Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Lee

Oleh

image-gnews
Iklan

Seorang pemimpin besar mangkat, Lee Kuan Yew meninggal; setelah itu apa? Mudah-mudahan: sebuah kursi kosong.

Dunia mengakui betapa hebatnya pembangun Singapura ini: ia meletakkan dasar yang membuat negerinya, bekas koloni Inggris yang kecil itu, yang tak punya sumber kekayaan alam apa pun, dalam 10 tahun terakhir mampu melampaui Amerika Serikat dalam kemakmuran.

Tapi mungkin melihat kemungkinan itulah Lee justru cemas. Ia melihat dirinya bagian dari manusia yang ulung-dan agaknya ia tak salah. Ia yakin benar akan kemampuannya memegang wewenang tanpa harus menanyakan pendapat rakyat. "Tanpa ragu sedikit pun saya mampu mengatur mereka jauh lebih efektif untuk kepentingan mereka."

Maka ia membangun politik Singapura sebagai sebuah meritokrasi, bukan sebuah demokrasi. Negeri kecil itu tak hendak dikelola dengan mengikuti suara rakyat, melainkan dengan kualitas pemimpin yang unggul.

Lee: "Bila orang mengatakan, 'Ah, tanya saja pendapat rakyat!' itu ocehan kekanak-kanakan."

Lee tak percaya seorang penjual es tahu konsekuensi dari suara yang diberikannya ketika pemilu. Di masyarakat, orang lebih mendengarkan bujukan berlezat-lezat ketimbang seruan untuk bekerja berat ("more to the carrot than to the stick"). Di masa kampanye, politikus pun tak berani menghardik.

Dan itu biang sebuah masalah. "Ketika dibutuhkan kerja yang lebih keras dan untung yang lebih kecil untuk meningkatkan modal, prinsip satu-orang-satu-suara hanya menghasilkan yang sebaliknya."

Dengan kata lain: demokrasi adalah jalan ke kebangkrutan.

Yang tak hendak diakui orang seperti Lee ialah bahwa apa pun kekurangan sebuah demokrasi, sistem ini bisa jadi proses buat menempatkan seseorang ke dalam kekuasaan. Meritokrasi tak menjelaskan dari mana para pemimpin-manusia yang ulung-datang.

Pada saat yang sama, meritokrasi bertolak dari asumsi dasar bahwa manusia ulung itu langka.

"Aneh, tapi benar bahwa nasib jutaan manusia sering berkisar di sekitar kualitas, kekuatan, dan visi sejumlah kecil yang menentukan," kata Lee dalam satu seminar. "Mereka memutuskan apakah sebuah negeri mencapai kesatupaduan seraya maju dengan teratur, atau berantakan dan merosot jadi chaos."

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Di situ juga awal rasa cemas Lee. Pada 1966 ia mengakui, seluruh pemerintahan Singapura terbangun dari the key digits yang terbatas, dari satu "lapis yang tipis". Seluruh tata laksana pemerintahannya berjalan berdasarkan "kemampuan dan dedikasi" sekitar 150 orang saja. Bila ada yang ingin menghancurkan masyarakat ini, kata Lee pula, tinggal kenali saja orang yang 150 itu dan bunuh mereka. Ketika pada 1971 angka 150 manusia ulung itu jadi 300, Lee berteori tentang satu kemungkinan buruk yang lain: "Bila ke-300 orang itu berada dalam sebuah pesawat jet jumbo dan jatuh, Singapura akan runtuh."

Tapi terutama bukan karena kemungkinan bencana macam itu Lee cemas. Ia melihat apa yang negatif dari rasa tenteram. Kian makmur Singapura, kian aman, tenang, dan stabil republik kecil itu, makin terbuka pula pilihan bagi generasi mudanya untuk tak hanya memilih dunia politik jika mereka ingin jadi pemimpin. Apalagi ketika makin tak ada keinginan membuat perubahan politik.

Ketika saya mewawancarainya di awal 1970-an, Lee mengutarakan rasa cemas itu. Yang saya dengar sebenarnya sebuah pernyataan off-the-record, tapi kemudian ia mengemukakannya dalam sebuah pidato di depan kepala-kepala sekolah: "Problem saya adalah begitu banyaknya sekarang kesempatan membangun karier, dan bila kita tak membuat bidang politik menawarkan insentif yang lebih menarik, orang-orang terbaik kita akan masuk ke bidang manajemen dan eksekutif [di dunia bisnis]." Akhirnya yang akan mengetuk pintu politik hanyalah "para pemburu karier dengan mutu kelas dua".

