Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Paranoia

Oleh

image-gnews
Iklan

Odi ergo sum. Aku membenci, maka aku ada.

Di sebuah rumah yang terletak di gang yang mesum di Paris, 24 Maret 1897, seorang lelaki berumur 67 tahun tampak menulis. Kita tak tahu siapa dia. Jika kita ikuti tutur Sang Pencerita dalam novel Umberto Eco Il cimitero di Praga (Pekuburan Praha) ini, memang tak seorang pun di awal kisah ini yang "sudah dinamai".

Orang itu sendiri pun tak ingat siapa dirinya. Dua hari sebelumnya, ketika ia bangun tidur, ia tahu ia "Kapten Simonini". Tapi kemudian ia menemukan fakta-fakta lain: ia adalah Pastor Dalla Piccola, "atau orang yang dianggap bernama itu".

Ia tahu: ia "hilang ingatan". Kata ini, anehnya, justru membuatnya teringat percakapan di Chez Magny sekian tahun yang lalu. Di rumah makan itu ia berkenalan dengan sejumlah dokter, dan terutama dengan seorang dokter muda dari Austria, Sigmund Frode. Mereka berbicara tentang kepribadian ganda dan hubungannya dengan jiwa yang mengalami trauma. Trauma ini bisa dikurangi dampaknya dengan merekonstruksi pengalaman masa lalu. Tapi Simonini tak ingin mengisahkan kembali masa lalunya di depan orang lain. Ia menulis.

Harus segera saya susulkan, ini bukan novel tentang kelainan jiwa. Il cimitero di Praga membawakan sesuatu yang lebih gelap. Kerancuan "siapa aku" dalam hidup tokohnya berkait dengan cerita di baliknya: ia adalah identitas yang berubah-ubah, selama bertahun-tahun. Ia seorang penipuatau lebih tepat: ia seorang juru palsu yang terus-menerus menyamar.

Ia memproduksi dan menjual dokumen palsu untuk apa saja, dalam perkara warisan ataupun politik. Ia siap membuat kebohongan asalkan dibayar mahal. Pernah ia jadi agen rahasia ganda yang memperdaya kedua pihak yang bermusuhan. Untuk mempertahankan para penguasa, ia menyusup ke pelbagai gerakan politik. Ia rapi dalam melipatgandakan fitnah. Simonini mengikuti pesan: untuk menuduh seseorang, ia tak perlu cari bukti. "Lebih mudah dan lebih murah menciptakannya."

Il cimitero di Praga (versi Inggris: The Prague Cemetery) memang dimaksudkan jadi sebuah cerita tentang seorang manusia yang culas, sinis, tanpa moral. Saya membacanya dengan sedikit lelah tapi kagum: Eco begitu asyik menggambarkan detail kehidupan Eropa abad ke-19, mirip keriangan hati seorang turis yang baru mengunjungi sebuah negeri eksotis. Ada liku-liku kota dan racikan kuliner, ada skandal politik dan roman picisan. Hasilnya: sebuah novel semi-dokumenter. Kecuali Simonini, semua tokohnya, termasuk Freud yang dieja jadi Frode, muncul dari sejarah.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tapi justru karena itu apa yang gelap dalam novel yang datar ini jadi terasa kian gelap. Motif yang menggerakkannya kebencian. Eco mempertajamnya dengan menjadikan kebencian itu bagian utama watak Simonini. Si Italia blasteran ini membenci siapa sajaorang Italia, Jerman, Prancis, muslim ("Saracen"), padri Jesuit, pengikut Freemasons, Martin Luther, dan tentu saja orang Yahudi. "Aku bermimpi tentang orang Yahudi tiap malam selama bertahun-tahun," tulisnya. Dalam dokumen palsu yang kemudian terkenal ia sebut pekuburan tua orang Yahudi di Kota Praha, sebuah tempat angker di ibu kota Cek itu, sebagai tempat utusan 12 suku Bani Israel menyusun "Protokol Para Sesepuh Zion", sebuah agenda "menaklukkan dunia".

