Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Gembrot

Oleh

image-gnews
Iklan

Bukan kematian yang membuat seorang penakluk runtuh, melainkan kegemukan. Itulah yang terjadi pada Raja William ketika ia berusia 59 tahun.

Pada pagi di awal September 1087 itu, di sebuah pertempuran untuk menaklukkan sebuah kota Prancis, Baginda terlontar dari atas kudanya. Perutnya yang membuncit menabrak bagian depan pelana dan ia tak bisa dengan tangkas menjaga keseimbangan. Ia terjungkal dan tewas.

Masalah yang timbul tak berhenti di situ. Ketika pemakaman dimulai, ternyata sarkofagus batu yang disiapkan untuknya terlalu sempit. Ketika para padri dan petugas mencoba menjejalkan tubuh gembrot itu agar bisa masuk peti mati itu, perut jenazah meletup. Bau busuk menebar. Para pelayat cepat-cepat menyelesaikan upacara sambil menahan muntah.

Mungkin sejak itu orang berhenti menghubungkan tubuh besar dengan kewibawaan seseorang-setidaknya dalam kasus William Sang Penakluk.

Berkuasa di Inggris dan Normandia selama bertahun-tahun, mula-mula ia mungkin merasa bahwa tubuhnya yang makin memuai punya aura tersendiri. Tapi akhirnya ia juga sadar: ada yang salah dengan kegembrotan itu. Raja Philip dari Prancis menyamakan perut Raja Inggris itu dengan perut perempuan hamil tua. Dan ia tahu itu bukan sebuah pujian. Ia, seorang raja yang buta huruf, mencoba diet dengan ngawur: ia mengganti makanan dengan minuman keras.

Tapi ia memang hidup di sebuah zaman dan sebuah kebudayaan yang memandang gemuk, bahkan gembrot, secara tak konsisten. Ketika bencana kelaparan masih sering terjadi, orang Eropa menafsirkan kegemukan dan pinggang tebal sebagai indikator ketahanan dan akhirnya jadi sebuah prestise. Maka ada masanya ketika beruang yang tambun jadi lambang kekuatan, meskipun kemudian, pada periode lain, lambang keunggulan yang tepat adalah singa: ramping di pinggang, perkasa di dada.

Tapi juga bisa dikatakan, sebelum abad ke-15 Eropa, ukuran tubuh tak relevan untuk ditampilkan dalam narasi bersama. Seperti ditunjukkan Georges Vigarello dalam (versi Inggris) The Metamorphosis of Fat: A History of Obesity, dalam gambar-gambar yang dibuat di atas permadani di abad ke-11 tentang para pendekar perang yang menaklukkan Inggris, semua tokoh kelihatan seragam dalam ukuran dada dan pinggang-termasuk William.

Tentu saja itu berubah ketika teknik menggambar berubah dan pengertian perspektif ruang diperkenalkan dan "realisme" jadi acuan utama. Sampai abad ke-13, penampilan manusia dalam seni rupa Eropa tampaknya tak mempersoalkan perkara gemuk-kurus.

Sangat berbeda dengan citra yang tampak dalam wayang kulit di Jawa selama berabad-abad. Bentuk dan ukuran badan punya sugesti yang lebih jauh ketimbang perkara jasmani. Para kesatria, dengan Arjuna sebagai tauladan, umumnya ramping-bahkan kerempeng. Yang gembrot adalah pihak "lain": para gergasi, buto, atau orang sabrangan. Dalam alam piktorial Jawa, kurus itu bagus; di dalamnya berlaku bukan semata-mata penilaian estetis, tapi juga moral.

Sebenarnya dalam sejarah Eropa-dan sejarah manusia umumnya-kecenderungan seperti itu juga selalu hadir. Terutama di dunia di mana rohaniwan berpengaruh. Gemuk menandai sifat tamak dan doyan. Kita dengan mudah bisa tahu bahwa menahan hasrat dan nafsu adalah tuntutan moral yang ada di mana saja. "Berhentilah makan sebelum kenyang", petuah Rasulullah yang terkenal (meskipun sering diabaikan), tak hanya berlaku buat orang Islam.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pada dasarnya agama-agama selalu menyiratkan sikap risau kepada tubuh. Tubuh adalah sesuatu yang harus dicurigai. Memang dengan demikian diakui yang jasmani punya peran yang besar dalam hidup, namun ada keyakinan dengan mengendalikannya manusia akan jadi makhluk yang selamat.

