Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

1945

Oleh

image-gnews
Iklan

"...dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya."
Bagian dari teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 1945

Revolusi tak pernah "seksama". Tak ada revolusi yang dikerjakan dengan teliti, sistematis, terjaga dari kemelesetan. Revolusi justru memelesetkan. Ia tak hendak mengikuti apa yang sudah digariskan kekuasaan yang mendahuluinya.

Itu sebabnya 17 Agustus 1945 sebuah momen revolusi: di pagi itu dinyatakan lahirnya sebuah negeri baru. Penguasa Hindia Belanda, yang rapi dan represif, telah runtuh, juga rezim militer Jepang, yang kokoh dan bengis, telah kalah. Mereka tak ada lagi. Hubungan-hubungan kekuasaan di Indonesia berubah secara radikal.

Pelbagai tatanan terguncang, juga acuan tentang waktu dan kesabaran. Semua hendak dikerjakan "dalam tempo yang sesingkat-singkatnya". Chaos menyusul sebelum dan sesudahnya.

Dua bulan setelah 17 Agustus 1945, di tiga kota Pantai Utara Jawa kaum pemuda militan kelas bawah meledakkan dendamnya kepada para pamong praja yang di masa penjajahan dianggap membantu Belanda dan Jepang. Para priayi dibunuh atau dianiaya. Raden Ayu Kardinah, adik Kartini yang menikah dengan Bupati Tegal, diarak keliling kota dengan diberi pakaian kain goni.

Hampir setahun kemudian, kekerasan merebak di Sumatera Utara dan Timur, ketika rakyat yang selama itu dipinggirkan menumpas kekuasaan para bangsawan Kesultanan Melayu. Dari Langkat sampai dengan Simalungun, sejumlah aristokrat, termasuk penyair Amir Hamzah, disembelih.

"Pemindahan kekuasaan" yang dijanjikan teks Proklamasi tak benar telah disiapkan "dengan cara seksama". Selama tahun 1940-an itu, Indonesia terguncang-guncang. Pada 1948, Surakarta menyaksikan gerakan pelbagai kelompok politik, bersenjata atau tidak, kian eksplosif. Culik-menculik terjadi. Pasukan pemerintah dilucuti pasukan pro-PKI. Setelah Musso, yang datang ke Tanah Air dari Uni Soviet, memaklumkan berdirinya republik "soviet" di Madiun, Divisi Siliwangi datang. Dalam rangkaian kejadian itu, pertumpahan darah yang mengerikan berlangsung....

Kekerasan, chaos, jatuhnya ribuan korban, semua atas nama "revolusi", tidak hanya terjadi di Indonesia. "Revolusi bukan jamuan makan malam," kata Mao Zedong dari sejarah RRT. Ia berbicara dari pengalaman Tiongkok yang keras, tapi agaknya juga berdasarkan catatan sejarah.

Bahkan juga sejarah Revolusi Amerika. Revolusi ini umumnya dibayangkan sebagai peristiwa besar yang berpusat pada selembar deklarasi yang ditandatangani. Tanpa darah. Tak ada gedung penjara besar yang dihancurkan (seperti Revolusi Prancis), tak ada peluru meriam ditembakkan dari kapal sebagai aba-aba penyerbuan pasukan pemberontak (seperti Revolusi Rusia). Dari jauh tampak bahwa yang terjadi, seperti dalam Revolusi Indonesia, hanya satu teks yang ditulis, diumumkan, diterima.

Jika dilihat lebih dekat: kekacauan.

