Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Rudal Trump untuk Suriah

image-profil

image-gnews
Iklan

Smith Alhadar
Direktur Eksekutif Institute for Democracy Education

Ketika berkampanye dalam pemilihan umum Presiden Amerika Serikat dulu, Donald John Trump berjanji tak akan menjadi presiden intervensionis. Ia juga mengecam kebijakan pemerintah Presiden Barack Obama yang menginginkan kejatuhan Presiden Suriah Bashar al-Assad. Namun serangan peluru kendali AS ke Suriah pada 7 April lalu menunjukkan bahwa Trump telah berubah.

Perubahan ini disambut sekutu AS. Kebijakan Obama yang tidak tegas terhadap Suriah dan memberikan keleluasaan kepada Iran untuk menancapkan pengaruhnya di kawasan itu telah menciptakan frustrasi luas di kalangan negara Arab, Turki, dan Israel. Maka, serangan terhadap rezim Assad telah membangkitkan harapan kepada mereka bahwa AS di bawah Trump-yang tidak menyembunyikan kebenciannya terhadap Iran-akan mengakomodasi aspirasi mereka.

Di dalam negerinya, popularitas Trump melejit. Berbagai janji kampanye dan kebijakannya yang rasis dan diskriminatif setelah menduduki Gedung Putih, yang membuat warga AS terbelah, kini mulai bersatu di bawah politik luar negerinya yang tegas dan jelas serta mencerminkan nilai-nilai fundamental Amerika. Anggota Kongres dari Demokrat dan Republik pun mendukung serangan AS ke Suriah.

Kesan warga AS sebelumnya bahwa Trump berada di bawah pengaruh Rusia pun sirna seketika. Namun sikap sepihak Trump itu merusak hubungannya dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, yang selama kampanye dipuji Trump dan Trump mengungkapkan keinginannya untuk membangun hubungan baik dengan Rusia. Namun di sini juga terlihat perubahan Trump. Ia memerintahkan serangan terhadap Suriah tanpa berkoordinasi dengan Rusia, yang mendukung Assad tanpa syarat.

Sebagai protes, Putin mengancam akan membekukan saluran komunikasinya dengan Trump. Rusia pantas kecewa karena tindakan sepihak AS itu telah melanggar norma-norma hubungan internasional dan merendahkan Rusia. Serangan AS terhadap pangkalan udara Shayrat di Homs menggunakan rudal jelajah Tomahawk bukan saja telah menghancurkan 12 jet tempur dan infrastruktur pangkalan udara, tapi juga mengungkap kelemahan sistem pertahanan rudal S-400 milik Rusia di Suriah yang selama ini dibangga-banggakan sebagai sistem pertahanan rudal sangat canggih. Ternyata S-400 tidak mampu melacak Tomahawk, yang melesat mengikuti kontur permukaan bumi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Namun benarkah rezim Assad menggunakan senjata kimia dalam serangannya terhadap Kota Khan Sheikhun yang menewaskan 86 orang itu? Sangat sulit diterima akal sehat bahwa rezim Assad menggunakan gas beracun sarin untuk membunuh lawan-lawannya pada momen yang tidak tepat. Memang rezim Assad pernah menggunakannya pada 2013, yang membunuh lebih dari 1.000 warga sipil. Namun setelah itu Suriah menandatangani Konvensi Senjata Kimia dan menyerahkan semua stok gas beracun kepada PBB untuk menghindari serangan AS.

Masalahnya, saat ini pasukan Suriah tidak dalam keadaan terdesak di Khan Sheikhun sehingga harus menggunakan senjata kimia. Strategi pemerintah Suriah, Rusia, dan Iran dalam menghadapi kelompok oposisi di Provinsi Idlib, tempat Khan Sheikhun berada, adalah melemahkan lawan secara perlahan melalui serangan udara berkelanjutan sebelum serangan darat dilakukan. Alasan lain, penggunaan senjata kimia adalah tindakan bodoh yang justru hanya merugikan Assad sendiri serta memojokkan Rusia dan Iran, sekutu yang selama ini mati-matian membantunya.

