Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Menguji Visi-Misi Calon Gubernur Jakarta  

image-profil

image-gnews
Iklan

Tulus Abadi
Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia

Besok pagi, warga Jakarta akan menggelar pesta demokrasi. Sebuah pesta yang bernuansa pemilihan presiden, bahkan lebih panas. Dengan dinamika politik yang jauh lebih dominan, pesta ini sampai lupa membincangkan program dan visi-misi pasangan calon.

Saya ditunjuk oleh Komisi Pemilihan Umum DKI Jakarta sebagai salah satu panelis untuk debat calon gubernur edisi kedua, akhir Januari lalu. Temanya, "Reformasi Birokrasi, Layanan Publik, dan Penataan Kawasan Perkotaan". Dari situlah saya mencoba "memelototi" visi-misi kandidat, baik saat debat maupun dari dokumen tertulisnya.

Ada beberapa catatan mengenai hal tersebut. Pertama, meminjam istilah Gunawan Tjahyono, guru besar arsitek Universitas Indonesia yang juga menjadi panelis, visi-misi mereka masih berfokus pada sisi mekanis bak seorang insinyur, bukan pilot. Padahal yang dibutuhkan Jakarta adalah pilot, yang bisa menentukan arah dan tujuan DKI ke depan.

Kedua, pada konteks isu yang digagas, tampaknya kandidat masih terjebak pada persoalan hilir, bukan persoalan hulu. Padahal kompleksitas persoalan Kota Jakarta lebih banyak permasalahan di hulu. Jadi, sebagus apa pun visi-misinya, jika masih berfokus pada sisi hilir, tidak akan mampu menyelesaikan inti persoalannya. Sebagai contoh, kebijakan inkumben dalam hal reformasi birokrasi dengan cara menaikkan gaji PNS secara signifikan. Mampukah hal itu menjadi daya dorong ke arah budaya kerja yang lebih sehat dan produktif? Tampaknya hal itu belum terbukti. Kepatuhan PNS Jakarta tampak didominasi rasa takut terkena sanksi, bukan karena kesadaran dan kebutuhan.

Dalam soal layanan publik, seperti penanganan sampah, pasokan air bersih, pelayanan angkutan umum, dan sektor kesehatan, pandangan ketiga pasangan calon tampak belum tajam. Pertama, soal sampah, semua kandidat masih melihat sampah sebagai sumber masalah yang membebani anggaran. Belum satu pun pasangan yang berbicara bahwa sampah bukan masalah, tapi justru bisa menjadi sumber pendapatan baru.

Kedua, program pelayanan angkutan umum dan mengatasi kemacetan. Semua pasangan masih normatif, belum punya ide radikal untuk menyelesaikannya. Padahal inilah masalah paling akut dari Kota Jakarta. Memang program semua calon ingin memperkuat peran angkutan umum, baik dari sisi akses maupun tarif. Namun, sayangnya, keberadaan Transjakarta belum mendapat perhatian serius. Misalnya, bagaimana memperkuat peran Transjakarta?

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Benar, pasangan nomor dua berbicara akan menambah armadanya. Namun mereka tidak menyorot bagaimana membuat jalur Transjakarta benar-benar steril dari intervensi kendaraan bermotor pribadi. Keduanya juga gagal mendorong upaya migrasi warga Jakarta dari pengguna kendaraan pribadi menjadi pengguna Transjakarta.

Ketiga, masalah pasokan air bersih. Pasangan nomor tiga tampak lebih bagus: dari sisi hulu ingin membuat zero run off. Jadi, air hujan tidak langsung hanyut ke laut, tapi meresap ke dalam tanah, menjadi tabungan air. Namun tidak ada upaya untuk memperkuat peran Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). PDAM DKI hingga kini hanya mampu memasok 55 persen dari total populasi warga Jakarta. Mayoritas pelanggannya hanya menjadikan air PDAM sebagai aktivitas mandi-cuci-kakus. Padahal seharusnya air PDAM DKI langsung bisa diminum dari keran.

Keempat, pelayanan kesehatan. Semua pasangan calon berfokus pada perbaikan infrastruktur kesehatan, seperti membangun rumah sakit, merevitalisasi puskesmas menjadi rumah sakit, memperbarui alat-alat kesehatan, bahkan menambah tenaga kesehatan. Ini semua kebijakan yang bagus. Namun, sekali lagi, ini masalah hilir. Program mereka berkutat pada sisi kuratif saja. Sedangkan dari sisi hulu, sisi preventif-promotif, agar masyarakat tidak sakit, tidak ada yang menyentuhnya.

Kota Jakarta membutuhkan pemimpin visioner, bahkan seorang futurolog yang bisa membawa DKI lebih terarah, manusiawi, dan nyaman ditinggali. Analogi dengan sebuah pesawat terbang, yang dibutuhkan Kota Jakarta adalah seorang pilot, bukan teknisi. Jika dilihat dari visi-misi dan program-programnya, para pasangan calon Gubernur DKI Jakarta masih memerankan diri mereka sebagai seorang insinyur.

Persoalan dan solusi yang ditawarkan masih sebatas isu hilir, pinggiran, dan bukan hulu. Pelayanan publik yang sangat vital, seperti angkutan umum, penanganan sampah, jaminan kesehatan, dan pasokan air bersih, belum menjadi jaminan akan membaik signifikan selama lima tahun ke depan, siapa pun gubernurnya.

