Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Pesimisme

Oleh

image-gnews
Iklan

1949: tak lama setelah Indonesia bangkit dengan euforia kemerdekaan, Chairil Anwar menuliskan baris ini dalam salah satu sajaknya: "Hidup hanya menunda kekalahan."

Sebuah kontras. Mungkin antiklimaks.

Saya yakin kalimat itu hanya gumam Chairil dalam saat yang murung; sajak ini ditulis beberapa bulan sebelum ia meninggal pada umur 27 tahun. Tapi ada yang melihatnya sebagai bagian dari perasaan dan perspektif sebuah generasi di Indonesiaperasaan yang dianggap tak pada tempatnya di kancah sebuah bangsa yang baru tampil ke depan setelah lepas dari penjajahan.

Maka S. Takdir Alisjahbana mengecam kemuraman karya-karya Chairil, "ketakutannya akan dunia sekitarnya yang tak dikuasainya". Bagi Takdir, sajak-sajak seperti yang digubah Chairil memperlihatkan tendensi buruk para penulis Indonesia yang "telah mengambil krisis Barat dan pesimisme Barat". Bagi Takdir, Chairil dan angkatannya cuma gema yang ganjil dari suasana Eropa yang kehilangan harapan.

Di Eropa pesimisme memang berkecamuk di antara dua perang besar yang melibatkan banyak negara, 1914-1918 dan 1939-1945. Orang, terutama kaum terpelajar dan seniman, menurut Takdir, merasa "tiada berkuasa sedikit jua terhadap pembantaian manusia yang besar-besaran". Akhirnya dalam karya-karya mereka (di sini Takdir mengutip Andre Malraux) tak ada lagi kepercayaan kepada manusia.

Tak adanya lagi kepercayaan kepada manusia adalah sebuah pesimisme yang gawat. Takdir tentu tak melihat gejala itu telah terjadi di Indonesia pasca-1945. Ia sejak dulu yakin akan gerak maju masyarakat dari zaman "jahiliah" Indonesia ke masa depan yang gemilang, Tapi di awal 1950-an, ia sendiri tampaknya tak bisa mengelak dari situasi yang dibayangi krisis.

Sejak 1951 ia berbicara tentang impasse dalam kreativitas manusia Indonesia. Sebuah simposium yang diorganisasinya mengambil pokok "Kesulitan-kesulitan Zaman Peralihan Sekarang". Di sana dinyatakan bahwa kebudayaan di Indonesia ada "di jalan buntu".

Kebuntuan atau impasse atau "krisis" dengan segera jadi percakapan intelektual yang dominan di Indonesia pada 1950-an. Di nomor pertama jurnal Konfrontasi, 1954, Soedjatmoko mensinyalir adanya krisis yang "telah meresap ke dalam masyarakat kita di dalam segala pernyataan dan tindakan jiwa manusia".

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kata-kata Soedjatmoko dramatisdan agaknya tak meyakinkan. Beberapa sanggahan pun dikemukakan, atau bila kata "krisis" menjalar ke tempat lain, ia jadi sesuatu yang berkait dengan yang jenaka: pada 1953 Usmar Ismail membuat film Krisis yang segera disambung dengan Lagi-lagi Krisis. Dalam film yang kedua ini kita lihat Husin bin Said yang pasang papan nama sebagai dukun dan Pedro bintang sandiwara lama yang sudah tak laku. Akhir cerita: sebuah kegagalan usaha memproduksi film....

Tak adakah harapan yang serius? Begitu gampangkah pesimisme dan begitu cepatkah sinisme?

Pada 1860, Ranggawarsita menulis karyanya yang terkenal, Serat Kalatida: 12 bait puisi-tembang yang paling muram dalam sastra Jawa. Ia berbicara tentang "zaman edan" yang dialaminya: merasa tersingkir, ia lihat keadaan politik yang kacau, rurah pangrehing ukara, dan orang di sekitarnya yang hanya berebut harta dan kedudukan.

Tapi seperti ketika Takdir berbicara tentang impasse dan Soedjatmoko tentang "krisis", dalam pesimisme Ranggawarsita ada optimisme yang terselip: keadaan yang buruk itu bisa diatasi. Dalam konsep Takdir, impasse adalah jalan buntu pada zaman "peralihan": akan ada perubahan. Dalam pemikiran Soedjatmoko, "krisis" bisa diatasi dengan "konfrontasi", sebuah perlawanan aktif. Dalam Kalatida: keadaan buruk dihadapi dengan mengundurkan diri ke dalam sepi, muhung mahas ing asepi, mematikan hasrat ibarat "mati dalam hidup".

Tentu ada yang membedakan Ranggawarsita dengan para cendekiawan Indonesia abad ke-20: ada sisa samar-samar kesadaran lama tentang waktu. Dalam pandangan Takdir dan Soedjatmoko, seperti laiknya orang-orang modern, waktu adalah sesuatu yang linear, ibarat garis yang titik ujungnya tak akan berulang. Dalam Kalatidameskipun digubah setelah di Jawa orang mengenal jammasih ada jejak konsep waktu sebagai siklus: waktu adalah sejumlah kala dengan ciri-ciri keadaan tertentu, yang pernah terjadi dan akan terjadi lagi. Dengan kata lain, waktu bergerak bersama cakra manggilingan: nasib ibarat roda pedati, sesekali di atas, sesekali di lantai.

Pada akhirnya, memang tak ada yang mengatakan, "Hidup hanya menunda kekalahan." Kita belum bisa mengatakan, "Tak ada lagi kepercayaan kepada manusia." Sajak Chairil yang sangat muram itu pun masih memperlihatkan tenaga "menunda" justru di tengah waktu yang berubah. Ia masih hendak mengatakan sesuatu, "Sebelum pada akhirnya kita menyerah." Seperti satu baris dalam The Unnamable Samuel Beckett: "...in the silence you don't know, you must go on, I can't go on, I'll go on."