Pada akhir Maret lalu, Gedung Putih menyatakan AS hanya akan berfokus pada upaya memerangi ISIS dan tidak akan berusaha memakzulkan Assad. Kebijakan AS yang realistis ini didukung sekutu Barat, Rusia, dan Iran. Penggunaan senjata kimia oleh rezim Assad, sebagaimana dituduhkan Washington, justru hanya menguntungkan kelompok pemberontak.

Karena itu, bisa jadi serangan senjata kimia ini dilakukan kelompok pemberontak untuk membuyarkan kebijakan Trump. Namun, kalau pemberontak menyembunyikan senjata kimia, mengapa tidak mereka gunakan terhadap pasukan rezim Suriah ketika terdesak di Aleppo pada akhir tahun lalu? Karena penggunaan senjata kimia merugikan perjuangan kelompok pemberontak, bisa jadi pendapat Rusia benar bahwa gas beracun itu berasal dari gudang senjata kimia milik pemberontak yang diserang jet tempur rezim Suriah. Apa pun alasannya, Washington yakin rezim Assad bersalah.

Perubahan Trump yang lain adalah kini dia mempertimbangkan menjatuhkan Assad. Washington menyatakan mungkin akan menyerang Suriah lagi. Kalau itu dilakukan dengan mendirikan zona larangan terbang diikuti pemasokan senjata terhadap kelompok pemberontak sebagaimana dilakukan AS di Irak dan Libya, tidak hanya krisis Suriah yang bertambah genting, ketegangan hubungan AS-Rusia juga meningkat. Kunjungan Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson ke Moskow pekan ini diharapkan dapat meredakan ketegangan keduanya, bahkan kalau bisa dicapai titik temu tentang cara menyelesaikan krisis Suriah.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Putin Bertemu Assad di Kremlin, Bahas Konflik Timur Tengah hingga Situasi Global

1 hari lalu

Presiden Rusia Vladimir Putin menghadiri pertemuan dengan Presiden Suriah Bashar al-Assad di Kremlin di Moskow, Rusia, 24 Juli 2024. Reuters
Putin Bertemu Assad di Kremlin, Bahas Konflik Timur Tengah hingga Situasi Global

Putin mengatakan kepada Assad bahwa dia khawatir akan meningkatnya ketegangan di Timur Tengah


Menlu Cina: Rakyat Palestina yang Mengatur Palestina

2 hari lalu

Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi usai bertemu dengan Presiden Joko Widodo di Komplek Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis 18 April 2024. Wang Yi melakukan pertemuan dengan Presiden Joko Widodo usai Presiden terpilih RI, Prabowo Subianto, melawat ke China pada awal April lalu dan bertemu dengan Presiden Cina Xi Jinping. Keduanya berbagi pandangan mengenai kedamaian regional dan berkomitmen untuk mempererat hubungan. TEMPO/Subekti.
Menlu Cina: Rakyat Palestina yang Mengatur Palestina

Cina berhasil menyatukan faksi-faksi Palestina untuk bekerja membentuk pemerintahan Bersama.


Adidas Copot Bella Hadid dari Kampanye karena Advokasi Palestina, Picu Seruan Boikot

3 hari lalu

Bella Hadid tampil di Billboard Adidas/Foto: Instagram/The Debut Fashion
Adidas Copot Bella Hadid dari Kampanye karena Advokasi Palestina, Picu Seruan Boikot

Meskipun mendapat reaksi keras, Adidas tidak membatalkan keputusannya untuk mencoret Bella Hadid, berpotensi membahayakan sebagian pendapatannya


Masjid di Oman Ditembaki Saat Peringatan Hari Asyura, Empat Tewas

10 hari lalu

Ilustrasi penembakan. dentistry.co.uk
Masjid di Oman Ditembaki Saat Peringatan Hari Asyura, Empat Tewas

Empat orang tewas saat sebuah masjid di Oman ditembaki bertepatan dengan peringatan hari Asyura.