Novel tentang pelbagai kepalsuan ini memang sedikit melebih-lebihkan. Tapi di balik kata-kata Simonini tergambar purbasangka yang terpendam lama dalam masyarakat Eropapurbasangka yang jadi sumbu api kekerasan di abad ke-19, Naziisme dan Holocaust di abad ke-20, sikap anti-Islam dan kaum imigran di abad ke-21.

Pada 20 Februari yang lalu Eco meninggal. Novel terakhirnya ini mungkin warisannya yang tepat waktu: sebuah cerita tentang abad ke-19 yang menjelaskan bau busuk hari ini. Seperti dahulu, kebencian, juga kebencian sosial, tetap jadi unsur utama pengukuhan identitas, pembentukan "aku". Jika saya membenci seseorang, kata Simonini, ada sesuatu yang hadir dalam diri saya. Diri saya tak kosong lagi. Odi ergo sum.

Kebencian tentu tak sendirian. Ketika orang lain adalah oknum-oknum yang menjijikkan yang mengancam, sebuah benteng ditegakkan, menara pengawas dan bedil disiapkan. Paranoia tumbuh jadi pedoman. Dengan mata setengah terpicing karena membidik, para pembenci melihat: di luar gerbang hanya ada persekongkolan jahat yang mengepung.

Dari sini berkecamuklah "theori konspirasi", campuran khayal dengan dusta. Di dunia, juga di Indonesia, kini ia laku keras. Dusta bisa memikat, dan kepalsuan bisa mengubah sejarah, ketika orang haus akan satu kebenaran yang menjelaskan 1.000 peristiwa.

Tapi mengapa tak kita biarkan dunia tetap punya teka-teki yang penuh kebetulan? Sebuah enigma yang ganjil, namun mempesona?

Goenawan Mohamad

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Misa di Papua Nugini, Paus Fransiskus: Tuhan Menyentuh Orang hingga Ujung Dunia

6 menit lalu

Paus Fransiskus bertemu dengan Gubernur Jenderal Papua Nugini, pejabat pemerintah, duta besar, kelompok sipil di Apec House, Papua Nugini, Sabtu, 7 September 2024. Foto: Biro Pers Vatikan.
Misa di Papua Nugini, Paus Fransiskus: Tuhan Menyentuh Orang hingga Ujung Dunia

Misa yang dipimpin oleh Paus Fransiskus di John Guise Stadium dihadiri sekitar 35 ribu umat.


Penyebab Paus Fransiskus Hanya Hidup dengan Satu Paru-paru

10 menit lalu

Paus Fransiskus disambut oleh Wakil Perdana Menteri Papua Nugini John Rosso setelah mendarat di Bandara Internasional Port Moresby Jackson, di Port Moresby, Papua Nugini, 6 September 2024. REUTERS/Guglielmo Mangiapan
Penyebab Paus Fransiskus Hanya Hidup dengan Satu Paru-paru

Meski hanya memiliki satu paru-paru, Paus Fransiskus sanggup melakukan perjalanan jauh ke berbagai penjuru dunia.


Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron Langgar Kode Etik Soal Intervensi Mutasi ASN Kementan

18 menit lalu

Terperiksa Wakil Ketua KPK, Nurul Ghufron, mengikuti sidang pembacaan surat amar putusan pelanggaran etik, di gedung ACLC Komisi Pemberantasan Korupsi, Jakarta, Jumat, 6 September 2024. TEMPO/Imam Sukamto
Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron Langgar Kode Etik Soal Intervensi Mutasi ASN Kementan

Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron terbukti melakukan pelanggaran kode etik soal penyalahgunaan pengaruh atau jabatan di balik mutasi ASN Kementan.


