Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kekejaman

Oleh

image-gnews
Iklan

Sebelum pembantaian tak ada titik nol. Sebelum kekejaman, ada kekejaman lain yang tak selamanya kita akui, mungkin tak selamanya kita kenali.

Saya beruntung dilahirkan lebih dari 70 tahun yang lalu dan masih bisa bercerita hari inibisa mengingat ayah yang ditembak, paman yang ditembak, tetangga yang ditembak, lurah yang diculik gerilyawan dan ditusuk jantungnya, bekas nyai Belanda yang dirampok dan dikuburkan hidup-hidup di bawah pohon randu, mantan pemimpin perjuangan yang diajak ke luar rumah oleh dua tamunya dan persis di tepi rumpun bambu, kepalanya dilubangi peluru.

Ketika saya belum lagi berumur 8 tahun, di dekat rumah kami di Wonosobo saya menemukan sehalaman selebaran, mungkin pamflet, dengan potret kabur seorang gundul yang disebut sebagai "Suhodo" (saya ingat namanya). Di sana tertulis bahwa Suhodo, "algojo PKI" di sekitar Madiun pada 1948, telah membantai puluhan orang hingga darah mengalir setebal dua senti di lantai kamar penyembelihan. Sementara itu, paman kami bercerita bagaimana orang-orang dihukum tembak atau disiksa di depan umum di alun-alun Kudus: "orang PKI", kata pamandan dua hari lamanya ia tak doyan makan. Seorang kakak saya, yang bergabung dengan pasukan "merah" dalam "Peristiwa Madiun", pulang ke rumah setelah kompinya dilucuti Pasukan Siliwangi; ia tak banyak bercerita tentang apa yang terjadi, tapi saya lihat ia selalu membawa sebuah revolver di saku celananya.

Tanpa dendam sekalipun, ingatan tentang kekerasan sering kali hanya mengendap, sejenis sedimentasi yang seakan-akan bersembunyi dari hiruk-pikuk jalanan yang berubah. Tapi ia sesekali akan mengemuka dalam mimpi, atau jadi kisah samar-samar, dan berangsur-angsur kembali jadi endapan ingatankali ini semacam bawah sadar kolektif.

Masyarakat Indonesia menanggung lapisan-lapisan itu. Saya pernah baca memoar Pangeran Aria Achmad Djajadiningrat yang terbit pada 1936; salah satu babnya, seingat saya, menggambarkan pembunuhan kejam atas para priayi oleh para santri. Beberapa dasawarsa kemudian, pemerintah kolonial raib dan pendudukan Jepang ambruk dan Indonesia memaklumkan diri jadi republik tanpa instrumen kekuasaan. Tak lama sesudah itu, apa yang disebut "revolusi sosial" meledak di Sumatera Timur. Para bangsawan dan pejabat pamong praja dibantai. Mereka dianggap berkolaborasi dengan penjajah dan selama itu dianggap menghina rakyat kecil. Tercatat 140 orang dibunuh. Di antaranya penyair Amir Hamzah, aristokrat yang sebenarnya seorang nasionalis yang tulus, yang mempersembahkan kumpulan puisi pertamanya untuk "Ibunda Indonesia Raya".

Tak lama setelah 17 Agustus 1945, "Peristiwa Tiga Daerah" meledak di Pantai Utara Jawa. Di Tegal, Raden Ayu Kardinah, adik kandung Kartini, diarak di jalan-jalan dengan diberi pakaian goni setelah suaminya, Bupati Sunarjo, luput dari kemarahan "massa".

Mengendap pula yang lain: pembangkangan bersenjata terhadap Republik baru oleh "Darul Islam" yang berlangsung sampai lewat pertengahan 1960-an. Jawa Barat rusak berat. Kemudian, "Peristiwa Madiun". Kemudian, peristiwa "Republik Maluku Selatan". Kemudian peristiwa PRRI dan Permesta, protes dari daerah yang mengakibatkan konflik bersenjata. Kemudian....

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Di sekitar 1965, berlangsunglah pembunuhan dalam skala yang jauh lebih besar dan dengan permusuhan yang jauh lebih intens. Tiap kekejaman tak bisa dibandingkan dengan kekejaman lain, sebab untuk itu semua harus diuraikan lebih dulu; tapi dalam ingatan kolektif, semuanya berhimpundan himpunan yang kacau itu membuat kita mudah menerima kekerasan, bahkan kekejaman, sebagai unsur yang niscaya dalam sejarah.