Saeed Jalili, Eks Negoisator Nuklir yang Melaju ke Pemilihan Presiden Iran Putaran 2

26 hari lalu

Kandidat presiden Iran Saeed Jalili.  Morteza Fakhri Nezhad/IRIB/WANA (West Asia News Agency)/Handout via REUTERS
Saeed Jalili, Eks Negoisator Nuklir yang Melaju ke Pemilihan Presiden Iran Putaran 2

Saeed Jalili memperoleh 9,4 juta suara dalam pemilihan presiden iran pada 28 Juni, dan membuntuti anggota parlemen senior Masoud Pezeshkian di nomor 1


4 Fakta Tajikistan Atur Busana Rakyatnya, Ada Larangan Jilbab, Busana Barat dan Sendal Jepit

29 hari lalu

Seorang wanita berada di depan benteng Hisor yang berada di komplek kota tua Hisor (Hissar), Tajikistan, Selasa, 10 September 2019. Penjelajah dunia Marcopolo serta penakluk dunia Alexander Agung dan Jenghis Khan pernah singgah di kota ini. ANTARA FOTO/Prasetyo Utomo
4 Fakta Tajikistan Atur Busana Rakyatnya, Ada Larangan Jilbab, Busana Barat dan Sendal Jepit

Larangan jilbab dilaporkan muncul di Tajikistan, rakyat juga dilarang gunakan pakaian barat dan sendal jepit


Lusa Pemilihan Presiden Iran, Simak Profil Para Figur yang Maju

30 hari lalu

Spanduk calon presiden Saeed Jalili terpampang saat acara kampanye di Teheran, Iran, 24 Juni 2024. Majid Asgaripour/WANA (West Asia News Agency) via REUTERS
Lusa Pemilihan Presiden Iran, Simak Profil Para Figur yang Maju

Lusa, Jumat 28 Juni, Timur Tengah menunggu figur baru dari Pemilihan Presiden Iran. Berikut enam calon yang maju,


48 Daftar Negara di Benua Asia Beserta Ibu Kotanya

32 hari lalu

Setiap wilayah di benua Asia terdiri dari beberapa negara dengan keunikan masing-masing. Berikut daftar negara di benua Asia dan ibu kotanya. Foto: Canva
48 Daftar Negara di Benua Asia Beserta Ibu Kotanya

Setiap wilayah di benua Asia terdiri dari beberapa negara dengan keunikan masing-masing. Berikut daftar negara di benua Asia dan ibu kotanya.


Dewan Eropa Kecam Standar Ganda dalam Konflik Ukraina dan Timur Tengah

40 hari lalu

Presiden Dewan Eropa Charles Michel menghadiri pertemuan dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping di Aula Besar Rakyat di Beijing, Tiongkok, 1 Desember 2022. European Union/Handout via REUTERS
Dewan Eropa Kecam Standar Ganda dalam Konflik Ukraina dan Timur Tengah

Presiden Dewan Eropa Charles Michel mengatakan standar ganda tidak dapat diterima sehubungan dengan konflik di Ukraina dan Timur Tengah


Ragam Aksi Protes Berbagai Negara Kepada Israel

49 hari lalu

Tentara Israel memegang kerangka plastik yang ditemukan di Gaza dan dibawa ke Israel, di tengah konflik Israel dan Hamas, 27 Desember 2023. Sejumlah media menilai kerangka itu sebagai simbol pembantaian terhadap warga Palestina di Gaza.REUTERS/Amir Cohen
Ragam Aksi Protes Berbagai Negara Kepada Israel

Israel disebut-sebut sebagai negara yang paling dibenci. Berimbas kepada warganya yang ditolak masuk di sejumlah negara.