Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Mega

Oleh

image-gnews
Iklan

Putu Setia
@mpujayaprema

Semesta sedang bergerak mencari keseimbangan baru. Alam berada dalam posisi pancaroba, tak mudah untuk ditebak. Mentari bisa terik, tapi tiba-tiba saja sinar surya tertutup oleh mega. Baik itu megamendung yang akan membawa hujan ataupun meghanadaini bahasa Jawa Kunoyang berarti guntur menggelegar. Tak selalu guntur mengirim hujan, harus pandai membaca alam untuk sebuah rencana. Seorang jakajoko kalau diucapkan dalam keseharianbisa bingung oleh fenomena alam seperti ini. Dia harus meminta saran-saran dari para tetua, apa yang akan dilakukan agar bisa tenteram.

Romo Imam sedang memberikan ceramah di paguyubannya sebelum arisan dibuka. Saya menyimak dengan tekun. Tapi, terus terang, saya tak paham, kenapa Romo mengulas soal alam. Memang, gerimis sejak tadi. Ah, meski tak paham, saya tetap menyimak.

Tiga kata ini banyak disebut sekarang: mega, surya, dan joko. Mega dan surya sudah masuk dalam kamus bahasa kita, tapi joko tidak. Yang ada cuma jaka. Artinya, lelaki dewasa, tapi belum berumah tangga. Ini adalah batas kemampuan seseorang untuk mencerna alam. Atau, dengan bahasa yang mudah, seorang joko belum matang pengalamannya dalam kehidupan di jagat ini. Ia masih perlu banyak belajar. Berumah tangga hanyalah simbol dari kedewasaan yang dalam buku-buku lama disebut grahasta, tak harus diartikan perkawinan. Seorang joko bisa saja sudah kawin dan beranak. Tapi, sebagai simbol, ia belum punya pengalaman besar terjun ke masyarakat. Ia belum teruji benar. Ia tak mudah membaca alam, apalagi kalau di atasnya ada mega dan surya yang pengaruhnya sangat besar.

Waduh, ampun, ampun. Saya betul-betul tak paham. Tapi anggota paguyuban Romo semua menyimak dengan tenang. Tak seorang pun berani menoleh ke arah lain, semua menatap Romo. Tak ada yang bergerak, batuk pun tidak. Saya, yang bukan anggota paguyuban, merasa terjebak dan terpaksa mendengarkan.

Namun, seorang joko yang mau menerima nasihat dari berbagai kalangan, sudah jelas orang yang bijak dan punya harapan besar membawa ketenteraman jika ia berlanjut menjadi pemimpin. Itu berarti ia rendah hati untuk mendapatkan masukan dan bukan memaksakan kehendaknya yang belum tentu benar, lebih-lebih dalam bayangan mega dan surya yang tak jelas maunya di tengah tiupan angin. Apalagi joko bisa mengumpulkan sembilan tetua untuk dimintai pertimbangan, lalu menemui orang yang masih dianggapnya punya wibowo, itu adalah pertanda ia mau mendengar semua suara.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Alam sedang bergerak mencari keseimbangan dan seorang joko yang rendah hati dan tidak meledak-ledak dengan nafsu serakahnya akan selamat dalam masa yang sulit ini. Mari kita dukung orang seperti itu, jangan biarkan dia sendiri.

Romo berhenti bicara dan orang-orang yang mendengarkan pada mengusap wajahnya dengan tangan. Wajah mereka cerah. Tapi, sekali lagi, saya tak paham isi ceramah pendek Romo Imam itu. Ketika Romo menyendiri, saya pun mendekati. "Sampeyan ikut mendengarkan, ya?" Romo kaget melihat saya.

Saya menyalami Romo dan berujar, "Saya mengikuti dari tadi, tapi tak paham Romo ngomong apa. Di kepala saya, saat Romo mengucapkan mega, surya, joko, wibowo, dan entah apa lagi, saya seperti mendengar Megawati, Surya Paloh, Joko Widodo, Prabowo..."

"Ah, sampeyan..." Romo memotong saya. "Otak sampeyan ada virus politik, seperti otak kebanyakan orang. Apa-apa dibawa ke ranah politik. Hukum dipolitisasi, silaturahmi dipolitisasi, blusukan pun dipolitisasi...." Romo tertawa. Saya ikut tertawa. Saya tetap menduga Romo sedang berpolitik.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


4 Tokoh Pendidikan Anak-anak Indonesia: Pak Kasur, Bu Kasur, Kak Seto, Suryadi alias Pak Raden

4 menit lalu

Pak Raden (Ist)
4 Tokoh Pendidikan Anak-anak Indonesia: Pak Kasur, Bu Kasur, Kak Seto, Suryadi alias Pak Raden

Pak Kasur, Bu Kasur, Kak Seto, Drs Suryadi alias Pak Raden merupakan tokoh-tokoh pendidikan anak-anak Indonesia. Berikut profilnya


Gara-Gara Doner Kebab, Turki dan Jerman Berseteru Sengit

5 menit lalu

Doner Keban di Berlin. aeti.edu.lk
Gara-Gara Doner Kebab, Turki dan Jerman Berseteru Sengit

Perselisihan sengit telah terjadi antara Turki dan Jerman mengenai apa yang dimaksud dengan doner kebab.