Kemerdekaan Indonesia diperoleh tanpa tembakan; tapi di pelbagai monumen di jalan-jalan, sosok perjuangan kemerdekaan adalah orang yang bersenjata. Tiap perayaan 17 Agustus, di gapura-gapura kampung terlukis pemuda gagah, pegang bedil atau bambu runcing, garang. Kegagahan, keberanian berkorban, kekerasan, kekejamansemua muncul dalam pelbagai simbol dari endapan di bawah sadar.

Bahkan dengan mengemukakan sang korban, atau yang ditampilkan sebagai "korban", kekejaman menyembul dan diperpanjang umurnya. Kasus yang paling mencolok adalah pemutaran film propaganda Pengkhianatan G30S: banyak anak sekolah yang diharuskan menonton film ini harus menyaksikan adegan kebuasan yang diekstremkandemi menghalalkan korban jadi pahlawan. Memasuki dunia anak-anak, "pengorbanan" (mengangkat obyek kekejaman sebagai sosok yang mulia) disamarkan jadi "pengorbanan" (kesediaan memberikan jiwa dan raga untuk hal yang luhur). Pada gilirannya kekejaman jadi bagian dari ritus yang tiap kali bisa diulangi, meskipun repetisi itu selalu muncul sebagai laku yang baru untuk dinikmati.

"Ada wilayah kesepakatan manusia yang... sepenuhnya tak terjangkau kekerasan: wilayah 'pemahaman' yang pas, yakni bahasa," kata Walter Benjamin. Saya kira ia keliru. "Pemahaman", dengan bahasa, justru mengandung kekerasan ketika manusia menegakkan konsensus dengan lambang, verbal ataupun bukan, dari himpunan ingatan yang sebenarnya kacau. Sedimentasi ingatan, horor dan kenikmatannya, hasrat dan kecemasan yang impit-mengimpit seakan-akan disetrika jadi rapi ketika diekspresikan. Kekerasan pun bertambah ketika endapan ingatan itu dipaksa untuk dikeluarkan buat diterima publik.

Kita kemudian mencoba menganggap orang lain, bukan aku, sebagai titik pertama kekejaman. Selalu orang laindengan itu monster dalam diriku bisa bersembunyi lagi.

Goenawan Mohamad

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Jelang Laga Pertama Olimpiade Paris 2024, Apriyani / Fadia Sudah Intip Kekuatan Pasangan Jepang

18 menit lalu

Ekspresi pebulutangkis Ganda Putri Indonesia Apriyani Rahayu dan Siti Fadia Silva Ramadhanti saat berhadapan dengan pebulutangkis Ganda Putri Malaysia Pearly Tan dan Thinaah Muralitharan pada babak 16 besar Kapal Api Indonesia Open 2024 di Istora Senayan, Jakarta, Kamis, 6 Juni 2024. Apriyani Rahayu dan Siti Fadia Silva Ramadhanti kalah dengan skor 18-21 dan 19-21 gagal melaju ke babak selanjutnya. TEMPO/M Taufan Rengganis
Jelang Laga Pertama Olimpiade Paris 2024, Apriyani / Fadia Sudah Intip Kekuatan Pasangan Jepang

Apriyani / Fadia memastikan persiapannya berjalan baik menjelang laga pertama di Olimpiade Paris 2024.


Timnas Indonesia U-19 vs Malaysia di Semifinal Piala AFF U-19 2024 Sabtu Malam Ini, Indra Sjafri: Laga Penuh Gengsi

24 menit lalu

Pelatih Timnas Indonesia U-19 Indra Sjafri. TEMPO/Randy
Timnas Indonesia U-19 vs Malaysia di Semifinal Piala AFF U-19 2024 Sabtu Malam Ini, Indra Sjafri: Laga Penuh Gengsi

Timnas Indonesia U-19 akan menghadapi Malaysia di semifinal Piala AFF U-19 2024 pada Sabtu malam, 27 Juli.


