Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Bandung

Oleh

image-gnews
Iklan

Pada umur 12 ia sudah tahu banyak tentang kemarahan. Dengan masa lalu seperti itulah ia datang ke Bandung, 1955. Richard Wright: saksi yang sejak kecil ditindas, seperti penghuni Afrika dan Asia di masa penjajahan, dan pada akhirnya memerdekakan diri.

Di hari itu, di jalan yang dulu disebut Grote Postweg, sastrawan kulit hitam itu melihat sesuatu yang penting dalam sejarah hidup orang semacam dia: "Yang dibenci, yang dihina, yang dilukai, yang dimiskinkan sedang bertemu."

Ia menuliskan frasa itu dalam The Color Curtain, 1956. Dari tiap alineanya terasa Wright yang berharap, merenung, tergerak, dan di sana-sini salah sangka.

Dengan mobil kami melalui gedung konferensi itu dan melihat bendera 29 negeri Asia dan Afrika berkibar pelan ditiup angin yang lemah; jalan sudah penuh kerumunan, dan wajah mereka yang hitam dan kuning dan cokelat menatap bersemangat ke setiap sedan yang lewat mata mereka yang sipit mengintip dengan penuh minat untuk bisa melihat seorang U Nu, seorang Zhou Enlai, atau seorang Nehru.

Di Indonesia, apalagi 60 tahun kemudian, kita tertegun membaca betapa warna kulit begitu mencolok bagi Wright. Tapi tak cuma kita. Seorang wartawan Amerika yang pernah lama di Tiongkok menulis sebuah resensi di The New York Times, 18 Maret 1956: ia menilai The Color Curtain melebih-lebihkan warna kulit sebagai pengikat persatuan bangsa-bangsa Asia-Afrika: "Mr. Wright overplays the color angle."

Mochtar Lubis, yang bertemu dan berdiskusi dengannya di Tugu, menyimpulkan: Wright memang melihat segala sesuatu dengan "kacamata berwarna", menelaah banyak hal sebagai persoalan rasial.

Tapi penulis Black Boy itu mungkin tak bisa mengelak dari warna. Baginya, seperti tertera dalam karya otobiografis itu, warna kulit adalah sejarah politik.

Ia anak negro dari Amerika bagian selatan, di Mississippi, di awal abad ke-20, di zaman ketika kulit hitam sama dengan kodrat keledai yang berkudis. Dihina, diperah, disisihkan. Ia anak yang ditinggalkan bapaknya. Ibunya tak punya uang untuk sewa tempat tinggal, tak cukup menyediakan makan.

Lapar, seperti tergambar dalam Black Boy, seakan-akan hadir mengikuti Richard kecil. Pada suatu saat, lapar terasa duduk di dipan tempat ia tidur, menatapnya dengan muka kuyu.

"Tiap kali aku minta makan, Ibu akan menuangkan secangkir teh." Tak ada roti.

Pada umur 12, aku telah punya sikap hidup yang melekat terus, semangat yang membuatku mengerti lebih dalam kesengsaraan orang lain.

Ia pindah ke Chicago, bekerja di kantor pos, kemudian menganggur. Ia mulai dekat dengan Partai Komunis yang membentuk solidaritas orang-orang yang terhina dan kosong perut. Ia merasa tak sendiri. Tapi satu dasawarsa kemudian partai itu ditinggalkannya. Wright, seperti banyak penulis komunis masa itu, menentang tindakan Stalin menghukum mati tokoh-tokoh Partai yang jadi pesaingnya.

Tapi komunisme membuat dirinya jadi bagian sebuah subyek tanpa batas nasional.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ia meninggalkan Amerika. Ia sudah jadi pengarang yang dikenal dan hidupnya sangat membaik di Kota New York, tapi ia memilih hidup di Paris, seorang emigre yang berteman dengan Sartre dan Albert Camus. Ia jadi warga negara Prancis pada 1947.

"Kekuatan sejarah yang lebih perkasa membentuk aku jadi seorang Barat," katanya dalam sebuah ceramah.

Tapi tak jelas apa arti "seorang Barat". Wright sadar akan warna kulit dan sejarah hidupnya yang pahit karena warna itu. Ia ikut mendirikan Presence Africaine, sebuah organisasi untuk memperkenalkan karya sastra dan pemikiran para penulis asal Afrika yang hidup di Eropa. Tapi ia tahu, ia orang yang "tak berakar"-dan tak merasa risau dengan keadaan itu.

