Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Upaya Menghidupkan Grace Kelly

Oleh

image-gnews
Poster film Grace of Monaco
Poster film Grace of Monaco
Iklan

Grace of Monaco

TEMPO.CO, Jakarta - Film yang dijadikan pembukaan Festival Film Cannes tahun ini agak mengecewakan. Bahkan Nicole Kidmanpun tak bisa menghidupkan keanggunan Grace Kelly.

***

Tak akan ada perempuan yang bisa memerankan seperti Grace dari Monaco selain Grace Kelly. Tak akan ada perempuan yang bisa menyamai cahaya dan keanggunan Grace Kelly untuk bisa masuk ke dalam Grace Kelly selain dirinya sendiri.

Tidak Nicole Kidman atau siapapun.

Upaya untuk mengangkat kisah para perempuan jelita, ratu di kerajaan Hollywood seperti Elizabeth Taylor atau Puteri Inggris Diana yang didaulat menjadi Ratu di hati rakyat sejauh ini meninggalkan after taste yang masam. Setelah menyaksikan film TV “Liz and Dick” (Lloyd Kramer,2012) di mana Lindsay Lohan memerankan Elizabeth Taylor dan “Diana” (Oliver Hirschbiegel, 2013) yang diperankan Naomi Watts, nampaknya kisah para aikon ini sebaiknya  jangan diutak-atik kecuali sutradara, penulis skenario maupun pemain bisa meyakinkan seperti yang dilakukan sutradara Phillyda Lloyd dengan “The Iron Lady” (2013) bersama Merryl Streep sebagai Margaret Thatcher.

Film “Grace of Monaco” dimulai tahun 1962,  ketika Grace Kelly (Nicole Kidman) sudah memasuki tahun keenam pernikahannya dengan Pangeran Rainer III (Tim Roth). Dunia film sudah lama ditinggalkannya ketika dia memutuskan menjadi isteri seorang pangeran dari Eropa. Pada saat itu, ketegangan antara Monaco dan negara tetangga raksasa Prancis semakin memuncak. Presiden Prancis Charles de Gaulle (Andre Penvern) jengkel dengan kebijakan bebas pajak di Monaco yang menyebabkan para pengusaha Prancis menganggap negara kecil itu sebagai tempat suaka pahak. Presiden de Gaulle menuntut Monaco untuk menerapkan sistem pajak kepada warganya  dan meminta Monaco untuk mengembalikan dana ini kepada Prancis.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Hubungannya dengan Grace, puteri jelita itu? Sebetulnya tak ada. Dalam film ini, Pangeran Rainer melarang Grace untuk berbicara politik karena itu bukan urusannya. Ini hal sulit bagi Grace yang dibesarkan di keluarga Amerika yang membiasakan politik menjadi diskusi sehari-hari. Pertengkaran pecah di sana-sini, dan memuncak pada saat Alfred Hitchcock, sutradara terkemuka yang sudah ikut melambungkan namanya melalui film Rear Window, menawarkan agar dia kembali ke seni peran dalam film “Marnie”. Anak-anak masih dalam masa pertumbuhan; suami sibuk menangkis bully De Gaulle sedangkan Grace sudah rindu kembali ke hadapan kamera. Itu semua hanya bisa dicurahkan kepada Pater Francis Tucker  (Frank Langella)  yang mendengarkan keluh kesah sang puteri dengan sabar dan takzim.

Tetapi semua itu digambarkan dengan datar tanpa nyawa. Sesekali giliran kisah ingin mencapai puncak dramatik, yang terjadi adalah adalah melodrama (puteri Grace berlari-lari di lorong istana dengan mahkota di kepala) atau efek yang menggelikan tanpa bermaksud melucu (misalnya adegan klise dan karikatural Presiden de Gaulle mengancam Monaco dengan aksen Prancis kental “back to ze Dark Ages’).

Protes keluarga kerajaan Monaco, terdiri dari putera-puteri Grace dan Rainer, telah mengeluarkan pernyataan resmi bahwa film ini sama sekali tidak menggambarkan sang ibu dengan akurat. Tetapi dalam dunia film (dan dunia penciptaan lainnya), sebuah interpretasi dan pengembangan plot dari kisah nyata –meski itu berarti mengorbankan fakta, dianggap lazim sepanjang tidak mengkhianati logika dan mengkhianati sosok yang ditampilkan. Problem film ini, di luar kritik akurasi historis dari pihak keluarga dan sejarahwan, lebih bertumpu kepada bagaimana penulis skenario, sutradara dan produser menampilkan sosok Grace. Apa yang ingin mereka tampilkan? Seorang aktris Amerika yang namanya sedang melambung setelah antara lain karena film film “High Noon” (1952), “Rear Window” (1954), “Dial M for Murder” (1954), “To Catch a Thief” (1955) yang tercapai impiannya menjadi seorang puteri kerajaan? Atau seorang isteri pangeran yang menyadari ternyata perannya tidak memuaskannya dan kebebasannya terpagar? Apapun yang ingin ditampilkan, semuanya tak berhasil. Nicole Kidman, meski cantik, tinggi, mulus, bercahaya, tetap seperti Nicole Kidman di atas karpet merah, seorang aktris , seorang bintang film.  Bukan aktris yang kemudian menikah dengan seorang pangeran dan hidup di sebuah istana kecil di negara kecil di Eropa yang penuh peraturan.

