Para pencari keteduhan itu adalah Mary (Lesley Manville),sekretaris Gerry dan Ken (Peter Wight), kawan  lama Tom.

         
Kamera Mike Leigh seperti melakukan sebuah observasi—tanpa mengganggu privasi—para tokoh-tokohnya. Mary, seorang perempuan yang sudah bercerai dan terus menerus mencari pasangan hidup malah akhirnya menemukan hiburan melalui alkohol. Paa setiap kunjungannya ke rumah Tom dan Gerry, kita melihat bagaimana Mary berceloteh dalam mabuk, merayu Joe (Oliver Maltman), anak Tom dan Gerry yang jauh lebih muda daripadanya. Kita tahu,harapan Mary untuk bisa berpasangan dengan Joe bukan persoalan nafsu seorang “tante girang” pada daun muda; tetapi lebih pada perasaan ingin menjadi bagian keluarga bahagia yang  tentram dan apik itu.

         
Ken, sahabat Tom, yang juga tamu tetap di keluarga itu adalah sebungkah tubuh tambun yang penuh keputus-asaan dan kemarahan. Saat Ken merayu Mary, kita tak tahu apa karena dia sekedar kesepian atau karena organ tubuh lelaki yang sudah lama tak digerakkan. Mary menolak keras juga bukan karena sukar melihat ketulusan Ken, tetapi karena hati dan mata Mary sudah tertancap keras pada Joe.

         
Drama mencapai klimaks ketika Joe datang di sebuah malam bersama kekasih barunya, Katie (Karina Fernandez), seorang psikiater muda yang lincah, cerdas dan dengan segera bisa  cocok dengan keluarga Tom dan Gerry. Dengan segera pula kita bisa melihat kecemburuan yang luarbiasa yang bergejolak dari wajah Mary. Masam, pahit, luka. Segalanya bercampur aduk dalam diam.

         
Mike Leigh bukan penulis dan sutradara yang gemar plot yang jelas. Film-filmnya lebih merupakan diorama, sebuah rangkaian peristiwa yang seolah tak tertata. Seperti hidup yang sesungguhnya: kerutinan slealu bisa diduga karena sudah menjadi agenda hidup; tetapi peristiwa sering datang tanpa diundang. Film Another Year menunjukkan bahwa empat musim: musim gugur, musim dingin, musim semi dan musim panas akan selalu datang dan pergi. Tetapi peristiwa kematian, seperti yang dialami Ronnie (David Bradley)—adik Tom—adalah sesuatu yang menampar hidupnya.

         
Lagi-lagi terjadi kontras antara kehidupan keluarga Tom dan Gerry yang manis,bahagia dan tertata; dengan keluarga Ronnie yang miskin, penuh kemarahan dan kehilangan.

         
Mike Leigh tidak percaya pada dinamika kamera. Tidak percaya bahwa drama harus berisi jerit, darah dan klimaks ekstase yang mengguncang. Kita menyaksikan orang-orang seperti Mary, Ken, Ronny yang mewakili kesepian dan luka; tingkah laku yang konyol dan rasa kehilangan arah, seluruhnya muncul melalui gerak, lirik, dialog dan cahaya mata yang redup.

         
Seperti juga film-film sebelumnya, sutradara Mike Leigh tidak memulai dengan skenario. Dia memulai dengan ide dan lokakarya. Seluruh pemain dikumpulkan dan diajak memasuki sosok yang akan ditampilkan. Ide dan usul dialog dicampur, digodog dan dilatih bersama hingga akhirnya nanti menjadi sebuah skenario yang matang. Pada saat pengambilan gambar, seluruh pemain sudah menjelma menjadi tokoh yang akan mereka perankan. Itulah sebabnya kita kemudian menyaksikan tokoh-tokoh yang meyakinkan: Tom, Gerry, Joe, Mary, Ken, Ronny. Tetapi, Lesley Manville sebagai Mary  tampil paling cemerlang.

Film Another Year yang skenarionya dinominasi pada Academy Award tahun ini adalah salah satu film drama terbaik tahun ini yang wajib disaksikan.        
Sebuah cerita tentang kehilangan yang dinarasikan dengan kesederhanaan yang menyentuh.