Profil Cak Lontong, Ketua Tim Pemenangan Pramono Anung-Rano Karno yang Disebut Good Looking

20 menit lalu

Cak Lontong. TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo
Profil Cak Lontong, Ketua Tim Pemenangan Pramono Anung-Rano Karno yang Disebut Good Looking

Cak Lontong Ketua Tim Pemenangan Pramono Anung dan Rano Karno dalam Pilkada Jakarta 2024. Sebelumnya, Pramono sebut ketua timnya sosok good looking.


Tips Mendaki Bagi Pemula dan 5 Larangan saat Naik Gunung

25 menit lalu

Tips Mendaki Bagi Pemula dan 5 Larangan saat Naik Gunung

Ada sejumlah persiapan dan larangan saat naik gunung


Mahfud Md Pernah Menunjuk Faisal Basri Jadi Satgas TPPU, Bongkar Kasus Impor Emas Senilai Rp 189 Triliun

34 menit lalu

Mahfud Md Pernah Menunjuk Faisal Basri Jadi Satgas TPPU, Bongkar Kasus Impor Emas Senilai Rp 189 Triliun

Mahfud Md pernah menunjuk Faisal Basri jadi Satgas TPPU. Ini hasil temuan bersama timnya, termasuk bongkar kasus impor emas senilai Rp 189 triliun.


Jusuf Kalla Kritik Kinerja Mendikbud Nadiem Makarim: Tak Cukup Pengalaman Pendidikan

40 menit lalu

Mantan Wakil Presiden RI ke 10 dan 12, Jusuf Kalla menggelar konferensi pers ihwal penampilan debat capres ketiga di kediamannya,  Jalan. Brawijaya Raya No 6 Jakarta Selatan, Rabu, 9 Januari 2024. TEMPO/Tika Ayu
Jusuf Kalla Kritik Kinerja Mendikbud Nadiem Makarim: Tak Cukup Pengalaman Pendidikan

Jusuf Kalla menyampaikan kritik terhadap kinerja Mendikbud Nadiwm Makarim.


Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron Terbukti Langgar Kode Etik, Berikut Sejumlah Kontroversinya Termasuk Soal Kaesang

42 menit lalu

Terperiksa Wakil Ketua KPK, Nurul Gufron, mengikuti sidang pembacaan surat amar putusan pelanggaran etik, di gedung ACLC Komisi Pemberantasan Korupsi, Jakarta, Jumat, 6 September 2024. TEMPO/Imam Sukamto
Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron Terbukti Langgar Kode Etik, Berikut Sejumlah Kontroversinya Termasuk Soal Kaesang

Dewa KPK putuskan Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron terbukti lakukan pelanggaran kode etik. Berikut sejumlah kontroversi Ghufron, termasuk soal Kaesang.


Polisi Beberkan Peranan 4 Remaja dalam Pembunuhan dan Pemerkosaan Siswi SMP di Palembang

43 menit lalu

Konferensi pers Polrestabes Palembang dan Polda Sumsel soal penangkapan empat tersangka pembunuhan dan pencabulan terhadap gadis 13 tahun yang jasadnya ditemukan di TPU Talang Kerikil. Rabu malam, 4 September 2024. TEMPO/ Yuni Rahmawati
Polisi Beberkan Peranan 4 Remaja dalam Pembunuhan dan Pemerkosaan Siswi SMP di Palembang

Polrestabes Palembang beberkan peranan 4 remaja dalam pembunuhan dan pemerkosaan terhadap siswi SMP.


Mengenal Jaipur yang Disebut Walled City, Menyimpan Warisan Budaya dan Arsitektur

43 menit lalu

Kota bernuansa pink di Rajasthan, Jaipur, India. Unsplash.com/Dexter Fernandes
Mengenal Jaipur yang Disebut Walled City, Menyimpan Warisan Budaya dan Arsitektur

Berbeda dengan wilayah metropolitan Jaipur yang lebih luas, Walled City adalah bagian bersejarah dan berbeda yang menonjol