Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Taksi

Oleh

image-gnews
Iklan

PADA musim liburan akhir tahun lalu, saya dan rombongan keluarga pergi ke Canggu, di Kuta bagian utara, Bali. Dari Bandara Ngurah Rai, kami pakai Uber, mobil sewaan yang dipesan lewat aplikasi online. Berkendara sekitar sejam, saya membayar Rp 93 ribu. Anggota rombongan lainnya yang pakai taksi biasa membayar Rp 175 ribu. Hampir dua kali lebih mahal. Tentu saja saya menyebarkan kabar baik itu kepada setiap orang. Agaknya, promosi "mulut ke mulut" inilah yang membuat Uber, Grab, dan sejenisnya tumbuh luar biasa pesat.

Pengalaman itu membuat saya paham motif demonstrasi besar sopir taksi biasa, Selasa yang lalu. Pendapatan mereka anjlok drastiswalaupun perusahaan taksi tempatnya bekerja ada yang tetap menikmati pendapatan tahunan lebih dari Rp 4 triliun, dengan laba bersih lebih dari Rp 700 miliar. Dari demo anarkistis yang diwarnai gebuk-menggebuk pengendara Go-Jekyang membuat pengemudi motor yang dipesan lewat aplikasi itu sampai sekarang tak berani memakai jaket hijaunyayang paling dirugikan adalah sopir taksi biasa.

Pada saat demo, tentu sopir taksi biasa kehilangan pendapatandan saya tak berburuk sangka, apalagi menuduh, perusahaan taksi tempatnya bekerja "mengganti" kerugian itu. Perusahaan taksi biasa Blue Bird esok harinya menggratiskan armadanya sehari penuh, promosi simpatik untuk mengobati kekecewaan orang akibat demo. Tapi yang terjadi malah kontra-produktif: lihat saja komentar-komentar Twitter #percumagratis yang lebih banyak menyuarakan protes dan caci-maki. Sentimen negatif begini jelas semakin menjauhkan taksi biasa dari konsumennya.

Debat dan diskusi pun meledak. Di media sosial, di grup WhatsApp, semua orang tiba-tiba menjadi "cerdik pandai" dalam urusan transportasi. Ini lumrah saja, mengikuti anggota kabinet yang juga tak satu suara tentang "barang baru", yakni taksi aplikasi ini. Yang satu bilang Uber itu perusahaan taksi, yang lain bilang itu bisnis aplikasi. Nyatanya, Uber memang tak memiliki satu buah taksi pun.

Satu pakar bilang "predatory pricing" yang murah dari Uber hanyalah taktik pemodal raksasa mematikan pesaing. Di kemudian hari, ketika pesaing tamat, Uber akan memonopoli bisnis taksi. Kata sang pakar, ini bentuk awal monopoli yang harus dibasmi sejak dini dengan aturan pemerintah. Satu lagi mengutip konsep "economic sharing", Uber dan Grab serta Go-Jek itu merupakan bentuk ekonomi berbagi: kelebihan waktu pemakaian kendaraan pribadi disewakan kepada yang membutuhkan, dengan harga lebih murah.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Mungkin yang terjadi nyaris sama dengan sekitar 200 tahun silam pada masa Revolusi Industri. Kaum Luddites menghancurkan mesin-mesin industri, dan mereka dituduh anti-teknologi. Padahal, menurut mereka, mesin-mesin itu lebih mengeksploitasi ketimbang menyejahterakan buruh. Barangkali para biliuner Silicon Valley merancang aplikasi mahal yang sepertinya menguntungkan pengemudi taksi tapi ujung-ujungnya membuat kekayaan mereka bertambah luber. Saya setuju menolak eksploitasi buruh: di industri apa pun, di bisnis taksi aplikasi maupun di bisnis taksi biasa.

Saya pun setuju pada peraturan pemerintah yang tetap memberikan hak hidup perusahaan aplikasi seperti Uber, dengan catatan pengemudi harus bergabung dengan koperasi agar pemerintah bisa melindungi keselamatan rakyat. Dan mereka wajib bayar pajak.

Tapi tarif jangan diatur, apalagi ditentukan lewat kartel. Serahkan kepada mekanisme pasar. Perusahaan yang efisien, mampu memberikan tarif murah kepada rakyat, bayar pajak, itu yang harus dibela. TORIQ HADAD (@thhadad)

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Demi Konten, Turis di Cina Mempertaruhkan Nyawanya Bergelantungan di Tebing

1 detik lalu

Paiya Mountain, Cina (dpxq.gov.cn)
Demi Konten, Turis di Cina Mempertaruhkan Nyawanya Bergelantungan di Tebing

Warganet menyayangkan sikap turis di Cina tersebut karena tidak hanya membahayakan diri sendiri tetapi juga pihak lain.