Namun, pada akhirnya, warga Jakarta harus memilih salah satu pasangan calon dengan segala plus-minusnya sebagai bentuk pengejawantahan hidup berdemokrasi dan bernegara. Selamat memilih.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Di Acara Milenial dan Gen Z, Anies Jawab Soal Tuduhan Politik Identitas Saat Pilkada DKI 2017

27 November 2023

Calon Presiden Anies Baswedan dalam acara Indonesia Millenial and Gen Z Summit 2023 di Senayan Park Jakarta, Jumat, 24 November 2023. TEMPO/Adinda Jasmine
Di Acara Milenial dan Gen Z, Anies Jawab Soal Tuduhan Politik Identitas Saat Pilkada DKI 2017

Anies Baswedan menjawab tuduhan soal penggunaan politik identitas saat Pilkada DKi 2017 pada acara Indonesia Milleninial and Gen-Z Summit 2023.


Anies Ungkit Momen Berutang di Pilkada DKI, Singgung Biaya Politik Mahal

30 September 2023

Bakal Calon Presiden Anies Baswedan usai mengisi acara Idea Fest 2023 di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, Sabtu, 30 September 2023. TEMPO/Bagus Pribadi
Anies Ungkit Momen Berutang di Pilkada DKI, Singgung Biaya Politik Mahal

Anies menuturkan mahalnya biaya kampanye bukan berarti ketika menjadi pejabat harus balik modal


Di Acara Partai Ummat, Anies Baswedan Cerita Diberi Label saat Pilkada DKI 2017

14 Februari 2023

Anies Baswedan menghadiri acara Rapat Kerja Nasional Partai Ummat di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur, Selasa, 14 Februari 2023. TEMPO/Ima Dini Shafira
Di Acara Partai Ummat, Anies Baswedan Cerita Diberi Label saat Pilkada DKI 2017

Anies Baswedan menyebut ada dua pendekatan untuk menciptakan persepsi ini.


Anies Baswedan Buka Suara soal Utang Rp 50 Miliar ke Sandiaga: Sudah Selesai Dulu

11 Februari 2023

Mantan wagub DKI Sandiaga Uno mengucapkan selamat ulang tahun untuk Gubernur DKI Anies Baswedan di akun twitternya. Twitter.com
Anies Baswedan Buka Suara soal Utang Rp 50 Miliar ke Sandiaga: Sudah Selesai Dulu

Anies Baswedan menegaskan tidak ada utang yang hari ini harus dilunasi.


Politikus NasDem Minta Sandiaga Klarifikasi Surat Utang Anies Baswedan

11 Februari 2023

Tampilan yang disebut sebagai Surat utang Anies Baswedan ke Sandiaga Uno. Istimewa
Politikus NasDem Minta Sandiaga Klarifikasi Surat Utang Anies Baswedan

Ada juga poin yang menyatakan jika Anies-Sandi menang, maka Anies Baswedan bebas dari utang tersebut.


Soal Perjanjian Utang dengan Anies Baswedan, Sandiaga: Saya Baca Dulu

6 Februari 2023

Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Sandiaga Uno saat tiba di Sekber Gerindra-PKB di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Senin, 23 Januari 2023. TEMPO/M Julnis Firmansyah
Soal Perjanjian Utang dengan Anies Baswedan, Sandiaga: Saya Baca Dulu

Sandiaga belum mau menanggapi soal utang Anies Baswedan ke dirinya saat Pilkada DKI 2017.


Fadli Zon Buka Suara Soal Perjanjian Anies Baswedan - Sandiaga Uno di Pilkada DKI

6 Februari 2023

Anggota Komisi I DPR dari Fraksi Partai Gerindra Fadli Zon di DPR/MPR RI, Jakarta Selatan, Kamis, 22 September 2022 [Tempo/Eka Yudha Saputra]
Fadli Zon Buka Suara Soal Perjanjian Anies Baswedan - Sandiaga Uno di Pilkada DKI

Fadli Zon mengakui membikin draft perjanjian antara Anies Baswedan dan Sandiaga Uno saat Pilkada DKI 2017. Soal utang, Fadli tak mau bicara.


Pesan Anies Baswedan untuk Kedua Putra Haji Lulung

31 Januari 2022

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan saat menerima gelar tokoh persatuan dan pembangunan dari PPP di DPW PPP, Duren Sawit, Jakarta Timur, Ahad, 30 Januari 2022. TEMPO/M Julnis Firmansyah
Pesan Anies Baswedan untuk Kedua Putra Haji Lulung

Anies Baswedan bercerita tentang dukungan yang diberikan Haji Lulung kepadanya dalam Pilkada DKI 2017.


MUI DKI Bikin Cyber Army, Taufik Gerindra: Buzzer Terus Serang Anies Baswedan

20 November 2021

Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta Mohamad Taufik usai memimpin rapimgab membahas pemilihan wagub DKI di lantai 10 Gedung DPRD, Jakarta Pusat, Senin, 17 Februari 2020. TEMPO/Lani Diana
MUI DKI Bikin Cyber Army, Taufik Gerindra: Buzzer Terus Serang Anies Baswedan

Taufik menyampaikan penyerang ini selalu mengatakan bahwa Anies Baswedan memenangkan Pilkada, karena politik identitas.


Baca Pleidoi Rizieq Shihab Singgung Aksi 212, Ahok, dan Pilkada DKI

20 Mei 2021

Layar televisi di Pengadilan Negeri Jakarta Timur menunujukkan Rizieq Shihab sedang membacakan nota pembelaan atas perkara kerumunan, Kamis, 20 Mei 2021. TEMPO/M Yusuf Manurung
Baca Pleidoi Rizieq Shihab Singgung Aksi 212, Ahok, dan Pilkada DKI

Rizieq Shihab mengklaim perkara yang menjeratnya bukanlah kasus hukum melainkan politik. Ia kemudian berkisah tentang Pilkada DKI.