Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Cacing

Oleh

image-gnews
Iklan

"Diberi hak-hak atau tidak diberi hak-hak
tiap-tiap makhluk pasti akhirnya menggerakkan tenaganya,
kalau ia sudah terlalu teraniaya oleh suatu daya angkara murka!"

-Bung Karno, Indonesia Menggugat

Tiap kali ada yang berbicara bahwa tak ada yang universal pada manusia di latar yang berbeda-beda, tiap kali ada orang yang mengulang-ulang bahwa "nilai-nilai kita" berbeda dari "nilai-nilai Barat" dalam hasrat untuk adil dan merdeka, saya baca kembali Indonesia Menggugat. Kemudian saya baca juga yang lain, misalnya, kali ini, Liao Yiwu.

Pada suatu malam bulan Juni 1989, Liao Yiwu, seorang penyair Cina dari wilayah Sichuan di Tiongkok, terkejut ketika mendengar ribuan mahasiswa yang berhimpun di lapangan Tiananmen, di Beijing-yang menuntut Partai Komunis yang berkuasa agar menegakkan demokrasi-ditembaki tentara.

Malam itu Liao menulis sajaknya, "Pembantaian". Pedih dan marah. Ketika sajak itu ia bacakan, terdengar nada nyanyian berkabung, ungkapan ketidakberdayaan:

Tak ada pedang untuk diayun
Tubuhmu hanya sarung berkarat,
Tanganmu guyah. Tulangmu membusuk,
Matamu rabun, tak sanggup membidik

Liao tak hanya merekam bacaannya. Ia juga membuat sebuah film, Requiem, bersama beberapa temannya, sebagai tanda solidaritas dengan mereka yang terbunuh di Tiananmen.

Dalam The Corpse Walker, sebuah perkenalan dengan Liao dan karyanya, yang ditulis Wen Huang dan diterbitkan Pantheon Books, New York (2008), kita dapat mengetahui apa yang terjadi kemudian.

Liao ditangkap. Di dingin Februari 1990, ketika ia hendak naik kereta api ke Beijing, polisi menyeretnya turun. Enam orang penyair temannya, juga istrinya yang tengah hamil, ditahan. Liao dihukum empat tahun penjara.

Di dalam kurungan itu ia berkali-kali disetrap: dihajar dengan tongkat listrik, ditambat, diborgol seraya diperintahkan berdiri dengan satu kaki berjam-jam. Dalam sel yang terpencil, pernah tangannya dibelenggu di punggung selama 23 hari sampai ketiaknya menderita abses. Dalam keadaan yang tak tertahankan itu ia pernah dua kali mencoba bunuh diri.

Ketika akhirnya masa hukumannya dianggap berakhir, ia pulang ke rumahnya. Istrinya sudah tak di sana lagi, membawa pergi anak mereka. Kartu penduduknya dibatalkan; ia tak bisa dipekerjakan. Teman-temannya, sesama sastrawan, menghindarinya. Yang ada pada Liao cuma sebatang suling yang ia pelajari memainkannya selama dalam penjara. Dengan itu, tanpa pilihan lain, ia hidup di jalanan sebagai pengamen.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tapi ia tak berhenti menulis. Dari hidup yang gentayangan itu ia menghimpun sajak-sajak yang ditulis para penyair 20 tahun sebelumnya-sajak-sajak yang terlarang. Ketika himpunan sajak itu diterbitkan, ia disekap lagi. Seorang wakil perdana menteri RRT menganggap kumpulan puisi itu, Robohnya Kuil Suci, sebagai "usaha berencana menggulingkan pemerintah, didukung kelompok anti-Tiongkok".

Sejak itu, Liao kian terjepit. Ia mencari sesuap nasi dengan bekerja apa saja. Tapi justru sebab itu ia menemukan wilayah kehidupan yang lebih luas dan sama-sama ringsek-kehidupan mereka yang dikenalnya sejak dalam penjara. Ia mewawancarai mereka satu per satu dan mengumpulkan interview itu dalam beberapa jilid dalam bentuk tanya-jawab: Wawancara dengan Orang-orang di Anak Tangga Terbawah.

