Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Luka

Oleh

image-gnews
Iklan

Seorang tua yang hampir bisu, kehilangan ingatannya, juga kehilangan anaknya dalam sejarah yang menakutkan: dia kakek pikun dalam film Joshua Oppenheimer, The Look of Silence.

Dalam film yang hendak menampilkan kekejaman di Indonesia di pertengahan 1960-an itu, tokoh setengah lumpuh ini seakan-akan sebuah alegori tentang berat dan bisunya masa lalu.

Saya menonton The Look of Silence di sebuah bioskop di Glasgow, Skotlandia, dua pekan yang lalu. Sebagian besar hadirin tak kenal Indonesia. Agaknya film Oppenheimer ini introduksi pertama tentang kepulauan yang jauh, rumit, eksotis, dan tak tenteram itu.

Adegan awal: di sebuah rekaman video, dua lelaki tua usia 70-an. Kemudian kita ketahui mereka hidup di Deliserdang, 30 kilometer dari Medan. Dengan bangga mereka ceritakan bagaimana dulu mereka habisi "orang komunis" di tepi Sungai Ular.

Kemudian ditunjukkan kedua lelaki tua itu datang ke sungai itu. Di sini cerita lebih rinci: misalnya, untuk mematikan seorang korban yang kuat, mereka tebas kemaluannya dari belakang. Sang pembunuh menirukan suara orang yang dibunuhnya ketika berteriak minta tolong.

Di adegan lain pembunuh itu bahkan menunjukkan sebuah buku panjang di mana ia menuliskan pengalamannyadengan gambar adegan kebuasan yang dilakukannya.

Di latar yang lain, pembunuh yang satunya mengisahkan bagaimana ia memotong buah dada seorang perempuan sebelum menyembelihnya. Tiap kali membantai, ia minum darah korbannya. Agar tak jadi gila, katanya. Seorang tua lain, duduk di sebelah anaknya, menceritakan ia selalu membawa gelas sebelum menyembelih. Dari mana darah ditakik? Dari leher yang dilubangi. Suatu kali ia mengirim sepotong kepala ke sebuah toko orang Cina; hanya untuk menakut-nakuti.

The Look of Silence: sebuah karya sinematik yang ulung. Kameranya pas mengambil angle, gambarnya cemerlang, tokohnya hadir kuat, editingnya membentuk suspens yang memukau. Konstruksi film ini begitu apik hingga dunia yang direkamnya seakan-akan siap dijadikan sebuah narasi.

Mengagumkan bahwa Oppenheimer berhasil menghadapkan para tokoh sejarah yang mengerikan itu dengan Adi. Laki-laki berumur 44 tahun itu punya abang, Ramli namanya, yang dibantai. Adi menanyai orang-orang tua itu, mencoba menarik maaf dari mereka, mendorong agar mereka ungkapkan masa lalu yang ganas itu.

Dari situlah cerita film ini terbentuk.

Sehabis film, sayatamu dalam festival Discover Indonesiadiminta menjawab pertanyaan. Segera saya sadar: begitu besar jurang informasi antara The Look of Silence dan penontonnya yang kagum. Penduduk Glasgow itu tak tahu apa sebenarnya para pembunuh itu: petani, buruh, tuan tanah, algojo profesional? Mengapa bangga akan kebuasan mereka? Mereka menyatakan diri antikomunis. Tapi tak jelas mengapa sikap itu saja membuat mereka jadi pembunuh yang fanatik. Dari mana kebencian seintens itu?

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dalam perjalanan pulang, seorang penonton bertanya soal yang lain: siapa sebenarnya korban para pembantai itu? Mereka dianggap anggota PKI, jawab saya. Tapi jawaban itu tak memuaskan tampaknya. Apakah PKI waktu itu partai ilegal, organisasi musuh yang sembunyi-sembunyi? Tidak. PKI salah satu partai yang kuat di tahun 1960-an, jawab saya lagi. Dari film dapat disimpulkan korban dan pembunuhnya lama hidup bertetangga; tentunya mereka saling tahu pilihan politik masing-masing. Mengapa mendadak bangkit keinginan membasmi? Dan mengapa PKI tak memukul balik?

