Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Supernova, Rizal, dan Bintang Jatuh

Oleh

image-gnews
Penulis sekaligus penyanyi, Dewi Lestari membacakan nukilan prosa Madre dalam panggung Tujuh Hari Untuk Kemenangan Rakyat di Teater Salihara,  Jakarta, 18 Juli 2014. TEMPO/Nurdiansah
Penulis sekaligus penyanyi, Dewi Lestari membacakan nukilan prosa Madre dalam panggung Tujuh Hari Untuk Kemenangan Rakyat di Teater Salihara, Jakarta, 18 Juli 2014. TEMPO/Nurdiansah
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Novel Supernova meluncur ke tangan pembaca seperti Bintang Jatuh. Bersinar, melesat dan mengejutkan. Untuk pembaca yang tak terbiasa dengan istilah ilmu pengetahuan –kecuali apa yang diperoleh di sekolah dan tak pernah menghubungkannya dengan gerak alam, tingkah manusia—saya termasuk yang terkejut dan menjadi pecandu.

Berbagai urusan tata bahasa yang masih perlu disunting –untuk penerbitan pertama tahun 2001—dan istilah “pintar” yang terlalu banyak bertaburan akhirnya banyak diabaikan oleh penggemarnya. Dee menyajikan sebuah bentuk menarik: cerita dalam cerita dalam cerita yang saling membingkai sekaligus  saling memagut. Pasangan gay Reuben dan Dimas yang menciptakan tokoh-tokoh Ferre, Rana dan Diva dan mereka masuk ke dalam jagat Supernova. Dengan cerdas, Dee kemudian membuat Reuben dan Dimas kelak juga terhubung oleh ‘Supernova’, sebuah jagat ciptaan mereka.

Dee mengaku bahwa Supernova: Ksatria, Puteri dan Bintang Jatuh adalah sebuah kisah “evolusi spiritual yang terjadi pada tokoh-tokohnya melalui beberapa konflik—antara lain cinta segitiga dan jejaring misterius yang dijalin tokoh cyber bernama Supernova—yang mengubah pandangan mereka tentang jatidiri mereka”. Artinya, seluruh karakter bergerak mencari sesuatu: untuk Rana mencari kebahagiaan yang sesungguhnya; untuk Ferre : dia akhirnya bertemu seseorang yang berhasil mengguncang jiwanya.

Bagaimana para sineas ini menerjemahkan novel Dee ke layar lebar?

Novel ini bukan sebuah karya yang mudah untuk diadaptasi menjadi film. Apalagi sejak lahirnya “Supernova, Ksatria, Putri dan Bintang Jatuh”, telah pula lahir adik-adiknya “Akar”, “Petir”, “Partikel” dan yang terbaru “Gelombang”. Artinya, di setiap novel ini, Dee menciptakan karakter baru dengan tujuan panjang dan sangat terencana.

Tantangan Rizal dan para penulis skenario adalah membangun sebuah cerita yang bisa mandiri dalam satu film, sekaligus tidak mematikan kemungkinan lanjutan kisah. Secara keseluruhan, Rizal berhasil mengangkat lapisan-lapisan plot yang kompleks itu menjadi jalan cerita yang cukup runut.

Secara visual, film ini memang habis-habisan memanfaatkan ‘beauty shot’, adegan-adegan pemandangan cantik dan mewah: adegan Rana (Raline Shah) dan Ferre (Herjunot Ali) bermesraan di atas kapal, berpelukan di sebuah villa (entah di Bali atau di Labuan Bajo, pokoknya cantiklah), di restoran. Semuanya serba gigantik dan penuh warna. Keren. Tapi pada sebuah film, tentu bukan hanya itu yang dicari. Ada keberanian Rizal ketika melompat melampaui teks Supernova. Dia menerjemahkan beberapa adegan impian dengan bagus.

Rizal paham bahwa dalam mimpi kita memang sering terperangkap dalam lingkungan dan benda ganjil. Tokoh Ferre yang berada di gurun berhadapan dengan kaca yang meleleh atau pada detik lain Ferre dan pistol di tangannya tersedot ke dalam tanah seperti masuk ke dalam sumur tanpa dasar. Ini justru bagian paling menarik dari seluruh film.

