Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Radikal

Oleh

image-gnews
Iklan

Putu Setia
@mpujayaprema

Kata yang paling banyak disebut belakangan ini adalah radikal, selain teror. Kedua kata ini memiliki benang merah. Teror dilakukan sekelompok orang untuk melampiaskan nafsu radikal, memaksakan suatu paham dengan cara-cara kekerasan. Kata radikal juga kerap digandengkan dengan agama. Mungkin ajaran agama yang tidak ditafsirkan dengan benar, banyak menyimpan peluru untuk melakukan radikalisme.

Saya teringat Nurcholish Madjid. Pada akhir 1990-an, saya banyak berbincang dengan Cak Nur soal kekerasan dan gesekan yang berlatar agama. Kasusnya bisa sepele. Misalnya, anak muda Hindu melakukan aksi demo memprotes seseorang yang menyebut "umat Hindu memuja patung" dan "Hindu agama bumi". Juga di kalangan muslim yang mengkafirkan sesamanya hanya karena, misalnya, ikut ritual "labuh laut" dengan sesajian. Apa kata Cak Nur? "Kita masih beragama secara puber," kata yang tak bisa saya lupakan.

Penjelasan Cak Nur, puber itu adalah masa di mana kita sedang dimabuk semangat untuk belajar namun belum banyak ilmu yang dikuasai sudah melakukan aksi pembenaran dengan memaksakan kehendak. Dulu umat Hindu diam dituduh memuja patung atau beragama bumi, mungkin juga tak tahu bagaimana membela. Ketika kitab Weda banyak diterjemahkan dan umat mulai belajar, mereka paham siapa yang dipuja dan mereka tahu siapa penerima wahyu dalam Hindu. Begitu pula sebagian muslim masih tetap melaksanakan "budaya warisan leluhur" karena agama tak bisa meniadakan budaya.

Teringat Cak Nur, saya jadi bertanya, kapankah masa puber itu berlalu? Justru sekarang malah bertambahmungkin ini puber kedua atau ketiga. Benih kekerasan dan gesekan itu justru tumbuh melahirkan tindakan radikal.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sejumlah orang merobohkan patung wayang di taman-taman Kota Purwakarta. Alasannya, menjunjung tinggi nilai Islam, tak sepantasnya Purwakarta di-hindu-kan dengan membuat gapura Hindu, hiasan janur Hindu, dan seterusnya. Sementara itu, Bupati Purwakarta Haji Dedi Mulyadi mengatakan "wayang adalah budaya yang melekat dalam tradisi masyarakat, ada beberapa macam wayang di Sunda: wayang golek, wayang cepak, wayang kulit Cirebon, wayang ajen, wayang catur."

Bupati Dedi benar, wayang bukan Hindu. Bukankah Wali Songo menyebarkan Islam di Jawa memakai wayang? Yang bernapas Hindu adalah Mahabharata. Semar, Bagong, Petruk, Gareng, Cepot, dan Dawala tak ada kaitan dengan Hindu. Juga janur, umum untuk hiasan saat hajatan di Jawa. Di Kabupaten Tuban, Jawa Timur, ada tradisi yang disebut Wisuda Waranggono, penobatan lahirnya seniman tayub. Ritual itu dengan cara "siraman" di Sendang Bektiharjo dan puncaknya "pelantikan" oleh Bupati Tuban. Ritual ini sangat Hindukalau yang dimaksudkan Hindu budaya Balipadahal mereka semuanya beragama Islam. Tak ada yang resah.

Di Bali muncul "gerakan baru", sekelompok orang mulai resah atas ritual yang penuh sesajen yang mereka sebut "bertentangan dengan Weda". Ada tanda-tanda terjadi gesekan, apalagi bermunculan sejenis aliran atau sekte dalam Hindu. Saya tak tahu apakah ini masih masa puber dan akankah nanti muncul radikalisme di kalangan Hindu Nusantara?

"Kita kurang piknik", ini sindiran khas di media sosial. Betul, termasuk "piknik ke masa lalu". Sunan Kudus tidak merobohkan kuil Hindu dan malah dijadikan menara masjid. Sebagai bentuk penghormatan kepada "leluhurnya", Sunan berjanji tak akan menyembelih sapi di Kudusjanji yang (uniknya) sampai sekarang diwarisi masyarakat. Mungkin radikalisme bisa pula sedikit diredam kalau kita mau belajar dari masa lalu.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Koperasi di Lereng Merapi Yogyakarta Siapkan Paket Eduwisata Belajar Seru Beternak Sapi

2 menit lalu

Suasana peternakan sapi di Koperasi Samesta yang berada di Kecamatan Cangkringan, lereng Gunung Merapi Sleman Yogyakarta. Tempo/Pribadi Wicaksono
Koperasi di Lereng Merapi Yogyakarta Siapkan Paket Eduwisata Belajar Seru Beternak Sapi

Untuk menuju lokasi, wisatawan nantinya bisa memanfaatkan paket dalam jip wisata lava tour Lereng Merapi Yogyakarta.


