Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Pujangga

Oleh

image-gnews
Iklan

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan akan memberikan semacam beasiswa bagi para penulis untuk menghasilkan karyanya. Menurut Menteri Anies Baswedan, caranya dengan memberikan tunjangan hidup kepada para penulis dalam jangka waktu tertentu agar mereka berkonsentrasi menulis. Bisa dikirim ke luar negeri, tempat yang merangsang mereka untuk kreatif, termasuk melakukan riset.

Saya teringat akan sebuah pertemuan pada 1970-an. Ada Made Sanggra, pengawi (pengarang berbahasa Bali); dan ada Gerson Poyk, sastrawan Indonesia. Made Sanggra sudah menerbitkan sendiri kumpulan puisi dan cerita pendek dalam bahasa Bali, meski sangat sederhana. Salah satu cerita pendeknya, berjudul Ketemu Ring Tampaksiring, mendapat penghargaan dari Majelis Pertimbangan Kebudayaan Bali. Made Sanggra berkata: "Kalau saja pengawi hidupnya seperti pujangga di zaman Majapahit, pasti lahir karya sastra bermutu." Dia iri, pujangga di era Majapahit dibiayai hidupnya untuk menulis kekawin, sementara Made Sanggra menulis di sela-sela bertani.

Sastrawan Gerson Poyk, yang sudah menulis novel Sang Guru, mengangguk. "Beri saya uang untuk berkelana dan menulis, akan saya hadiahkan novel yang bagus. Bagaimana saya bisa menulis dengan konsentrasi kalau untuk makan minggu depan harus menulis dua atau tiga cerita pendek pesanan koran," katanya.

Tapi karya sastra tak pernah berhenti terbit, sampai hari ini. Pujangga masa kini terus berkarya dengan latar sejarah yang mungkin kelam. Ada Leila S. Chudori dengan Pulang, ada Laksmi Pamuncak dengan Amba, dua contoh saja. Mereka bernasib baik, setidaknya dibanding Made Sanggra dan Gerson Poyk. Mereka punya "bekal" untuk riset.

Juga bertebaran "pujangga" yang karyanya dengan mudah dijual lewat celotehan di media sosial. Tak semua penulis bisa memanfaatkan media sosial untuk berjualan, atau bisa jadi tidak mau karyanya dijajakan bagai menjual markobarmartabak produksi putra Jokowi. Karena itu, terobosan Menteri Anies Baswedan bagai angin surga.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Mpu Tantular, yang hidup di era Majapahit Raja Hayam Wuruk abad ke-14, diminta menulis karya yang bisa dijadikan sesuluh kerajaan. Lahirlah Kekawin Sutasoma yang di dalamnya terdapat "kata sakti": bhinneka tunggal ikakata yang kini jadi sesanti negeri ini. Meski dibiayai hidupnya untuk menulis, pujangga ini tak terpengaruh oleh pesanan, bahkan nama yang dipakai, Tantular, artinya tak terpengaruh.

Tak cuma Tantular yang diberi "beasiswa" oleh Hayam Wuruk. Ada pujangga lain, Mpu Prapanca, yang kemudian melahirkan Kekawin Negarakertagama yang termasyhur itu. Kisah ini memang sejenis reportase kerajaan, namun dengan keindahan bahasa, kekawin dengan 98 pupuh (sajak bertembang) ini begitu indah, melampaui zamannya.

Di era sebelumnya, Kerajaan Kediri, lahir karya sastra yang sampai kini tak henti-henti dibaca dan ditembangkan. Misalnya Arjunawiwaha karya Mpu Kanwa di era Raja Airlangga. Kresnayana karya Mpu Triguna di era Raja Jayabaya. Smaradahana karya Mpu Dharmaja pada masa Sri Kameswara. Juga "tafsir baru" dengan gaya bertembang tentang Bharatayudha karya Mpu Sedah dan Mpu Panuluh. Tentu yang dahsyat adalah kisah Lubdaka yang diadaptasi Mpu Tanakung ke dalam masyarakat Jawa Hindu, yang sampai kini jadi rujukan di Bali.

Saya bermimpi Menteri Anies Baswedan juga melebarkan gagasan beasiswa ini dengan jemput bola kepada "pujangga bahasa daerah", jika kita percaya pelestarian bahasa dan sastra daerah memperkuat budaya nasional. Mereka tentu kalah bersaing jika diharuskan membuat proposal. PUTU SETIA (@mpujayaprema)

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Perjuangan Refiqka Asmilla Anak Buruh Kebun Sawit di Jambi Tembus Fakultas Kedokteran Hewan UGM

8 menit lalu

Refiqka Asmilla Rahma. UGM
Perjuangan Refiqka Asmilla Anak Buruh Kebun Sawit di Jambi Tembus Fakultas Kedokteran Hewan UGM

Perjalanan penuh tantangan Refiqka Asmilla lolos Fakultas Kedokteran Hewan UGM. Ia anak buruh kebun sabit di Sorolangun, Jambi.