Ekonom Sebut Keterlibatan Masyarakat Indonesia di Sektor Asuransi Masih Rendah, Ini Alasannya

29 menit lalu

Ekonom senior Faisal Basri menghadiri diskusi film Bloody Nickel yang digelar Koalisi Masyarakat Sipil di Taman Ismail Marzuki (TIM) pada Sabtu, 4 Mei 2024. TEMPO/Savero Aristia Wienanto
Ekonom Sebut Keterlibatan Masyarakat Indonesia di Sektor Asuransi Masih Rendah, Ini Alasannya

Sektor asuransi hanya berkontribusi 6,9 persen terhadap totoal Gross Domestic Product (GDP), membuat Indonesia berada di posisi keenam Asia Tenggara


Respons PAN-Nasdem-PKS Soal Isu Poros Koalisi PKB dan PDIP di Pilkada 2024

29 menit lalu

Ilustrasi TPS Pilkada. Dok TEMPO
Respons PAN-Nasdem-PKS Soal Isu Poros Koalisi PKB dan PDIP di Pilkada 2024

PKB dan PDIP menjajaki peluang berkoalisi pada Pilkada 2024.


Museum Unik di Kroasia Ini Menampilkan Historis Dasi dan Simpul Ikatannya

29 menit lalu

Cravaticum di Zagreb, Kroasia. Instagram.com/cravaticum_museum
Museum Unik di Kroasia Ini Menampilkan Historis Dasi dan Simpul Ikatannya

Cravaticum - Museum Boutique of Cravat menjadi museum dasi pertama di dunia yang berada di Kroasia


Gelombang Panas Ekstrem Melanda Eropa, Negara Mana Saja yang Suhunya Naik?

29 menit lalu

Warga menggunakan payung di bawah sengatan matahari di Tokyo, Jepang, 9 Juli 2024. Jepang diterjang gelombang panas dengan cakupan lebih luas yang belum pernah terjadi sebelumnya. Suhu mencapai rekor tertinggi mendekati 40 derajat celsius, terjadi pada Senin (8/7/2024), di Tokyo dan di wilayah selatan Wakayama. REUTERS/Issei Kato
Gelombang Panas Ekstrem Melanda Eropa, Negara Mana Saja yang Suhunya Naik?

Gelombang panas dengan suhu udara menembus 40 derajat Celcius melanda negara-negara Eropa


Jejak Vonis Kontroversial Hakim Erintuah Damanik, Terbaru Bebaskan Gregorius Ronald Tannur

29 menit lalu

Humas PN Medan Erintuah Damanik saat dijumpai di Pengadilan Negeri Medan. ANTARA
Jejak Vonis Kontroversial Hakim Erintuah Damanik, Terbaru Bebaskan Gregorius Ronald Tannur

sejumlah perkara kontroversial yang pernah ditangani Erintuah Damanik.


Top 3 Dunia: Maskapai Terbaik Dunia hingga Pembukaan Olimpiade Paris 2024

29 menit lalu

Tentara berjaga di depan Menara Eiffel menjelang Olimpiade Paris 2024, Prancis, 21 Juli 2024.REUTERS/Stefan Wermuth
Top 3 Dunia: Maskapai Terbaik Dunia hingga Pembukaan Olimpiade Paris 2024

Berita Top 3 Dunia pada Jumat 26 Juli 2024 diawali oleh daftar 10 maskapai terbaik di dunia untuk 2024.


Penampilan Luar Biasa Celine Dion di Atas Menara Eiffel Tandai Olimpiade Paris 2024 Dimulai

1 jam lalu

Celine Dion membuka Upacara Pembukaan Olimpiade Paris 2024. Foto: X The Olympic Games.
Penampilan Luar Biasa Celine Dion di Atas Menara Eiffel Tandai Olimpiade Paris 2024 Dimulai

Celine Dion menandai dimulainya Olimpiade Paris 2024 dengan penampilan menakjubkan, usai berjuang melawan penyakit yang menyerang otot syarafnya.


Duit Sponsor Piala Presiden 2024 Bertambah, Maruarar Sirait Ingin Tambah Hadiah untuk Tim Juara

1 jam lalu

Ketua Steering Committee Piala Presiden 2024 Maruarar Sirait saat ditemui di SCTV Tower, Senayan, Jakarta Pusat, Senin, 15 Juli 2024. TEMPO/Randy
Duit Sponsor Piala Presiden 2024 Bertambah, Maruarar Sirait Ingin Tambah Hadiah untuk Tim Juara

Ketua Steering Comitee Piala Presiden 2024 Maruarar Sirait menyatakan berniat menambah hadiah untuk juara turnamen pramusim tersebut.