Prabowo Diminta Evaluasi Penghiliran Nikel

8 menit lalu

Ilustrasi  smelter nikel. REUTERS
Prabowo Diminta Evaluasi Penghiliran Nikel

Presiden terpilih Prabowo Subianto didesak untuk melakukan evaluasi program penghiliran nikel.


Survei Elektabilitas Ahok Kedua Teratas di Jakarta, PDIP: Semua Masih Dinamis

12 menit lalu

Ridwan Kamil, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), dan Anies Baswedan. TEMPO
Survei Elektabilitas Ahok Kedua Teratas di Jakarta, PDIP: Semua Masih Dinamis

Ahok memang menjadi salah satu nama calon potensial yang saat ini dimiliki PDIP.


Mengenang Pak Kasur: Tokoh Pendidikan Pernah Jadi Anggota Badan Sensor Film

13 menit lalu

Pak Kasur. kesekolah.com
Mengenang Pak Kasur: Tokoh Pendidikan Pernah Jadi Anggota Badan Sensor Film

Pak Kasur menjadi salah seorang tokoh pendidikan di negeri ini. Ini perjalanan hidupnya, dan khususnya dedikasinya pada pendidikan anak-anak.


Kapal Penumpang di Anambas Tenggelam, Tiga 3 Orang Meninggal

17 menit lalu

Ilustrasi kapal tenggelam. AFP/Pedro Pardo
Kapal Penumpang di Anambas Tenggelam, Tiga 3 Orang Meninggal

Kapal penumpang KM Samarinda rute Tarempa - Matak, Kabupaten Anambas, tenggelam, Jumat 26 Juli 2024. Setidaknya tiga orang meninggal.


Semifinal Piala AFF U-19 2024 Australia vs Thailand Sabtu Sore 27 Juli: Simak Komentar Pelatih Kedua Tim

20 menit lalu

Pelatih Timnas Australia U-19, Trevor Morgan (kiri) dan Pelatih Timnas Thailand U-19, Emerson Pereira da Silva (kanan) saat konferensi pers menjelang laga semifinal Piala AFF U-19 2024, di Hotel Wyndham Surabaya, 26 Juli 2024. Foto: TEMPO/Hanaa Septiana
Semifinal Piala AFF U-19 2024 Australia vs Thailand Sabtu Sore 27 Juli: Simak Komentar Pelatih Kedua Tim

Laga Timnas Australia vs Thailand akan hadir pada babak semifinal Piala AFF U-19 2024, Sabtu sore. Simak komentar kedua pelatih jelang laga.


5 Fakta Dugaan Sabotase Kereta Cepat Sebelum Pembukaan Olimpiade Paris 2024

34 menit lalu

Tentara berjaga di depan Menara Eiffel menjelang Olimpiade Paris 2024, Prancis, 21 Juli 2024.REUTERS/Stefan Wermuth
5 Fakta Dugaan Sabotase Kereta Cepat Sebelum Pembukaan Olimpiade Paris 2024

Sabotase kereta cepat disebut-sebut sebagai upaya terencana beberapa jam menjelang upacara pembukaan Olimpiade Paris 2024.


Berita MotoGP: Joan Mir Perpanjang Kontrak di Repsol Honda hingga 2026

38 menit lalu

Joan Mir pembalap MotoGP di Repsol Honda. (Foto: Repsol Honda)
Berita MotoGP: Joan Mir Perpanjang Kontrak di Repsol Honda hingga 2026

Pembalap MotoGP Joan Mir memperpanjang kontraknya dengan tim pabrikan Honda Racing Corporation (HRC/Repsol Honda) selama dua musim.


Indikator Keberhasilan Pilkada 2024: Partisipasi Generasi Muda sampai Semua Pihak Patuhi Aturan

40 menit lalu

Ilustrasi TPS Pilkada. Dok TEMPO
Indikator Keberhasilan Pilkada 2024: Partisipasi Generasi Muda sampai Semua Pihak Patuhi Aturan

Beberapa indikator Pilkada 2024 berhasil, antara lain partisipasi generasi muda sebagai pemilih terbesar dan mematuhi aturan oleh semua pihak terlibat


Komika Arie Kriting Besut Film Kaka Boss, Berikut Film Lain yang Dibintanginya Termasuk Agak Laen

44 menit lalu

Stand Up Comedian Arie Kriting dengan gaya khas orang Timur tampil menghibur penonton di ajang Tujuh Hari Untuk Kemenangan Rakyat di Teater Salihara, Jakarta,  19 Juli 2014. TEMPO/Nurdiansah
Komika Arie Kriting Besut Film Kaka Boss, Berikut Film Lain yang Dibintanginya Termasuk Agak Laen

Arie Kriting menjadi sutradara film Kaka Boss. Sebelumnya, ia telah bermain dalam beberapa film termasuk Agak Laen.