Di sini kita akan menjumpai aneka ragam manusia dan kerja yang ditimpa dan ditempa sejarah Tiongkok: pengelola kakus umum, juru tangis perkabungan, bekas tuan tanah, pengikut Falun Gong, penyelundup orang. Mereka bagian diceng, anak-tangga terbawah dalam jenjang masyarakat. Dan terkutuk.

Buku itu, yang mula-mula diselundupkan ke Taiwan dan diterbitkan di sana, kemudian diambil Balai Penerbitan Yangtze, laku keras. Di Tiongkok, orang banyak menyukai kisah-kisah itu-kisah sesama, kisah manusia.

Tapi dengan korban. Meskipun catatan-catatan Liao sudah disaring dan diperpendek, yang berkuasa tetap murka. Wawancara disingkirkan dari toko-toko buku. Editor Balai Penerbitan Yangtze dihukum. Seluruh staf redaksi mingguan yang mewawancarai Liao dan membahas bukunya dipecat.

Tampaknya penguasa, dengan semangat pembebasan modern, komunisme, tak bisa lepas dari sikap bertakhayul lama: bagi mereka, ada yang mengancam keselamatan dalam lembar kata-kata.

Hanya mereka itu lebih berkuasa ketimbang tokoh-tokoh diceng, yang juga hidup dan terguncang antara takhayul dan komunisme: terjepit kolektivisme lama dan kolektivisme baru, di mana seseorang-sering salah disebut sebagai "individu"-bisa diperlakukan bak seekor cacing yang mudah diinjak.

Tapi Liao menunjukkan, seakan-akan membuktikan kata Bung Karno dalam Indonesia Menggugat, bahkan dalam keanekaragamannya, si lemah yang seperti cacing pun seperti makhluk umumnya: akan bergerak, "berkelugat-keluget", bila merasa disakiti. Tak peduli cacing kiri atau cacing kanan, tak peduli di Timur atau di Barat.

Goenawan Mohamad

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


5 Fakta Dugaan Sabotase Kereta Cepat Sebelum Pembukaan Olimpiade Paris 2024

8 menit lalu

Tentara berjaga di depan Menara Eiffel menjelang Olimpiade Paris 2024, Prancis, 21 Juli 2024.REUTERS/Stefan Wermuth
5 Fakta Dugaan Sabotase Kereta Cepat Sebelum Pembukaan Olimpiade Paris 2024

Sabotase kereta cepat disebut-sebut sebagai upaya terencana beberapa jam menjelang upacara pembukaan Olimpiade Paris 2024.


Berita MotoGP: Joan Mir Perpanjang Kontrak di Repsol Honda hingga 2026

12 menit lalu

Joan Mir pembalap MotoGP di Repsol Honda. (Foto: Repsol Honda)
Berita MotoGP: Joan Mir Perpanjang Kontrak di Repsol Honda hingga 2026

Pembalap MotoGP Joan Mir memperpanjang kontraknya dengan tim pabrikan Honda Racing Corporation (HRC/Repsol Honda) selama dua musim.


Indikator Keberhasilan Pilkada 2024: Partisipasi Generasi Muda sampai Semua Pihak Patuhi Aturan

14 menit lalu

Ilustrasi TPS Pilkada. Dok TEMPO
Indikator Keberhasilan Pilkada 2024: Partisipasi Generasi Muda sampai Semua Pihak Patuhi Aturan

Beberapa indikator Pilkada 2024 berhasil, antara lain partisipasi generasi muda sebagai pemilih terbesar dan mematuhi aturan oleh semua pihak terlibat


Komika Arie Kriting Besut Film Kaka Boss, Berikut Film Lain yang Dibintanginya Termasuk Agak Laen

18 menit lalu

Stand Up Comedian Arie Kriting dengan gaya khas orang Timur tampil menghibur penonton di ajang Tujuh Hari Untuk Kemenangan Rakyat di Teater Salihara, Jakarta,  19 Juli 2014. TEMPO/Nurdiansah
Komika Arie Kriting Besut Film Kaka Boss, Berikut Film Lain yang Dibintanginya Termasuk Agak Laen

Arie Kriting menjadi sutradara film Kaka Boss. Sebelumnya, ia telah bermain dalam beberapa film termasuk Agak Laen.