Sebut Judi Online 6 Kali Lebih Bahaya dari Narkoba, Psikiater RSCM Sarankan Ini

5 menit lalu

Ilustrasi pemain judi online. Selain wartawan, Menkominfo Budi Arie mengungkapkan bahwa pegawai di Kementerian Komunikasi dan Informatika juga terlibat praktik judi online. TEMPO/ Febri Angga Palguna
Sebut Judi Online 6 Kali Lebih Bahaya dari Narkoba, Psikiater RSCM Sarankan Ini

Psikiater menyebut judi online urgen dicegah. PPATK mencatat 197.054 anak 11-19 tahun sudah bermain judi online dengan deposit total Rp 293,4 miliar.


PBNU dan Muhammadiyah Akhirnya Putuskan Terima Izin Tambang Jokowi

5 menit lalu

Logo PBNU dan Muhammadiyah. Istimewa
PBNU dan Muhammadiyah Akhirnya Putuskan Terima Izin Tambang Jokowi

Dua ormas keagamaan besar, PBNU dan Muhammadiyah menerima tawaran izin tambang Jokowi


Punya Data Rekening Pengepul, Begini Cara PPATK Bongkar Transaksi Judi Online

5 menit lalu

Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), Ivan Yustiavandana memberikan penjelasan dan pemaparan saat menghadiri rapat kerja Komisi III DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa, 21 Maret 2023. Rapat tersebut membahas transaksi mencurigakan di Kementerian Keuangan senilai Rp 349 triliun. TEMPO/M Taufan Rengganis
Punya Data Rekening Pengepul, Begini Cara PPATK Bongkar Transaksi Judi Online

PPATK mengungkapkan cara lembaganya untuk mengendus transaksi judi online.


Koperasi di Lereng Merapi Yogyakarta Siapkan Paket Eduwisata Belajar Seru Beternak Sapi

22 menit lalu

Suasana peternakan sapi di Koperasi Samesta yang berada di Kecamatan Cangkringan, lereng Gunung Merapi Sleman Yogyakarta. Tempo/Pribadi Wicaksono
Koperasi di Lereng Merapi Yogyakarta Siapkan Paket Eduwisata Belajar Seru Beternak Sapi

Untuk menuju lokasi, wisatawan nantinya bisa memanfaatkan paket dalam jip wisata lava tour Lereng Merapi Yogyakarta.


Prabowo Diminta Evaluasi Penghiliran Nikel

28 menit lalu

Ilustrasi  smelter nikel. REUTERS
Prabowo Diminta Evaluasi Penghiliran Nikel

Presiden terpilih Prabowo Subianto didesak untuk melakukan evaluasi program penghiliran nikel.


Survei Elektabilitas Ahok Kedua Teratas di Jakarta, PDIP: Semua Masih Dinamis

32 menit lalu

Ridwan Kamil, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), dan Anies Baswedan. TEMPO
Survei Elektabilitas Ahok Kedua Teratas di Jakarta, PDIP: Semua Masih Dinamis

Ahok memang menjadi salah satu nama calon potensial yang saat ini dimiliki PDIP.


Mengenang Pak Kasur: Tokoh Pendidikan Pernah Jadi Anggota Badan Sensor Film

32 menit lalu

Pak Kasur. kesekolah.com
Mengenang Pak Kasur: Tokoh Pendidikan Pernah Jadi Anggota Badan Sensor Film

Pak Kasur menjadi salah seorang tokoh pendidikan di negeri ini. Ini perjalanan hidupnya, dan khususnya dedikasinya pada pendidikan anak-anak.


Kapal Penumpang di Anambas Tenggelam, Tiga 3 Orang Meninggal

37 menit lalu

Ilustrasi kapal tenggelam. AFP/Pedro Pardo
Kapal Penumpang di Anambas Tenggelam, Tiga 3 Orang Meninggal

Kapal penumpang KM Samarinda rute Tarempa - Matak, Kabupaten Anambas, tenggelam, Jumat 26 Juli 2024. Setidaknya tiga orang meninggal.