Itu sebabnya ia menampik pertalian dengan khazanah nenek moyang. Ia menolak semangat para penulis keturunan Afrika yang menyuarakan ide negritude. Ketika ia mengunjungi Ghana dan kemudian menulis Black Power, 1954, ia tak hendak mencari akar. Ia seperti para penulis Indonesia yang membuat "Surat Kepercayaan Gelanggang": tak ingin "mengelap-elap" hasil kebudayaan lama. Dalam salah satu ceramahnya ia menohok Afrika dengan pertanyaan yang menggugat:

Sanggupkah Afrika mencopot Afrikanisme dari Afrika? Sanggupkah orang Afrika mengatasi sikap sendiri yang memuja nenek moyang?

Seperti Takdir Alisjahbana di pertengahan pertama abad ke-20, Wright penganjur sikap rasional Eropa: ia tantang orang Afrika untuk meniru Descartes yang meragukan semua yang dilihat dan didengar dan dengan itu "mengembangkan semangat obyektivitas" dan "menguasai teknik ilmu".

Tentu saja ini suara seseorang yang berjarak dari orang yang diajak berbicara, tapi juga suara orang yang sadar dirinya lebih piawai.

Mungkin itu sebabnya para intelektual Indonesia yang ditemuinya selama di Indonesia memandangnya dengan negatif, meskipun mereka orang yang sebenarnya sepaham dengannya. Di majalah Siasat Asrul Sani mencemooh Wright yang tak paham bahwa orang Indonesia-berbeda dengan orang "Barat"-tak biasa memakai kertas toilet untuk cebok.

Tapi bukan saja kepada Afrika dan Asia Wright menganjurkan rasionalisme "Barat". Ia berkunjung ke Spanyol setahun sebelum Bandung: baginya negeri ini mandek di masa lalu. Dalam Pagan Spain, ia melihat kemandekan itu pada 1492, ketika orang Yahudi dan muslim dibasmi dan pemikiran yang bebas dibumihanguskan. Kini yang tersisa hanyalah "ampas berlumpur paganisme yang irasional".

Tapi yang menarik, di sini Wright tak mengenakan "kacamata berwarna". Di Spanyol yang putih, bukan cuma si kulit berwarna yang dinistakan, tapi juga perempuan-perempuan Protestan.

Ia kemudian ke Bandung. Saya kira ia bisa mengerti: arti antithesis Asia-Afrika yang sebenarnya adalah penindasan di mana saja.

Goenawan Mohamad

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


PSN Rempang Eco City Tetap Lanjut, Walhi: Suara Rakyat Diabaikan

3 menit lalu

Warga Rempang bentangkan spanduk di atas kapal di laut Pulau Rempang, Kota Batam, Senin, 20 Mei 2024. TEMPO/Yogi Eka Sahputra
PSN Rempang Eco City Tetap Lanjut, Walhi: Suara Rakyat Diabaikan

Pemerintah memutuskan untuk tetap melanjutkan Proyek Strategis Nasional (PSN) Rempang Eco City. Walhi sebut pemerintah abaikan suara rakyat.


Segini Harta Kekayaan Hakim MA yang Perintahkan Rumah Istri Rafael Alun Dikembalikan

3 menit lalu

Terdakwa mantan pejabat eselon III kabag umum Kanwil Ditjen Pajak Jakarta Selatan II, Rafael Alun Trisambodo (tengah) berbincang dengan kuasa hukumnya saat mengikuti sidang pembacaan surat amar putusan, di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Senin, 8 Januari 2024. Rafael menyatakan masih pikir-pikir soal kemungkinan mengajukan banding atas vonis 14 Tahun penjara dan denda Rp 500 juta yang dijatuhkan  Majelis Hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi kepadanya. TEMPO/Imam Sukamto
Segini Harta Kekayaan Hakim MA yang Perintahkan Rumah Istri Rafael Alun Dikembalikan

Lewat putusan kasasi, hakim MA (Mahkamah Agung) memerintahkan harta istri Rafael Alun Trisambodo dikembalikan. Segini kekayaan hakim tersebut.


Kupas Tuntas Perpres Nomor 76 Tahun 2024 Soal IUP yang Baru Disahkan Presiden Jokowi

13 menit lalu

Presiden Jokowi memberikan keterangan usai meluncurkan golden visa Indonesia di hotel ritz carlton, Jakarta Selatan, Kamis,  25 Juli 2024. TEMPO/Daniel a. Fajri
Kupas Tuntas Perpres Nomor 76 Tahun 2024 Soal IUP yang Baru Disahkan Presiden Jokowi

Di dalam JDIH Kemensesneg di Jakarta telah memuat ketentuan distribusi IUP kepada kelompok masyarakat tercantum dalam Pasal 5A ayat (1).


Persiapan yang Harus Dilakukan Sekolah Saat Penghapusan Jurusan di SMA Dihapus

17 menit lalu

Siswa SMA melihat koleksi Museum Adityawarman di Ruangan Perhiasan pada 21 September 2023. (TEMPO/Fachri Hamzah)
Persiapan yang Harus Dilakukan Sekolah Saat Penghapusan Jurusan di SMA Dihapus

Kemendikbudristek mulai menerapkan penghapusan jurusan IPA, IPS, dan Bahasa di SMA pada tahun ajaran 2024/2025.