Belum antiklimaks.

Goenawan Mohamad

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Prabowo Diminta Evaluasi Penghiliran Nikel

1 menit lalu

Ilustrasi  smelter nikel. REUTERS
Prabowo Diminta Evaluasi Penghiliran Nikel

Presiden terpilih Prabowo Subianto didesak untuk melakukan evaluasi program penghiliran nikel.


Survei Elektabilitas Ahok Kedua Teratas di Jakarta, PDIP: Semua Masih Dinamis

5 menit lalu

Ridwan Kamil, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), dan Anies Baswedan. TEMPO
Survei Elektabilitas Ahok Kedua Teratas di Jakarta, PDIP: Semua Masih Dinamis

Ahok memang menjadi salah satu nama calon potensial yang saat ini dimiliki PDIP.


Mengenang Pak Kasur: Tokoh Pendidikan Pernah Jadi Anggota Badan Sensor Film

6 menit lalu

Pak Kasur. kesekolah.com
Mengenang Pak Kasur: Tokoh Pendidikan Pernah Jadi Anggota Badan Sensor Film

Pak Kasur menjadi salah seorang tokoh pendidikan di negeri ini. Ini perjalanan hidupnya, dan khususnya dedikasinya pada pendidikan anak-anak.


Kapal Penumpang di Anambas Tenggelam, Tiga 3 Orang Meninggal

10 menit lalu

Ilustrasi kapal tenggelam. AFP/Pedro Pardo
Kapal Penumpang di Anambas Tenggelam, Tiga 3 Orang Meninggal

Kapal penumpang KM Samarinda rute Tarempa - Matak, Kabupaten Anambas, tenggelam, Jumat 26 Juli 2024. Setidaknya tiga orang meninggal.


Semifinal Piala AFF U-19 2024 Australia vs Thailand Sabtu Sore 27 Juli: Simak Komentar Pelatih Kedua Tim

13 menit lalu

Pelatih Timnas Australia U-19, Trevor Morgan (kiri) dan Pelatih Timnas Thailand U-19, Emerson Pereira da Silva (kanan) saat konferensi pers menjelang laga semifinal Piala AFF U-19 2024, di Hotel Wyndham Surabaya, 26 Juli 2024. Foto: TEMPO/Hanaa Septiana
Semifinal Piala AFF U-19 2024 Australia vs Thailand Sabtu Sore 27 Juli: Simak Komentar Pelatih Kedua Tim

Laga Timnas Australia vs Thailand akan hadir pada babak semifinal Piala AFF U-19 2024, Sabtu sore. Simak komentar kedua pelatih jelang laga.


5 Fakta Dugaan Sabotase Kereta Cepat Sebelum Pembukaan Olimpiade Paris 2024

27 menit lalu

Tentara berjaga di depan Menara Eiffel menjelang Olimpiade Paris 2024, Prancis, 21 Juli 2024.REUTERS/Stefan Wermuth
5 Fakta Dugaan Sabotase Kereta Cepat Sebelum Pembukaan Olimpiade Paris 2024

Sabotase kereta cepat disebut-sebut sebagai upaya terencana beberapa jam menjelang upacara pembukaan Olimpiade Paris 2024.


Berita MotoGP: Joan Mir Perpanjang Kontrak di Repsol Honda hingga 2026

31 menit lalu

Joan Mir pembalap MotoGP di Repsol Honda. (Foto: Repsol Honda)
Berita MotoGP: Joan Mir Perpanjang Kontrak di Repsol Honda hingga 2026

Pembalap MotoGP Joan Mir memperpanjang kontraknya dengan tim pabrikan Honda Racing Corporation (HRC/Repsol Honda) selama dua musim.


Indikator Keberhasilan Pilkada 2024: Partisipasi Generasi Muda sampai Semua Pihak Patuhi Aturan

33 menit lalu

Ilustrasi TPS Pilkada. Dok TEMPO
Indikator Keberhasilan Pilkada 2024: Partisipasi Generasi Muda sampai Semua Pihak Patuhi Aturan

Beberapa indikator Pilkada 2024 berhasil, antara lain partisipasi generasi muda sebagai pemilih terbesar dan mematuhi aturan oleh semua pihak terlibat


Komika Arie Kriting Besut Film Kaka Boss, Berikut Film Lain yang Dibintanginya Termasuk Agak Laen

37 menit lalu

Stand Up Comedian Arie Kriting dengan gaya khas orang Timur tampil menghibur penonton di ajang Tujuh Hari Untuk Kemenangan Rakyat di Teater Salihara, Jakarta,  19 Juli 2014. TEMPO/Nurdiansah
Komika Arie Kriting Besut Film Kaka Boss, Berikut Film Lain yang Dibintanginya Termasuk Agak Laen

Arie Kriting menjadi sutradara film Kaka Boss. Sebelumnya, ia telah bermain dalam beberapa film termasuk Agak Laen.


Olivia Rodrigo Tegaskan Dukungan untuk Kamala Harris atas Isu Hak Reproduksi

38 menit lalu

Olivia Rodrigo/Foto: Instagram/Olivia Rodrigo
Olivia Rodrigo Tegaskan Dukungan untuk Kamala Harris atas Isu Hak Reproduksi

Olivia Rodrigo menunjukkan dukungannya kepada Kamala Harris dengan mengunggah ulang video yang mengkritik kebijakan Donald Trump tentang aborsi.