Saya ingin menjelaskantapi saya sadar, untuk itu perlu sebuah ceramah panjang tentang sejarah politik Indonesia (yang setengahnya tak saya ingat). Mungkin perlu juga sejarah sosial: penonton yang tak kenal perbedaan bahasa, logat, dan kelompok sosial Indonesiakarena hanya membaca teks dalam bahasa Inggristak akan tahu bahwa ibu Ardi berbahasa Jawa dan ayahnya, pak tua yang sudah kehilangan ingatan itu, mungkin pendatang dari Jawa yang sudah bertahun-tahun hidup di wilayah orang Melayu dan Tapanuli; dalam kepikunannya, ia hanya ingat sebuah lagu Melayu. Kenapa ia di sana, kenapa mereka di sana, dan mungkinkah konflik jadi sengit karena asal-usul, saya hanya menduga.

Yang pasti saya tak bisa menjelaskan kenapa Ramli, kakak Adi, diceritakan dihajar dan akhirnya dibantai. Dan saya terdiam ketika datang pertanyaan yang lebih mendasar: kenapa masa lalu perlu diungkapkan jika hasilnya bukan rekonsiliasi, bukan pula penyesalanmalah resah risau dan mungkin kembalinya kebencian?

Masa lalu itu sebuah "luka", kata seorang lelaki yang lepas dari genosida Sungai Ular. Luka lama, kata seorang penggerak aksi pembantaian. Dan pemotong buah dada itu marah ketika Adi menggali lebih jauh apa yang dulu terjadi. Ibu Adi takut. Ada kecemasan bila luka itu dibuka lagi, koreng malah menjadi-jadi.

Sebaliknya bagi Adi dan Joshua: membuka balut luka itu justru akan menyembuhkan. Lupa berbahaya, kekejaman serupa bisa berulang.

Tapi mungkin karena mereka berdiri di luar luka itu. Mereka tak mengalami kepedihan, kerumitan, dan kebengisan itu; mereka lahir setelah 1965. Joshua anak Texas; Adi lahir setelah tak ada lagi Ramli. Mereka ingin tahu.

Tapi tentu saja pengetahuan berbeda dari ingatan. Mengetahui adalah menguasai realitas; mengingat bahkan tak selamanya menguasai masa lalu.

"Mengingat semua perkara adalah satu bentuk kegilaan," kata Hugh, guru tua pemabuk dalam lakon Translations Brian Friel, sebuah cerita dengan latar konflik berdarah di Irlandia.

Dalam The Look of Silence, kakek setengah lumpuh itu, ayah Adi, tak gila. Ia hanya ingat sebuah nyanyi.

Goenawan Mohamad

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Mengenal Jooyoung, Penyanyi Korea yang Akan Konser di Jakarta

2 menit lalu

Jooyoung. FOTO/Instagram/jooyoung
Mengenal Jooyoung, Penyanyi Korea yang Akan Konser di Jakarta

Penyanyi Korea Selatan Jooyoung merilis jadwal tur konser Asia perdananya yang akan berlangsung pada Mei-Juni 2024


Agen Tabung di Cinere Depok Terbakar, Pemilik Tewas

3 menit lalu

Ilustrasi kebakaran. shutterstock
Agen Tabung di Cinere Depok Terbakar, Pemilik Tewas

Diduga terjadi kebocoran gas agen tabung dan air mineral di Gang Melati 1, Cinere, Depok, terbakar Jumat, 26 April 2024.


Puluhan Miliaran Digelapkan Mafia Tanah Bekas ART, Nirina Zubir Ungkap Pernah Mau Dicicil Rp 2 Juta per Bulan

6 menit lalu

Nirina Zubir dalam konferensi film Jatuh Cinta Seperti di Film-film di Jakarta, Selasa, 10 Oktober 2023/Foto: Doc. Poplicist
Puluhan Miliaran Digelapkan Mafia Tanah Bekas ART, Nirina Zubir Ungkap Pernah Mau Dicicil Rp 2 Juta per Bulan

Bekas asisten Cut Indria Marzuki, Riri Khasmita, sempat berkelit telah menggelapkan surat berharga dan harta sebanyak miliaran rupiah dari ibunda Nirina Zubir.


Jokowi Minta Menlu Persiapkan Negosiasi Ketahanan Pangan dengan Vietnam

11 menit lalu

Presiden Joko Widodo melakukan kunjungan kerja di Provinsi Sulawesi Barat pada Selasa, 23 April 2024. Mengawali kegiatannya, Presiden Jokowi meninjau Kantor Gubernur Sulawesi Barat yang sempat hancur saat terjadi gempa pada tahun 2021 lalu. Foto: Rusman - Biro Pers Sekretariat Presiden
Jokowi Minta Menlu Persiapkan Negosiasi Ketahanan Pangan dengan Vietnam

Presiden Jokowi menerima laporan hasil lawatan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi ke Vietnam beberapa hari lalu.