Dari sinilah kita bertemu dengan pertapaan. Bertapa menunjukkan sikap waswas kepada tubuh dan pada saat yang sama menyiratkan tuntutan moral untuk mengendalikannya. Seperti halnya puasa. Dalam arti ini, puasa adalah bertapa dengan cara yang bersahaja.

Upanishad, yang ditulis 800 tahun lebih sebelum agama Kristen dan Islam, menyatakan bahwa memang ada yang menyatukan puasa dan bertapa: laku menahan diri. Apa yang dikenal sebagai "puasa", anksayna (demikian ditulis dalam khanda ke-5), adalah brahmakarya, menahan nafsu dan hasrat. Begitu pula dengan apa yang dikenal sebagai kehidupan pertapa aranyna.

Jika ada beda yang besar antara bertapa dan berpuasa, itu adalah dampaknya bagi kehidupan seseorang. Pada umumnya, bertapa adalah sebuah transformasi kehidupan. Sementara itu berpuasa selama sebulan umumnya tak mengubah lifestyle.

Apalagi di abad ke-21. Kini orang menahan hasrat makan dan minum-seperti halnya diet-untuk kepentingan yang tak jauh jaraknya dari cermin dan timbangan di kamar: untuk kesehatan, kecantikan, atau kegantengan diri.

Tapi agaknya pintu perlu dibuka.

Di Amerika Serikat, di mana takaran makan dan minum-dari popcorn di bioskop dan McDonald's di sudut jalan-makin membesar dan makin menyebarkan wabah kegembrotan, puasa, dalam pelbagai variannya, bisa punya pengaruh bagi perubahan sosial. Obesitas telah terbukti membebani masyarakat dengan penyakit gula dan jantung yang merenggutkan tenaga-tenaga yang produktif dari sekitar kita. Kegagalan menahan hasrat telah terbukti ikut menyebabkan lingkungan hancur, bumi dikuras, dan laut dikalahkan untuk melayani konsumsi yang tak habis-habisnya meningkat.

Lebih dari seribu tahun yang lalu William Sang Penakluk mangkat; ia dikenang bersama perut gendutnya yang pecah di peti mati. Gembrot, di zaman itu, adalah keberlebih-lebihan yang berakhir di kubur masing-masing. Gembrot, di zaman kita, tak seperti itu lagi: ia tanda sebuah kekalahan sosial.

Goenawan Mohamad

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


2 Pengajar Pondok Pesantren di Kabupaten Agam Diduga Sodomi 40 Santri Sejak 2022

6 menit lalu

ilustrasi
2 Pengajar Pondok Pesantren di Kabupaten Agam Diduga Sodomi 40 Santri Sejak 2022

2 pengajar salah satu pondok pesantren di Kecamatan Canduang, Kabupaten Agam, ditangkap Polresta Bukittinggi karena mencabuli 40 santri.


Kata Dasco Gerindra Soal Usul Pelaksanaan Pilpres dan Pileg Dipisah

6 menit lalu

Ketua Harian Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad saat ditemui usai menghadiri acara Silaturahmi dan Tasyakuran DPD Gerindra DKI Jakarta di Tavia Heritage Hotel, Jakarta Pusat pada Kamis, 9 Mei 2024. TEMPO/Adinda Jasmine
Kata Dasco Gerindra Soal Usul Pelaksanaan Pilpres dan Pileg Dipisah

Dasco menyatakan lebih setuju Pilpres dan Pileg dilaksanakan bersamaan.


Dekat Puncak Kemarau, BMKG Prediksi Hujan Tetap Guyur 19 Wilayah di Indonesia

9 menit lalu

Puluhan pengendara motor berteduh di bawah tiang pancang LRT saat hujan yang cukup lebat, di Jalan protokol Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Senin, 6 April 2020. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) merilis peringatan dini cuaca ekstrem di Indonesia. TEMPO/Imam Sukamto
Dekat Puncak Kemarau, BMKG Prediksi Hujan Tetap Guyur 19 Wilayah di Indonesia

BMKG memperkirakan 19 wilayah di Indonesia bakal tetap dibasahi hujan intensitas sedang hingga lebat hingga awal Agustus 2024.


