Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kebijakan Perberasan Gagal

image-profil

image-gnews
Iklan

Khudori
Anggota Pokja Ahli Dewan Ketahanan Pangan Pusat

Cuaca buruk, hujan, dan banjir yang melanda sebagian wilayah sentra produksi padi, terutama di pantai utara Jawa, membuat kualitas gabah menurun. Kadar air gabah dan bulir hampa tinggi. Ini membuat harga gabah kering panen (GKP) hanya Rp 2.500-2.800 per kilogram, jauh di bawah harga pembelian pemerintah (HPP) Rp 3.700 per kg, seperti tertuang dalam Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2015. Presiden Joko Widodo meminta para menteri dan kepala lembaga terkait segera mengambil langkah taktis agar petani padi tidak dirugikan.

Mengapa harga kerap jatuh pada musim panen raya? Mengapa penggilingan padi tidak mampu menyerap produksi? Tanam padi serentak telah menghasilkan irama panen ajek: musim panen raya (Februari-Mei dengan 60-65 persen dari total produksi padi nasional), panen gadu (Juni-September dengan 25-30 persen dari total produksi), dan musim paceklik (Oktober-Januari).

Irama panen yang tidak merata membuat harga berfluktuasi. Harga gabah/beras melorot ketika panen raya, sebaliknya harga gabah/beras naik tajam saat paceklik. Daya tawar petani lemah dan kemampuan menyimpan gabah rendah, sementara kebutuhan likuiditasnya tinggi. Petani menjual semua gabah segera setelah panen dalam bentuk GKP. Kualitas gabah amat dipengaruhi cuaca. Saat hujan, mutu GKP menurun. Dengan karakteristik itu, pasar gabah bersifat monopsonistik dan tersegmentasi secara lokal.

Kualitas gabah ditentukan dua faktor: kadar air dan kemurnian gabah. Kandungan air normal pada GKP berkisar 20-27 persen bulir hampa atau kotoran kurang dari 10 persen dan bulir hijau atau kapur kurang dari 10 persen. GKP dengan kualitas tersebut diperebutkan penggilingan padi yang memang haus gabah. Masalahnya, iklim basah dan hujan masih turun sampai saat ini. Akibatnya, jika laku, harganya amat rendah.

Agar petani tidak merugi, pemerintah melalui Peraturan Menteri Pertanian Nomor 3 Tahun 2017 mewajibkan Bulog menyerap gabah petani berkadar air 25-30 persen dengan harga Rp 3.700 per kg. Langkah ini akan menolong petani. Namun Bulog sulit dalam menyerap gabah produksi petani karena sejak semula dirancang membeli dari koperasi unit desa (KUD). Saat KUD berguguran pada awal 2000-an, Bulog membeli beras dari penggilingan padi swasta, yang memproduksi beras berkualitas rendah.

Jumlah penggilingan padi kecil dan sederhana mendominasi. Sensus penggilingan padi BPS (2012) menunjukkan 169.044 (92,8 persen) dari 182 ribu unit merupakan penggilingan kecil dengan pangsa kapasitas 80 persen. Sedangkan jumlah penggilingan besar hanya 2.075 buah (1,1 persen) dengan kapasitas 8 persen. Penggilingan padi kecil tidak dilengkapi pengering mekanis. Karena itu, penggilingan ini tak mampu menghasilkan beras kualitas baik dengan biaya rendah (Sawit, 2014; Patiwiri, 2006).

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kewajiban Bulog menyerap gabah berkadar air 25-30 persen sepertinya didasari keluarnya dua produk hukum pada Mei 2016, yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2016 tentang Perum Bulog yang menggantikan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2003, dan Peraturan Presiden Nomor 48 Tahun 2016 tentang Penugasan Perum Bulog dalam Rangka Ketahanan Pangan Nasional. Dalam peraturan presiden itu, Bulog tak hanya bertugas menjaga ketersediaan pangan, tapi juga harus mengamankan harga di tingkat produsen dan konsumen.

Untuk mendukung hal tersebut, tahun ini pemerintah menambah penyertaan modal ke Bulog Rp 2 triliun untuk membangun gudang modern berkapasitas 45 ribu ton dan penggilingan padi modern dengan kapasitas giling 1 juta ton gabah kering giling. Kalau infrastruktur itu tersedia, secara teoretis, Bulog dapat menyerap GKP 1,3 juta ton sehingga kejatuhan harga gabah sebagian dapat teratasi. Masalahnya, infrastruktur ini masih dalam tahap pengkajian.

Di luar itu, pertanyaan yang tidak kalah penting soal rancang bangun infrastruktur yang hendak dibuat: apakah penggilingan padi modern Bulog akan membeli gabah langsung dari petani atau kelompok tani, kemudian bersaing dengan penggilingan padi yang ada? Ataukah Bulog bekerja sama dengan penggilingan-penggilingan padi kecil untuk berbagi tugas? Pilihan kebijakan akan membuahkan dampak yang berbeda.

Cara pertama akan menambah sengit persaingan dalam memperebutkan gabah. Akibatnya, harga gabah terangkat naik, apalagi pada musim panen gadu. Penggilingan padi kecil yang jumlahnya puluhan ribu kalah bersaing dalam perebutan gabah. Pelan tapi pasti, keberadaan penggilingan padi kecil akan mati.

Cara kedua, Bulog dapat merancang penggilingan padi kecil sebagai rekan bisnis dan pemasok beras pecah kulit. Selanjutnya, Bulog mengolahnya menjadi beras berkualitas. Dengan cara ini, keberadaan Bulog dapat menekan kehilangan hasil dan perbaikan mutu beras, serta memperkecil kompetisi dalam perebutan gabah. Bulog tetap dapat membeli gabah dari kelompok tani/koperasi.