Republik federal baru yang dibentuk dari pelbagai state itu (dalam bahasa Indonesia disebut "negara bagian") tak segera bersatu-padu. Kongres tak mampu menghimpun pajak yang memadai dari mereka, sementara dana diperlukan buat biaya pemerintahan. Konflik antara pendatang dan penghuni wilayah baru meletus di sana-sini. Perselisihan agama di antara gereja Kristen yang berbeda-beda berkecamuk. Perbudakan tak berubah, hak pilih perempuan dibatasi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Mengamati itu semua, di awal 1800-an Thomas Jefferson, salah satu bapak pendiri republik baru itu, yakin bahwa Amerika berjalan mundur, bukan maju. Bahkan seorang penanda tangan Deklarasi Kemerdekaan, Benjamin Rush, menulis pada 1812: "Eksperimen revolusi Amerika... pasti akan gagal." Ia pun membakar semua catatannya yang semula ia siapkan untuk disusun sebagai memoar. Beberapa puluh tahun setelah itu, Amerika Serikat berdarah-darah oleh Perang Saudara.

Sebenarnya, kekecewaan selalu membayang dalam proses revolusi mana pun. Revolusi adalah anak waktu. Semangatnya dilecut waktu, dan gagasannya dibimbing waktu sebagai garis lurus dengan optimisme "idea of progress". Tapi waktu juga yang kelak akan memudarkannya.

Mungkin, secara instingtif, itulah yang disadari para perumus Proklamasi 17 Agustus 1945. Mereka mengharapkankalaupun bukan menjanjikancara yang "seksama" dan sekaligus proses kerja "dalam tempo yang sesingkat-singkatnya". Akan aneh seandainya mereka tak tahu ada kontradiksi dalam kedua bagian kalimat itu.

Kontradiksi itulah kemudian terbukti yang menyebabkan revolusi Indonesia (sebagaimana revolusi Amerika dan lain-lain) tak jelas rumusan hasilnya.

Tapi tak berarti revolusi tak punya arti. Revolusi tak akan jera bangkit. Revolusi adalah teriak dan tindakan yang menolak keadaan hari ini, sekaligus teriak dan tindakan berangkat ke perjalanan lepasseperti satu sajak Rivai Apin pada 1940-an itu.

Sang penyair mengutuk kebekuan sekitarnya:

Apa di sini
Batu semua!

Yang ia inginkan adalah "taufan gila" dan "ombak tinggi" yang "perkasa" yang mengguncang hingga "kayu kapal berderak-derak". Jika kita rasakan semacam kegetiran di sana, mungkin itulah yang disebut Nietzsche sebagai "pesimisme Dionysian": muram tapi berani menemui "yang menakutkan dan penuh tanda tanya".

Tak ada tujuan yang mengikat. Tujuan macam itu berarti kemandekan baru: sesuatu yang dipatok sebelum sauh diangkat. Bagaimanapun yang dihadapi adalah masa depan yang secara radikal terbukamasa depan yang tak kita kuasai dan menguasai kita, masa depan yang juga menyiapkan kita untuk kecewa.

Jangan-jangan itulah perspektif terbaik abad ke-21: abad yang kian cepat berubah, tujuh puluh tahun setelah 1945.

Goenawan Mohamad

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Prabowo Diminta Evaluasi Penghiliran Nikel

2 menit lalu

Ilustrasi  smelter nikel. REUTERS
Prabowo Diminta Evaluasi Penghiliran Nikel

Presiden terpilih Prabowo Subianto didesak untuk melakukan evaluasi program penghiliran nikel.


Survei Elektabilitas Ahok Kedua Teratas di Jakarta, PDIP: Semua Masih Dinamis

6 menit lalu

Ridwan Kamil, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), dan Anies Baswedan. TEMPO
Survei Elektabilitas Ahok Kedua Teratas di Jakarta, PDIP: Semua Masih Dinamis

Ahok memang menjadi salah satu nama calon potensial yang saat ini dimiliki PDIP.


Mengenang Pak Kasur: Tokoh Pendidikan Pernah Jadi Anggota Badan Sensor Film

6 menit lalu

Pak Kasur. kesekolah.com
Mengenang Pak Kasur: Tokoh Pendidikan Pernah Jadi Anggota Badan Sensor Film

Pak Kasur menjadi salah seorang tokoh pendidikan di negeri ini. Ini perjalanan hidupnya, dan khususnya dedikasinya pada pendidikan anak-anak.