Bertubi-tubi Penghargaan untuk Bobby Nasution, Terakhir Menantu Jokowi Raih Satyalancana dan Tokoh Nasional

13 menit lalu

Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian menyerahkan penghargaan Satyalencana kepada Wali Kota Medan Bobby Nasution dalam acara Peringatan Hari Otonomi Daerah XXVIII  tahun 2024 di Surabaya, Jawa Timur Kamis 25 April 2024. Humas Pemkot Surabaya
Bertubi-tubi Penghargaan untuk Bobby Nasution, Terakhir Menantu Jokowi Raih Satyalancana dan Tokoh Nasional

Wali Kota Medan Bobby Nasution boleh dibilang banjir penghargaan. Menantu Jokowi ini dapat penghargaan Satyalancana baru-baru ini.


Galih Loss Mengaku Buat Konten yang Diduga Menistakan Agama untuk Menghibur

15 menit lalu

Tersangka Galih Loss (tengah) dihadirkan saat keterangan pers pegungkapan kasus penistaan agama atau ujaran kebencian oleh konten kreator Galih Nova Aji di Direktorat Reserse Kriminal (Ditreskrimsus) Polda Metro Jaya, Jakarta, Jumat, 26 April 2024. Tersangka Galih Nova Aji atau pemilik akun sosial media Galih Loss ditahan karena kasus pendistribusian konten vidio yang menyinggung SARA dan menimbulkan rasa kebencian dengan ancaman hukuman 6 tahun penjara. TEMPO/Martin Yogi Pardamean
Galih Loss Mengaku Buat Konten yang Diduga Menistakan Agama untuk Menghibur

Niat itu kini berujung penahanan Galih Loss di Rumah Tahanan (Rutan) Polda Metro Jaya.


Novel Baswedan dan Eks Pegawai KPK Lainnya Laporkan Nurul Ghufron ke Dewas KPK soal Dugaan Pelanggaran Kode Etik

19 menit lalu

Eks Pegawai KPK yang tergabung dalam IM57+ Institute yang diwakili oleh Novel Baswedan, M Praswad Nugraha, dan Yudi Purnomo Harahap melaporkan ke Dewas KPK soal dugaan pelanggaran kode etik Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron atas pelaporannya terhadap Anggota Dewas KPK Albertina Ho, Jumat, 26 April 2024. Tempo/Bagus Pribadi
Novel Baswedan dan Eks Pegawai KPK Lainnya Laporkan Nurul Ghufron ke Dewas KPK soal Dugaan Pelanggaran Kode Etik

Novel Baswedan dkk melaporkan Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron atas dugaan pelanggaran kode etik karena telah melaporkan Anggota Dewas KPK Albertina Ho.


Viral Kasus Bea Masuk Rp 31 Juta Satu Sepatu, Dirjen Bea Cukai: Itu Termasuk Denda Rp 24 Juta

23 menit lalu

Tangkapan layar dari video pendek pengguna TikTok @radhikaalthaf ketika curhat soal bea masuk Rp 31,8 juta yang harus dibayar atas sepatu sepak bola yang dibelinya dari luar negeri (Sumber: TikTok)
Viral Kasus Bea Masuk Rp 31 Juta Satu Sepatu, Dirjen Bea Cukai: Itu Termasuk Denda Rp 24 Juta

Direktur Jenderal Bea dan Cukai Askolani mengatakan kasus pengenaan bea masuk Rp 31 juta untuk satu sepatu sudah sesuai aturan.


Cerita Warga Depok Sering Lihat Pria Tak Dikenal Kunjungi Rumah Polisi Pesta Narkoba

25 menit lalu

Ilustrasi Narkoba atau methylamphetamine. Getty Images
Cerita Warga Depok Sering Lihat Pria Tak Dikenal Kunjungi Rumah Polisi Pesta Narkoba

Cerita penangkapan lima anggota polisi pesta narkoba mulai terendus warga Kampung Palsigunung, Depok, Jawa Barat.


Usai Tak Lagi Dianggap Kader PDIP, Gibran Bilang Belum Bergabung Kemana-Mana

29 menit lalu

Wapres Terpilih Gibran Rakabuming Raka masih hadir di kantor Wali Kota Solo di Balai Kota Solo, Jawa Tengah, Kamis, 24 April 2024, usai penetapan oleh KPU kemarin. TEMPO/SEPTHIA RYANTHIE
Usai Tak Lagi Dianggap Kader PDIP, Gibran Bilang Belum Bergabung Kemana-Mana

"Kami berteman dengan semua, semua partai kami anggap rumah ya," ujar Gibran.