Perjalanan Indonesia Sejak Pertama Kali Mengikuti Olimpiade Pada 1952

18 menit lalu

Tim Indonesia tampil memukau pada defile yang dilakukan di atas kapal menyusuri sungai Seine, Kota Paris, Prancis, Jum'at, (26/7)
Perjalanan Indonesia Sejak Pertama Kali Mengikuti Olimpiade Pada 1952

Setelah bergabung dengan IOC pada 1952, Indonesia mengirim kontingen pertamanya ke Olimpiade Helsinki 1952. Segini total perolehan medali Indonesia.


Turis Dilarang Memotret Sembarangan di Yunani, Bisa Ditangkap dan Diadili

39 menit lalu

Santorini, Yunani (Pixabay.com)
Turis Dilarang Memotret Sembarangan di Yunani, Bisa Ditangkap dan Diadili

Pihak berwenang di Yunani akan menangkap dan mungkin mengadili siapa pun yang melakukannya


Profil La Memo, Atlet Dayung Indonesia yang Berambisi Tembus Final Olimpiade Paris 2024

41 menit lalu

Pedayung putra Indonesia La Memo menjalani sesi latihan jelang Olimpiade Paris 2024 di Pemusatan Latihan Nasional Dayung, Situ Cipanunjang, Pengalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Selasa, 2 Juli 2024. La Memo turun pada disiplin rowing nomor perseorangan scull (dua dayung) putra pada ajang Olimpiade Paris 2024. ANTARA FOTO/ Erlangga Bregas Prakoso
Profil La Memo, Atlet Dayung Indonesia yang Berambisi Tembus Final Olimpiade Paris 2024

Atlet dayung putra Indonesia disiplin rowing, La Memo, bakal memulai perjalanannya di Olimpiade Paris 2024. Bagaimana kiprahnya?


Izin Tambang Ormas, Fatwa MUI Hanya Haramkan Tambang Ilegal

44 menit lalu

Ilustrasi pertambangan. Shutterstock
Izin Tambang Ormas, Fatwa MUI Hanya Haramkan Tambang Ilegal

MUI masih mengkaji apakah MUI akan menerima izin tambang ormas dari pemerintah.


Jokowi Kaget dengan Perbaikan Pasar Jongke di Solo: Mall Saja Kalah

54 menit lalu

Presiden Joko Widodo atau Jokowi meresmikan revitalisasi Pasar Jongke di Surakarta, Jawa Tengah, pada Sabtu, 27 Juli 2024. Foto Tangkap Layar YouTube Sekretariat Presiden
Jokowi Kaget dengan Perbaikan Pasar Jongke di Solo: Mall Saja Kalah

Presiden Jokowi mengingatkan bahwa yang paling penting Pasar Jongke ini dijaga kebersihan dan kehigienisannya.


Politisi PKS Ingatkan Prabowo Subianto Evaluasi Program Hilirisasi Nikel

1 jam lalu

Anggota Komisi VII DPR RI, Mulyanto. Foto : Dok/Andri
Politisi PKS Ingatkan Prabowo Subianto Evaluasi Program Hilirisasi Nikel

Anggota Komisi VII DPR RI menilai program hilirisasi nikel di era Jokowi dilakukan secara ugal-ugalan


Terbangkan Drone di Marina Bay Singapura, Turis Cina Kena Denda Rp146 Juta

1 jam lalu

Marina Bay Sands, hotel dan resor ikonik Singapura (TEMPO/Mila Novita)
Terbangkan Drone di Marina Bay Singapura, Turis Cina Kena Denda Rp146 Juta

Turis Cina itu ingin mengambil foto udara Marina Bay Singapura, tempat banyak gedung pencakar langit, hotel mewah, dan pusat perbelanjaan mewah.


Kimberly Ryder Laporkan Suami Atas Dugaan Penggelapan Mobil BMW

1 jam lalu

Kimberly Ryder dan Edward Akbar/Foto: Instagram/Kimberly Ryder
Kimberly Ryder Laporkan Suami Atas Dugaan Penggelapan Mobil BMW

Kimberly Ryder Kimberly melaporkan suaminya karena merasa mobil miliknya tidak bisa dia kuasai.


Ngeri-ngeri Sedap Roti Okko, Pedagang Kena Imbas Isu Dugaan Bahan Pengawet

1 jam lalu

Sejumlah roti Okko yang belum ditarik dan masih dijual di beberapa distributor roti di Pasar Ciwastra, Bandung, Jawa Barat, Kamis, 25 Juli 2024. BPOM menemukan kandungan bahan berbahaya natrium dehidroasetat dan meminta produsen roti Okko untuk menarik dan memusnahkan semua produknya. TEMPO/Prima mulia
Ngeri-ngeri Sedap Roti Okko, Pedagang Kena Imbas Isu Dugaan Bahan Pengawet

Roti Aoka dan Okko sampai siang hari itu masih ada sekitar 20-30 bungkus di kardus asalnya.