Olivia Rodrigo Tegaskan Dukungan untuk Kamala Harris atas Isu Hak Reproduksi

19 menit lalu

Olivia Rodrigo/Foto: Instagram/Olivia Rodrigo
Olivia Rodrigo Tegaskan Dukungan untuk Kamala Harris atas Isu Hak Reproduksi

Olivia Rodrigo menunjukkan dukungannya kepada Kamala Harris dengan mengunggah ulang video yang mengkritik kebijakan Donald Trump tentang aborsi.


Cegah Wabah, WHO Kirim Lebih dari 1 Juta Vaksin Polio ke Gaza

19 menit lalu

Anak-anak Palestina menangis saat berebut makanan dimasak oleh dapur amal, di tengah kelangkaan makanan, saat konflik Israel-Hamas berlanjut, di Jalur Gaza utara, 18 Juli 2024. REUTERS/Mahmoud Issa
Cegah Wabah, WHO Kirim Lebih dari 1 Juta Vaksin Polio ke Gaza

WHO mengirimkan lebih dari satu juta vaksin polio ke Gaza untuk mencegah anak-anak terkena wabah


PSN Rempang Eco City Tetap Lanjut, Walhi: Suara Rakyat Diabaikan

19 menit lalu

Warga Rempang bentangkan spanduk di atas kapal di laut Pulau Rempang, Kota Batam, Senin, 20 Mei 2024. TEMPO/Yogi Eka Sahputra
PSN Rempang Eco City Tetap Lanjut, Walhi: Suara Rakyat Diabaikan

Pemerintah memutuskan untuk tetap melanjutkan Proyek Strategis Nasional (PSN) Rempang Eco City. Walhi sebut pemerintah abaikan suara rakyat.


Segini Harta Kekayaan Hakim MA yang Perintahkan Rumah Istri Rafael Alun Dikembalikan

19 menit lalu

Terdakwa mantan pejabat eselon III kabag umum Kanwil Ditjen Pajak Jakarta Selatan II, Rafael Alun Trisambodo (tengah) berbincang dengan kuasa hukumnya saat mengikuti sidang pembacaan surat amar putusan, di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Senin, 8 Januari 2024. Rafael menyatakan masih pikir-pikir soal kemungkinan mengajukan banding atas vonis 14 Tahun penjara dan denda Rp 500 juta yang dijatuhkan  Majelis Hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi kepadanya. TEMPO/Imam Sukamto
Segini Harta Kekayaan Hakim MA yang Perintahkan Rumah Istri Rafael Alun Dikembalikan

Lewat putusan kasasi, hakim MA (Mahkamah Agung) memerintahkan harta istri Rafael Alun Trisambodo dikembalikan. Segini kekayaan hakim tersebut.


Sepak Terjang Hendry Lie, Tersangka Korupsi Timah yang Keberadaannya Dimonitor Kejagung

19 menit lalu

Hendry Lie. (Dok. PT. Tinindo Inter Nusa (TIN))
Sepak Terjang Hendry Lie, Tersangka Korupsi Timah yang Keberadaannya Dimonitor Kejagung

Hendry Lie, tersangka korupsi timah yang juga pendiri perusahaan maskapai PT Sriwijaya Air.


Login WhatsApp Web Kini Bisa Tanpa Nomor Telepon, Muncul Risiko Penipuan Akun

19 menit lalu

WhatsApp Web. Kredit: Tech Advisor
Login WhatsApp Web Kini Bisa Tanpa Nomor Telepon, Muncul Risiko Penipuan Akun

Privasi pengguna kian aman saat memakai WhatsApp Web yang didaftarkan tanpa nomor telepon. Namun, pengguna jadi harus mewaspadai akun palsu.