Cara kedua ini diyakini akan menciptakan insentif bagi penggilingan padi kecil untuk berinvestasi pada pengering mekanis karena pemasaran beras pecah kulit telah terjamin. Apabila hal yang sama ditempuh, penggilingan padi besar modern milik swasta ini akan mempercepat upaya menekan kerugian nasional pada industri beras. Solusi itu tidak bisa dilakukan dengan cara-cara membuat kebijakan serampangan alias policy failure seperti diuraikan di atas. Sepertinya tidak ada jalan pintas untuk menyelamatkan kejatuhan harga gabah pada musim panen raya.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Mendag Jamin Bulog Tetap Serap Gabah dari Petani

27 Februari 2018

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengecek beras medium di gudang Perum Bulog, Jakarta, 9 Januari 2018. TEMPO/Tony Hartawan
Mendag Jamin Bulog Tetap Serap Gabah dari Petani

Menteri Perdagangan mengatakan Bulog pasti menyerap gabah petani.


Bulog Diminta Serap Gabah dan Beras Petani Saat Panen Raya

15 Januari 2018

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengecek beras medium di gudang Perum Bulog, Jakarta, 9 Januari 2018. TEMPO/Tony Hartawan
Bulog Diminta Serap Gabah dan Beras Petani Saat Panen Raya

Pemerintah meminta Bulog menyerap beras dan gabah petani pada panen raya.


Harga Beras Melambung Tinggi, Mendag Gelar Rapat Mendadak

11 Januari 2018

Pedagang beras medium di pasar beras di Pasar Santa, Jakarta, 10 Januari 2018. Tempo/Tony Hartawan
Harga Beras Melambung Tinggi, Mendag Gelar Rapat Mendadak

Kemendag memanggil Aprindo dan distributor untuk membahas kenaikan harga beras.


Kementan Bantah Stok Beras Kosong

4 Januari 2018

Ilustrasi beras putih. shutterstock.com
Kementan Bantah Stok Beras Kosong

Kementerian Pertanian menilai produksi Beras dalam negeri cukup untuk memenuhi kebutuhan sehingga tidak perlu impor.


Surplus 300 Ribu Ton Beras Kalbar akan Diekspor ke Malaysia

13 Oktober 2017

Petani menjemur gabah di Desa Bojongkunci, Kec. Pameungpeuk, Kab. Bandung, Selasa (5/12). Pemerintah menyatakan Indonesia tahun ini surplus beras 3 juta ton. Diprediksikan nilai ekspor beras meningkat sampai 100% tahun ini. TEMPO/Prima Mulia
Surplus 300 Ribu Ton Beras Kalbar akan Diekspor ke Malaysia

Indonesia akan mengekspor beras untuk Malaysia mulai tahun depan.


Toko Tani Indonesia Jual Beras Murah, Hanya Rp 8 Ribu Per Kg

4 Oktober 2017

Pekerja tengah mengangkut beras di gudang beras kawasan Mardani, Jakarta, 26 Juli 2017. Harga acuan yang dikeluarkan Menteri Perdagangan berlaku untuk semua jenis beras, baik medium maupun premium. Tempo/Tony Hartawan
Toko Tani Indonesia Jual Beras Murah, Hanya Rp 8 Ribu Per Kg

Toko Tani Indonesia menjual beras dengan harga murah untuk menjawab kelangkaan pangan.


HET Berlaku, Stok Beras Medium di Pasar Induk Cipinang Langka

25 September 2017

Pemerintah Diminta Samakan Standar Kualitas Beras
HET Berlaku, Stok Beras Medium di Pasar Induk Cipinang Langka

Beras medium disebut mulai langka semenjak harga eceran tertinggi ditetapkan pemerintah.


Menteri Amran Klaim Penerapan HET Beras Berhasil

24 September 2017

Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman seusai pengukuhan DPP Masyarakat Perbenihan dan Perbibitan Indonesia 2017-2022 di Kementerian Pertanian, 21 Agustus 2017. Tempo/M Hendartyo Hanggi W
Menteri Amran Klaim Penerapan HET Beras Berhasil

Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengklaim penerapan Harga Eceran Tertinggi beras sejauh ini bebas dari reaksi keras dan gangguan.


Tolak Harga Eceran, Pedagang Beras Cipinang Ancam Unjuk Rasa  

5 September 2017

Ilustrasi beras putih. shutterstock.com
Tolak Harga Eceran, Pedagang Beras Cipinang Ancam Unjuk Rasa  

Pedagang di Pasar Induk Beras Cipinang berencana menyampaikan keluhannya terhadap pemerintah atas penetapan harga eceran tertinggi beras.


BPS: Agustus 2017, Harga Gabah Kering Kembali Naik

4 September 2017

Petani menjemur gabah di daerah terdampak genangan Waduk Jatigede, Desa Cibogo, Darmaraja, Sumedang, Jawa Barat, 7 Agustus 2015. Kemarau panjang akibat dampak El Nino diprediksikan bakal mempengaruhi stok beras di masa paceklik di awal tahun depan. Idealnya Bulog memiliki stok 2,5 juta ton beras pada akhir tahun. TEMPO/Prima Mulia
BPS: Agustus 2017, Harga Gabah Kering Kembali Naik

Kenaikan harga gabah kering panen dan gabah kering giling terjadi di tingkat petani maupun di penggilingan.