Itu yang dilihat Lee di Eropa Timur di bawah Partai Komunis. Generasi pertama orang-orang komunis siap dipenjarakan Hitler, dan dengan ketangguhan itulah kepemimpinan teruji dan terbentuk. Tapi setelah Partai Komunis berkuasa generasi berikutnya hanyalah mereka yang bergabung ke dalam Partai karena mencari kedudukan.

Padahal seharusnya memasuki bidang politik bukan untuk mendapatkan posisi. "Ini sebuah panggilan," kata Lee, "tak berbeda dengan kependetaan."

Dari sini tampak, Lee, seperti sering dikatakan, menghidupkan kembali pandangan antidemokratik Plato: negara idealnya dipimpin raja yang juga filosof yang ditopang satu lapisan "wali penjaga". Para "wali penjaga" ini hidup tanpa harta; hasrat mereka untuk "lebih" adalah hasrat ke arah keagungan. Dengan itu mereka mengabdikan hidup sepenuhnya bagi masyarakat. Mereka berbeda dengan lapisan sosial yang di bawah.

Pembagian sosial politik itu, juga ketentuan tentang apa yang seharusnya dan yang tidak dalam struktur itu (Ranciere menyebutnya partage du sensible), bertolak dengan asumsi bahwa legitimasi kekuasaan para "wali penjaga" tak pantas dan tak akan digugat. Pandangan Lee, dan agaknya juga Plato, cenderung menafikan sejarah: ada yang permanen dalam sifat manusia.

Lee menyebutnya "kebudayaan". Ketika ia anggap "kebudayaan Cina" lebih unggul karena sifatnya lebih "intens" ketimbang "kebudayaan Hindi" atau "Melayu", ia tak melihat bahwa "kebudayaan" hanyalah jawaban kreatif manusia kepada tantangan yang berubah. Bukan takdir.

Juga bukan takdir sebuah kaum untuk melahirkan kelas pemimpin. Tak ada yang ulung yang kekal. Demokrasi, apa pun cacatnya, tak punya nujum bahwa kekuasaan akan seutuhnya baik dan tak berubah. Di sini memang ada ilusi, tapi tak banyak. Demokrasi bergerak karena tiap kali seorang besar meninggal akan tampak ia hanya penghuni sementara kursi yang kosong.

Goenawan Mohamad

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Pertamina Patra Niaga soal Kecurangan SPBU KM 42: Sudah Ditera dan Punya Sertifikat

6 menit lalu

Penyegelan pompa ukur bahan bakar minyak (BBM) pada Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Rest Area KM 42 B Tol Jakarta Cikampek, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Sabtu, 23 Maret 2024. Kemendag.go.id
Pertamina Patra Niaga soal Kecurangan SPBU KM 42: Sudah Ditera dan Punya Sertifikat

Direktur Utama PT Pertamina Patra Niaga Riva Siahaan buka suara soal kecurangan SPBU di rest area KM 42 B Karawang, Jawa Barat.


Catatan-catatan Sidang Perdana Sengketa Pilpres 2024

7 menit lalu

Pasangan calon presiden dan calon wakil presiden nomor urut 1, Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar saat mengikuti Sidang Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) atau sengketa Pemilu 2024 atas permohonan pembatalan Keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) nomor 360/2024 tentang penetapan hasil pemilu di Gedung Mahkamah Kontitusi, Jakarta, Rabu 27 Maret 2024. TEMPO/Subekti.
Catatan-catatan Sidang Perdana Sengketa Pilpres 2024

Sidang perdana perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) atau sengketa Pilpres 2024 digelar kemarin. Seperti apa fakta-faktanya?


Duduk Semeja Prabowo, Jokowi Gelar Buka Puasa Bersama Para Menteri di Istana

7 menit lalu

Presiden Jokowi satu meja dengan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto saat mendengarkan kultum Wapres Ma'ruf Amin sebelum buka puasa bersama di Istana Negara, Kamis, 28 Maret 2024. TEMPO/Daniel A. Fajri
Duduk Semeja Prabowo, Jokowi Gelar Buka Puasa Bersama Para Menteri di Istana

Presiden Joko Widodo atau Jokowi menggelar buka puasa bersama para menteri Kabinet Indonesia Maju di Istana Negara, Jakarta, pada Kamis.