PPATK Ungkap Ada Masyarakat Berpenghasilan di Atas Rp 1 Miliar Main Judi Online dengan Deposit Rp 4,8 Miliar

9 menit lalu

Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) Ivan Yustiavandana memberi laporan dalam acara Peringatan 22 Tahun Gerakan Nasional Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme (APU PPT) di Istana Negara, Jakarta, Rabu 17 April 2024. Indonesia telah dinyatakan secara aklamasi diterima sebagai Anggota Financial Action Task Force on Money Laundering and Terrorism Financing (full membership). Keberhasilan tersebut diperoleh dalam FATF Plenary Meeting di Paris, Perancis yang dipimpin oleh Presiden FATF, MR. T. Raja Kumar pada Rabu, 25 Oktober 2023. TEMPO/Subekti.
PPATK Ungkap Ada Masyarakat Berpenghasilan di Atas Rp 1 Miliar Main Judi Online dengan Deposit Rp 4,8 Miliar

PPPATK ungkap sejumlah masyarakat berpenghasilan di atas Rp 1 miliar main judi online.


Jelang Laga Pertama Olimpiade Paris 2024, Apriyani / Fadia Sudah Intip Kekuatan Pasangan Jepang

28 menit lalu

Ekspresi pebulutangkis Ganda Putri Indonesia Apriyani Rahayu dan Siti Fadia Silva Ramadhanti saat berhadapan dengan pebulutangkis Ganda Putri Malaysia Pearly Tan dan Thinaah Muralitharan pada babak 16 besar Kapal Api Indonesia Open 2024 di Istora Senayan, Jakarta, Kamis, 6 Juni 2024. Apriyani Rahayu dan Siti Fadia Silva Ramadhanti kalah dengan skor 18-21 dan 19-21 gagal melaju ke babak selanjutnya. TEMPO/M Taufan Rengganis
Jelang Laga Pertama Olimpiade Paris 2024, Apriyani / Fadia Sudah Intip Kekuatan Pasangan Jepang

Apriyani / Fadia memastikan persiapannya berjalan baik menjelang laga pertama di Olimpiade Paris 2024.


Timnas Indonesia U-19 vs Malaysia di Semifinal Piala AFF U-19 2024 Sabtu Malam Ini, Indra Sjafri: Laga Penuh Gengsi

34 menit lalu

Pelatih Timnas Indonesia U-19 Indra Sjafri. TEMPO/Randy
Timnas Indonesia U-19 vs Malaysia di Semifinal Piala AFF U-19 2024 Sabtu Malam Ini, Indra Sjafri: Laga Penuh Gengsi

Timnas Indonesia U-19 akan menghadapi Malaysia di semifinal Piala AFF U-19 2024 pada Sabtu malam, 27 Juli.


Ekonom Sebut Keterlibatan Masyarakat Indonesia di Sektor Asuransi Masih Rendah, Ini Alasannya

39 menit lalu

Ekonom senior Faisal Basri menghadiri diskusi film Bloody Nickel yang digelar Koalisi Masyarakat Sipil di Taman Ismail Marzuki (TIM) pada Sabtu, 4 Mei 2024. TEMPO/Savero Aristia Wienanto
Ekonom Sebut Keterlibatan Masyarakat Indonesia di Sektor Asuransi Masih Rendah, Ini Alasannya

Sektor asuransi hanya berkontribusi 6,9 persen terhadap totoal Gross Domestic Product (GDP), membuat Indonesia berada di posisi keenam Asia Tenggara


Respons PAN-Nasdem-PKS Soal Isu Poros Koalisi PKB dan PDIP di Pilkada 2024

39 menit lalu

Ilustrasi TPS Pilkada. Dok TEMPO
Respons PAN-Nasdem-PKS Soal Isu Poros Koalisi PKB dan PDIP di Pilkada 2024

PKB dan PDIP menjajaki peluang berkoalisi pada Pilkada 2024.


Museum Unik di Kroasia Ini Menampilkan Historis Dasi dan Simpul Ikatannya

39 menit lalu

Cravaticum di Zagreb, Kroasia. Instagram.com/cravaticum_museum
Museum Unik di Kroasia Ini Menampilkan Historis Dasi dan Simpul Ikatannya

Cravaticum - Museum Boutique of Cravat menjadi museum dasi pertama di dunia yang berada di Kroasia


Gelombang Panas Ekstrem Melanda Eropa, Negara Mana Saja yang Suhunya Naik?

39 menit lalu

Warga menggunakan payung di bawah sengatan matahari di Tokyo, Jepang, 9 Juli 2024. Jepang diterjang gelombang panas dengan cakupan lebih luas yang belum pernah terjadi sebelumnya. Suhu mencapai rekor tertinggi mendekati 40 derajat celsius, terjadi pada Senin (8/7/2024), di Tokyo dan di wilayah selatan Wakayama. REUTERS/Issei Kato
Gelombang Panas Ekstrem Melanda Eropa, Negara Mana Saja yang Suhunya Naik?

Gelombang panas dengan suhu udara menembus 40 derajat Celcius melanda negara-negara Eropa