Leila S.Chudori

 

 

 
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Mira W Puas Dengan Arini Besutan Ismail Basbeth

4 April 2018

Poster film Arini. twitter.com
Mira W Puas Dengan Arini Besutan Ismail Basbeth

Film Arini mampu menerjemahkan kisah dalam novel dengan baik dalam konteks kekinian


Film Indonesia Diputar di Busan International Film Festival 2017

17 Oktober 2017

Sumber: Dokumentasi pribadi
Film Indonesia Diputar di Busan International Film Festival 2017

Film Ismail Basbeth ini diputar perdana pada A Window on Asian Cinema. Memperkenalkan film-film pilihan dari Most Talented Asian Filmmaker of The Year


Garap Film Posesif, Sutradara Edwin: Tak Korbankan Idealisme

13 Oktober 2017

Sutradara Edwin, penulis naskah Gina S. Noer, Adipati Dolken, Putri Marino, duo produser Muhammad Zaidy dan Meiske Taurisia, yang membuat film Posesif saat di Bandung, 24 Januari 2017. TEMPO/ANWAR SISWADI
Garap Film Posesif, Sutradara Edwin: Tak Korbankan Idealisme

Menggarap film Posesif, menurut Edwin, sama sekali tidak mengorbankan idealismenya sebagai sutradara film selama ini.


Star Wars: The Last Jedi, Ungkap Siapa Jedi yang Terakhir

9 Oktober 2017

Figur dari film Star Wars dihadirkan dalam New York Comic Con di New York City, AS, 5 Oktober 2017. REUTERS
Star Wars: The Last Jedi, Ungkap Siapa Jedi yang Terakhir

Lucasfilm telah secara resmi mengumumkan bahwa trailer film Star Wars: The Last Jedi akan tayang pada hari Selasa, 10 Oktober 2017.


Di Pemutaran Film ini, Pria Kulit Putih Bayar Tiket Lebih Mahal

22 September 2017

Seorang pria melihat poster film lama di sebuah bioskop yang tidak terpakai di Al-Ahram, Tripoli, Lebanon, 5 Juli 2017. Kini Qassem Istanbouli mendapatkan dukungan finansial dari kementerian kebudayaan Lebanon, sebuah LSM Belanda dan Amerika Serikat untuk membangun mimpinya. REUTERS/Ali Hashisho
Di Pemutaran Film ini, Pria Kulit Putih Bayar Tiket Lebih Mahal

Shiraz Higgins ingin bicara soal adanya ketakadilan
pendapatan antara perempuan dan laki-laki di Kanada


Joko Anwar Gandeng Dua Seniman Main Film Pengabdi Setan  

22 September 2017

Poster film Pengabdi Setan. imdb.com
Joko Anwar Gandeng Dua Seniman Main Film Pengabdi Setan  

Di film Pengabdi Setan, Joko Anwar membutuhkan ada pemain
yang bisa menerjemahkan cerita melalui gestur. Ia melibatkan
dua seniman di Pengabdi Setan


Gerbang Neraka, Film Horor Dengan Format Berbeda

15 September 2017

Pemeran Film Gerbang Neraka Julie Estelle (kiri), Reza Rahadian (tengah) dan Dwi Sasono (kanan) berfoto bersama saat menghadiri peluncuran film Gerbang Neraka di Jakarta, 13 September 2017. Film Gerbang Neraka akan dirilis secara serentak di seluruh bioskop pada 20 September mendatang. ANTARA FOTO
Gerbang Neraka, Film Horor Dengan Format Berbeda

Film Gerbang Neraka digadang sebagai film horor yang dikemas
lain dari gaya film horor sebelumnya


Jay Subyakto Didemo Warga Keturunan Wandan Terkait Film Banda

31 Juli 2017

Ratusan warga keturunan asli Banda melakukan unjuk rasa, di halaman Gong Perdamaian Ambon, 31 Juli 2017. Aksi tersebut dilakukan menyusul pernyataan sutradara Film Banda The Dark Forgotten Trail, Jay Subiyakto yang dianggap menyudutkan warga asli Banda dalam promosi filmya. Foto: Rere Khairiyah
Jay Subyakto Didemo Warga Keturunan Wandan Terkait Film Banda

Ratusan warga mendesak DPRD untuk menunda penayangan film Banda yang disutradari Jay Subyakto.


Harry Styles dan Pangeran Harry Ramaikan Premier Film Dunkirk

15 Juli 2017

Harry Styles berakting di film Dunkirk. DAILYMAIL
Harry Styles dan Pangeran Harry Ramaikan Premier Film Dunkirk

Harry Styles mendampingi Pangeran Harry di karpet merah premier film Dunkrik karya Christopher Nolan.


Lebanon Akan Boikot Wonder Woman karena Diperankan Aktris Israel

31 Mei 2017

Aktris Gal Gadot memerankan perannya saat syuting film terbarunya, Wonder Woman. Film ini menceritakan sosok Diana, putri cantik asal Amazon yang dilatih guna menjadi ksatria tak terkalahkan, Wonder Woman. AP Photo
Lebanon Akan Boikot Wonder Woman karena Diperankan Aktris Israel

Aktris Israel, Gal Gadot yang jadi Wonder Woman disebut-sebut menjadi anggota militer Israel.