Di luar kostum Nicole Kidman sebagai Grace yang megah dan keemasan, film ini lebih cocok untuk ditayangkan sebagai Film TV saja, bukan sebagai film bioskop apalagi sebagai pembukaan Festival Film Cannes.

Leila S.Chudori

GRACE OF MONACO
Sutradara    :  Oliver  Dahan
Skenario    : Arash Amel
Pemain    : Nicole Kidman, Tim Roth, Frank Langella, Parker Posey, Derek Jacobi, Milo Ventimiglia

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Peluncuran Ulang Film The Beatles 'Let it Be' Didahului Perilisan Buku 'All You Need Is Love'

1 hari lalu

The Beatles. Foto: Instagram/@thebeatles
Peluncuran Ulang Film The Beatles 'Let it Be' Didahului Perilisan Buku 'All You Need Is Love'

Buku tentang The Beatles diluncurkan menjelang rilis ulang film Let It Be


Next Stop Paris, Film Romantis Hasil Kecanggihan AI

2 hari lalu

Cuplikan trailer Next Stop Paris, film hasil AI Generatif buatan TCL (Dok. Youtube)
Next Stop Paris, Film Romantis Hasil Kecanggihan AI

Produsen TV asal Cina, TCL, mengembangkan film romantis berbasis AI generatif.


7 Rekomendasi Film Fantasi yang Terinspirasi dari Cerita Legenda dan Dongeng

4 hari lalu

Poster film The Green Knight. Foto: Wikipedia.
7 Rekomendasi Film Fantasi yang Terinspirasi dari Cerita Legenda dan Dongeng

Film fantasi yang terinspirasi dari cerita legenda dan dongeng, ada The Green Knight.


8 Film Terbaik Sepanjang Masa Berdasarkan Rating IMDb

6 hari lalu

Mansion di film The Godfather (Paramount Picture)
8 Film Terbaik Sepanjang Masa Berdasarkan Rating IMDb

Untuk menemani liburan Idul Fitri, Anda bisa menonton deretan film terbaik sepanjang masa berdasarkan rating IMDb berikut ini.


Christian Bale Berperan dalam Film The Bride sebagai Monster Frankenstein

8 hari lalu

Aktor Christian Bale menghadiri pemutaran perdana film terbarunya, `Exodus:Gods and Kings` di Madrid, Spanyol, 4 Desember 2014. REUTERS
Christian Bale Berperan dalam Film The Bride sebagai Monster Frankenstein

Christian Bale menjadi monster Frankenstein dalam film The Bridge karya Maggie Gyllenhaal


7 Film yang Diperankan Nicholas Galitzine

9 hari lalu

Film The Idea of You. (dok. Prime Video)
7 Film yang Diperankan Nicholas Galitzine

Nicholas Galitzine adalah seorang aktor muda yang sedang melesat, Galitzine telah membuktikan dirinya sebagai salah satu bintang muda yang paling menjanjikan di industri hiburan.


Deretan Film yang Pernah Dibintangi Babe Cabita

10 hari lalu

Babe Cabita. Foto: Instagram/@noah_site
Deretan Film yang Pernah Dibintangi Babe Cabita

Selain terkenal sebagai komika, Babe Cabita juga pernah membintangi beberapa judul film, berikut di antaranya.


5 Fakta The First Omen, Lanjutan Film Horor Klasik Tahun 1976

11 hari lalu

The First Omen. Foto: Istimewa
5 Fakta The First Omen, Lanjutan Film Horor Klasik Tahun 1976

The First Omen adalah prekuel dari film horor supernatural klasik 1976 The Omen. The Omen mengungkap konspirasi setan yang melibatkan Pastor Brennan, Pastor Spiletto, dan Suster Teresa, yang rela mengorbankan nyawanya untuk melindungi Damien.


6 Film Horor yang Mengambil Tema Teori Konspirasi untuk Alur Ceritanya

12 hari lalu

Untuk menemani waktu lebaran, berikut ini rekomendasi film horor yang mengambil tema teori konspirasi. Film ini memiliki alur cerita unik dan berbeda. Foto: Canva
6 Film Horor yang Mengambil Tema Teori Konspirasi untuk Alur Ceritanya

Untuk menemani waktu lebaran, berikut ini rekomendasi film horor yang mengambil tema teori konspirasi. Film ini memiliki alur cerita unik dan berbeda.


8 Rekomendasi Film dan Serial Disney+ Hotstar yang Cocok Ditonton Selama Mudik

13 hari lalu

Reply 1988. Foto: Disney+ Hotstar
8 Rekomendasi Film dan Serial Disney+ Hotstar yang Cocok Ditonton Selama Mudik

Daftar film dan serial beragam genre di Disney+ Hotstar yang bisa menemani perjalanan mudik.