Kapal Penumpang di Anambas Tenggelam, Tiga 3 Orang Meninggal

10 menit lalu

Ilustrasi kapal tenggelam. AFP/Pedro Pardo
Kapal Penumpang di Anambas Tenggelam, Tiga 3 Orang Meninggal

Kapal penumpang KM Samarinda rute Tarempa - Matak, Kabupaten Anambas, tenggelam, Jumat 26 Juli 2024. Setidaknya tiga orang meninggal.


Semifinal Piala AFF U-19 2024 Australia vs Thailand Sabtu Sore 27 Juli: Simak Komentar Pelatih Kedua Tim

14 menit lalu

Pelatih Timnas Australia U-19, Trevor Morgan (kiri) dan Pelatih Timnas Thailand U-19, Emerson Pereira da Silva (kanan) saat konferensi pers menjelang laga semifinal Piala AFF U-19 2024, di Hotel Wyndham Surabaya, 26 Juli 2024. Foto: TEMPO/Hanaa Septiana
Semifinal Piala AFF U-19 2024 Australia vs Thailand Sabtu Sore 27 Juli: Simak Komentar Pelatih Kedua Tim

Laga Timnas Australia vs Thailand akan hadir pada babak semifinal Piala AFF U-19 2024, Sabtu sore. Simak komentar kedua pelatih jelang laga.


5 Fakta Dugaan Sabotase Kereta Cepat Sebelum Pembukaan Olimpiade Paris 2024

28 menit lalu

Tentara berjaga di depan Menara Eiffel menjelang Olimpiade Paris 2024, Prancis, 21 Juli 2024.REUTERS/Stefan Wermuth
5 Fakta Dugaan Sabotase Kereta Cepat Sebelum Pembukaan Olimpiade Paris 2024

Sabotase kereta cepat disebut-sebut sebagai upaya terencana beberapa jam menjelang upacara pembukaan Olimpiade Paris 2024.


Berita MotoGP: Joan Mir Perpanjang Kontrak di Repsol Honda hingga 2026

32 menit lalu

Joan Mir pembalap MotoGP di Repsol Honda. (Foto: Repsol Honda)
Berita MotoGP: Joan Mir Perpanjang Kontrak di Repsol Honda hingga 2026

Pembalap MotoGP Joan Mir memperpanjang kontraknya dengan tim pabrikan Honda Racing Corporation (HRC/Repsol Honda) selama dua musim.


Indikator Keberhasilan Pilkada 2024: Partisipasi Generasi Muda sampai Semua Pihak Patuhi Aturan

34 menit lalu

Ilustrasi TPS Pilkada. Dok TEMPO
Indikator Keberhasilan Pilkada 2024: Partisipasi Generasi Muda sampai Semua Pihak Patuhi Aturan

Beberapa indikator Pilkada 2024 berhasil, antara lain partisipasi generasi muda sebagai pemilih terbesar dan mematuhi aturan oleh semua pihak terlibat


Komika Arie Kriting Besut Film Kaka Boss, Berikut Film Lain yang Dibintanginya Termasuk Agak Laen

38 menit lalu

Stand Up Comedian Arie Kriting dengan gaya khas orang Timur tampil menghibur penonton di ajang Tujuh Hari Untuk Kemenangan Rakyat di Teater Salihara, Jakarta,  19 Juli 2014. TEMPO/Nurdiansah
Komika Arie Kriting Besut Film Kaka Boss, Berikut Film Lain yang Dibintanginya Termasuk Agak Laen

Arie Kriting menjadi sutradara film Kaka Boss. Sebelumnya, ia telah bermain dalam beberapa film termasuk Agak Laen.


Olivia Rodrigo Tegaskan Dukungan untuk Kamala Harris atas Isu Hak Reproduksi

39 menit lalu

Olivia Rodrigo/Foto: Instagram/Olivia Rodrigo
Olivia Rodrigo Tegaskan Dukungan untuk Kamala Harris atas Isu Hak Reproduksi

Olivia Rodrigo menunjukkan dukungannya kepada Kamala Harris dengan mengunggah ulang video yang mengkritik kebijakan Donald Trump tentang aborsi.