2 Pengajar Pondok Pesantren di Kabupaten Agam Diduga Sodomi 40 Santri Sejak 2022

30 menit lalu

ilustrasi
2 Pengajar Pondok Pesantren di Kabupaten Agam Diduga Sodomi 40 Santri Sejak 2022

2 pengajar salah satu pondok pesantren di Kecamatan Canduang, Kabupaten Agam, ditangkap Polresta Bukittinggi karena mencabuli 40 santri.


Kata Dasco Gerindra Soal Usul Pelaksanaan Pilpres dan Pileg Dipisah

30 menit lalu

Ketua Harian Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad saat ditemui usai menghadiri acara Silaturahmi dan Tasyakuran DPD Gerindra DKI Jakarta di Tavia Heritage Hotel, Jakarta Pusat pada Kamis, 9 Mei 2024. TEMPO/Adinda Jasmine
Kata Dasco Gerindra Soal Usul Pelaksanaan Pilpres dan Pileg Dipisah

Dasco menyatakan lebih setuju Pilpres dan Pileg dilaksanakan bersamaan.


Dekat Puncak Kemarau, BMKG Prediksi Hujan Tetap Guyur 19 Wilayah di Indonesia

33 menit lalu

Puluhan pengendara motor berteduh di bawah tiang pancang LRT saat hujan yang cukup lebat, di Jalan protokol Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Senin, 6 April 2020. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) merilis peringatan dini cuaca ekstrem di Indonesia. TEMPO/Imam Sukamto
Dekat Puncak Kemarau, BMKG Prediksi Hujan Tetap Guyur 19 Wilayah di Indonesia

BMKG memperkirakan 19 wilayah di Indonesia bakal tetap dibasahi hujan intensitas sedang hingga lebat hingga awal Agustus 2024.


PPATK Ungkap Ada Masyarakat Berpenghasilan di Atas Rp 1 Miliar Main Judi Online dengan Deposit Rp 4,8 Miliar

33 menit lalu

Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) Ivan Yustiavandana memberi laporan dalam acara Peringatan 22 Tahun Gerakan Nasional Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme (APU PPT) di Istana Negara, Jakarta, Rabu 17 April 2024. Indonesia telah dinyatakan secara aklamasi diterima sebagai Anggota Financial Action Task Force on Money Laundering and Terrorism Financing (full membership). Keberhasilan tersebut diperoleh dalam FATF Plenary Meeting di Paris, Perancis yang dipimpin oleh Presiden FATF, MR. T. Raja Kumar pada Rabu, 25 Oktober 2023. TEMPO/Subekti.
PPATK Ungkap Ada Masyarakat Berpenghasilan di Atas Rp 1 Miliar Main Judi Online dengan Deposit Rp 4,8 Miliar

PPPATK ungkap sejumlah masyarakat berpenghasilan di atas Rp 1 miliar main judi online.


Jelang Laga Pertama Olimpiade Paris 2024, Apriyani / Fadia Sudah Intip Kekuatan Pasangan Jepang

52 menit lalu

Ekspresi pebulutangkis Ganda Putri Indonesia Apriyani Rahayu dan Siti Fadia Silva Ramadhanti saat berhadapan dengan pebulutangkis Ganda Putri Malaysia Pearly Tan dan Thinaah Muralitharan pada babak 16 besar Kapal Api Indonesia Open 2024 di Istora Senayan, Jakarta, Kamis, 6 Juni 2024. Apriyani Rahayu dan Siti Fadia Silva Ramadhanti kalah dengan skor 18-21 dan 19-21 gagal melaju ke babak selanjutnya. TEMPO/M Taufan Rengganis
Jelang Laga Pertama Olimpiade Paris 2024, Apriyani / Fadia Sudah Intip Kekuatan Pasangan Jepang

Apriyani / Fadia memastikan persiapannya berjalan baik menjelang laga pertama di Olimpiade Paris 2024.


Timnas Indonesia U-19 vs Malaysia di Semifinal Piala AFF U-19 2024 Sabtu Malam Ini, Indra Sjafri: Laga Penuh Gengsi

58 menit lalu

Pelatih Timnas Indonesia U-19 Indra Sjafri. TEMPO/Randy
Timnas Indonesia U-19 vs Malaysia di Semifinal Piala AFF U-19 2024 Sabtu Malam Ini, Indra Sjafri: Laga Penuh Gengsi

Timnas Indonesia U-19 akan menghadapi Malaysia di semifinal Piala AFF U-19 2024 pada Sabtu malam, 27 Juli.