Jajaki Investasi, 30 Pimpinan Perusahaan Tiongkok Kunjungi Kantor BP Batam

11 menit lalu

Kepala BP Batam Muhammad Rudi menyampaikan rencana lanjutan pengembangan investasi Rempang Eco-city di Hotel Swissbel Batam, Senin 18 Desember 2023. TEMPO/Yogi Eka Sahputra
Jajaki Investasi, 30 Pimpinan Perusahaan Tiongkok Kunjungi Kantor BP Batam

Puluhan pimpinan perusahaan asal Tiongkok berkunjung ke kantor BP Batam untuk penjajakan investasi di Batam.


Bermitra Sejak 2009, KSP Lombok Sejati NTB Tumbuh Tangguh Bersama LPDB-KUMKM

12 menit lalu

Bermitra Sejak 2009, KSP Lombok Sejati NTB Tumbuh Tangguh Bersama LPDB-KUMKM

Kehadiran koperasi dalam dunia usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) memainkan peran yang krusial.


Nahkoda Sempat Minta Bantuan sebelum Kapal Menabrak Jembatan Francis Scott Key

15 menit lalu

Kapal kargo Dali yang menabrak Jembatan Francis Scott Key hingga runtuh, di Baltimore, Maryland, AS, 27 Maret 2024. REUTERS/Mike Segar
Nahkoda Sempat Minta Bantuan sebelum Kapal Menabrak Jembatan Francis Scott Key

Nahkoda yang menabrak Jembatan Francis Scott Key di Baltimore sempat meminta pengiriman kapal tunda sebelum tabrakan.


Bareskrim Bongkar Kecurangan 4 SPBU, Campur Pertalite dengan Pewarna Lalu Dijual sebagai Pertamax

15 menit lalu

Direktur Tindak Pidana Tertentu Bareskrim Polri, Brigadir Jenderal Nunung Syaifuddin (kanan), memberikan keterangan tentang pemalsuan bahan bakar minyak (BBM) Pertalite menjadi Pertamax di empat SPBU, di Gedung Bareskrim, Jalan Trunojoyo No. 3, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis, 28 Maret 2024. TEMPO/Ihsan Reliubun
Bareskrim Bongkar Kecurangan 4 SPBU, Campur Pertalite dengan Pewarna Lalu Dijual sebagai Pertamax

67 tersangka dalam kasus kecurangan SPBU mencampur pertalite dengan pewarna lalu dijual sebagai pertamax. Dari operator hingga manajer.


Jasa Marga Tambah Stasiun Pengisian Mobil Listrik di Rest Area

20 menit lalu

 Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) milik PLN di Gambir, Jakarta Pusat, Selasa, 21 November 2023. TEMPO/Erwan Hartawan
Jasa Marga Tambah Stasiun Pengisian Mobil Listrik di Rest Area

Jasa Marga menambah stasiun pengisian baterai mobil listrik di rest area jalan tol selama mudik Lebaran.


LinkAja Dapat Pendanaan Investasi Strategis dari Mitsui

20 menit lalu

Layanan Syariah LinkAja pada  pameran Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) ke-8 Tahun 2021 di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta, Kamis, 28 Oktober 2021. Tempo/Tony Hartawan
LinkAja Dapat Pendanaan Investasi Strategis dari Mitsui

Aksi korporasi BUMN dan LinkAja untuk memperkuat ekosistem dan strategi bisnis, termasuk potensi kolaborasi di dalam ekosistem BUMN.


Anies dan Ganjar Minta Pemilu Ulang, Otto Hasibuan: Berpotensi Krisis Ketatanegaraan

23 menit lalu

Sebanyak 45 orang anggota Tim Hukum Prabowo-Gibran mendatangi Mahkamah Konstitusi untuk mengajukan permohonan sebagai pihak terkait dalam sengketa hasil Pilpres pada Senin malam, 25 Maret 2024. Sejumlah tokoh tampak hadir, di antaranya Yusril Ihza Mahendra, Otto Hasibuan, O.C. Kaligis, hingga Hotman Paris. TEMPO/Amelia Rahima Sari
Anies dan Ganjar Minta Pemilu Ulang, Otto Hasibuan: Berpotensi Krisis Ketatanegaraan

Tim Pembela Prabowo-Gibran, Otto Hasibuan, merespons soal permintaan Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud dalam sengketa Pilpres.