Enik Waldkonig, Pemilik SHB Ceritakan Awal Mula 4 Mahasiswa Ferienjob Lapor ke KBRI: Bilang Kalau Bukan Program Magang

3 menit lalu

Mahasiswa Universitas Halu Uleo foto bersama di Bandara Soekarno-Harta saat akan berangkat ferienjob ke Jerman. Istimewa
Enik Waldkonig, Pemilik SHB Ceritakan Awal Mula 4 Mahasiswa Ferienjob Lapor ke KBRI: Bilang Kalau Bukan Program Magang

Enik Waldkonig menceritakan empat mahasiswa ferienjob akhirnya melaporkan kejadian yang mereka alami ke KBRI Jerman.


Cyberpunk 2077 Gratis Sementara untuk Percobaan Permainan

5 menit lalu

Cyberpunk 2077. Kredit: CD Projekt Red
Cyberpunk 2077 Gratis Sementara untuk Percobaan Permainan

Game Cyberpunk 2077 bisa diakses tanpa biaya mulai 28 Maret sampai 1 April 2024


Respons Puan Maharani, PKB, hingga Gerindra Soal Progres Hak Angket Pemilu di DPR

5 menit lalu

Suasana demonstrasi di depan Gedung DPR RI, Tanah Abang, Jakarta Pusat pada Selasa, 5 Maret 2024. Aksi massa tersebut mengangkat isu wacana hak angket dugaan kecurangan Pemilu 2024. Tempo/Sultan
Respons Puan Maharani, PKB, hingga Gerindra Soal Progres Hak Angket Pemilu di DPR

Puan Maharani mengklaim dia tidak memberi instruksi kepada Fraksi PDIP di DPR mengenai pengajuan hak angket.


Hati-hati Penipuan Haji Furoda, Harga Haji VIP Rasa Backpacker

8 menit lalu

Jamaah haji salat di depan Ka'bah, 1 Juli 2022. REUTERS/Mohammed Salem
Hati-hati Penipuan Haji Furoda, Harga Haji VIP Rasa Backpacker

Korban mengeluarkan biaya ONH untuk haji furoda seharga Rp125 juta, namun fasilitasnya seperti haji backpacker.


Benjamin Netanyahu Dikritik Mantan Pegawainya

8 menit lalu

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menunjukkan foto gudang atom di Teheran selama pidatonya di sidang Majelis Umum PBB ke-73, di kantor pusat AS, Kamis, 27 September 2018. (AP Photo / Richard Drew)
Benjamin Netanyahu Dikritik Mantan Pegawainya

Benjamin Netanyahu dianggap bertanggung jawab atas serangan 7 Oktober oleh Hamas karena itu balasan atas serangan sehari-hari yang dialami warga Gaza


Ngabuburit di Pertamina Mandalika International Circuit, Pengunjung Bisa Merasakan jadi Pembalap

8 menit lalu

Ngabuburit di Pertamina Mandalika International Circuit, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat saat Ramadan 2024 (Dok. ITDC)
Ngabuburit di Pertamina Mandalika International Circuit, Pengunjung Bisa Merasakan jadi Pembalap

Pertamina Mandalika International Circuit menggelar ngabuburit Arrive and Drive, Ngabuburide (Open Track Day), dan Lampaq di Sirkuit.


Jasa Marga Menyongsong Idul Fitri 1445H dengan Kesiapan Optimal

10 menit lalu

Jasa Marga Menyongsong Idul Fitri 1445H dengan Kesiapan Optimal

PT Jasa Marga (Persero) Tbk mengadakan acara Kick Off Tim Satuan Tugas (Satgas) Jasa Marga Siaga Hari Raya Idul Fitri 1445H/Tahun 2024


Workshop Kolaborasi Politeknik Tempo & Shopee, Digital Enterpreneur: Dulu Gaptek, Sekarang Hi-Tech

17 menit lalu

Peserta Workshop Kolaborasi Politeknik Tempo dan Shopee
Workshop Kolaborasi Politeknik Tempo & Shopee, Digital Enterpreneur: Dulu Gaptek, Sekarang Hi-Tech

Workshop Politeknik Tempo Jakarta, Shopee, dan Mandiri Sekuritas bertajuk "Digital Enterpreneur: Dulu Gaptek, Sekarang Hi-Tech".


Cerita Korban Ferienjob UNJ: Mendapat Kekerasan dan Rasisme di Tempat Kerja

18 menit lalu

Mahasiswa Universitas Halu Uleo foto bersama di Bandara Soekarno-Harta saat akan berangkat ferienjob ke Jerman. Istimewa
Cerita Korban Ferienjob UNJ: Mendapat Kekerasan dan Rasisme di Tempat Kerja

Keluhan Achmad Muchlis tentang beban kerja tak pernah digubris saat ferienjob di Jerman yang berkedok magang mahasiswa