Tapi, nampaknya para sineas (sutradara dan penulis skenario) ingin terlihat setia kepada novel. Kesetiaan itu ditunjukkan dengan mengambil dialog-dialog sesuai teks dalam novel, bukan pada strategi plot. Padahal dialog dalam sebuah buku akan selalu berbeda rasa ketika diucapkan. Supernova KPBJ adalah novel pertama Dee ke publik sehingga dialog dan pernyataan beberapa tokohnya yang berpanjang-panjang dan penuh istilah teknis akan lebih cocok untuk dibaca.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Karena itu, ketika Reuben berpanjang-panjang menyebut teori paradoks kucing Schrödinger, kita garuk kepala karena jadi terasa aneh. Para penulis skenario dan sutradara bisa menyedot sumsum dari seluruh dialog dan menyemprotkannya kembali ke layar sesuai fitrah film agar dialog antar tokoh –baik antara Reuben   dan Dimas , maupun antara Ferre dan Diva—tidak terdengar kaku dan tetap realistis.

Memang sejak awal Dimas (Hamish Daud) dan Reuben (Arifin Putra), pasangan yang enak dipandang mata itu, sudah menyatakan “ini adalah pseudo-Jakarta” sehingga memungkinkan anomali atau elemen antah berantah. Mungkin penonton akan memaklumi  atau memaafkan keajaiban dialog itu walau harus diakui beberapa kali saat  Ferre dan Diva saling melotot dan berbicara melalui pikiran kita akan bertanya “huh? Apaan?”

Bahwa plot cinta segitiga lantas menjadi plot utama sebetulnya tidak mengejutkan betul. Cinta segitiga selalu menjadi topik seksi untuk sebuah film. Dengan sendirinya, trio Rizal, Donny dan Sunil ‘menyingkirkan’ sebuah strategi plot Dee dalam kesinambungan Supernova, yaitu: Diva, sosok paling menarik dalam novel ini. Diva, seorang supermodel misterius yang sesekali menjadi pelacur kelas tinggi bukan untuk cari duit (karena sungguh dia sudah kaya raya), tapi lebih sekadar untuk melecehkan pelanggan lelaki yang bodoh dan dikuasai nafsu tubuh.

Dia cerdas dan dengan santainya berbincang soal pemikiran Marx dengan pelanggannya dan bersedia tidak dibayar penuh ketika penis sang pelanggan letoy tak bertenaga. Dalam film ini, jangankan adegan seks, cium antara suami-isteripun absen. Diva di dalam film –diperankan seorang model yang menjulang tinggi, langsing dan mulus bernama Paula Verhoeven—muncul seperti seorang boneka cantik yang sebaiknya tidak perlu diberi dialog karena sungguh dia bukan seorang narator yang enak didengar. Itulah sebabnya, saya malah lega tokoh Diva dalam film ini tidak diberi tempat yang luas.

Akhir film ini sebetulnya bisa dipotong pada saat Diva berkelana dan duduk di pinggir danau. Pesan kepergian Diva –yang kemudian dicari banyak orang pada serial berikutnya—akan tercapai jika saja Rizal menghentikanya pada momen ini. Namun entah karena tak percaya diri, atau karena ingin meninggalkan rasa romantisme, terjadilah serangkaian adegan antiklimaks. Rizal memutuskan mengembalikan adegan-adegan kilas balik percintaan dan kemesraan Rana dan Ferre berulang-ulang, berkali-kali diiringi lengkingan musik Nidji (seperti juga Melly pada suatu masa, kini Nidji sudah terlalu betebaran di dalam film-film Indonesia).

Sekali lagi, bahwa Rizal Mantovani dan timnya telah berhasil mewujudkan visualisasi novel yang kompleks ini, menurut saya adalah pencapaian yang perlu dihargai. Seandainya Rizal lebih berani lagi  mewujudkan  novel ini dengan visual dan lebih  tega membuang bagian-bagian repetitif itu, film ini bakal lebih terasa padat dan berisi.

Leila S.Chudori

SUPERNOVA
Sutradara: Rizal Mantovani
Skenario: Donny Dhirgantoro dan Sunil Soraya
Berdasarkan novel “Supernova, Ksatria, Putri dan Bintang Jatuh” karya Dewi “Dee” Lestari.
Pemain: Raline Shah, Herjunot Ali, Arifin Putra, Hamish Daud
Produksi: Soraya Intercine Films

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Komika Arie Kriting Besut Film Kaka Boss, Berikut Film Lain yang Dibintanginya Termasuk Agak Laen

2 jam lalu

Stand Up Comedian Arie Kriting dengan gaya khas orang Timur tampil menghibur penonton di ajang Tujuh Hari Untuk Kemenangan Rakyat di Teater Salihara, Jakarta,  19 Juli 2014. TEMPO/Nurdiansah
Komika Arie Kriting Besut Film Kaka Boss, Berikut Film Lain yang Dibintanginya Termasuk Agak Laen

Arie Kriting menjadi sutradara film Kaka Boss. Sebelumnya, ia telah bermain dalam beberapa film termasuk Agak Laen.


Sinopsis dan Pemain Film Korea Dead Man, Angkat Kasus Penggelapan Uang

13 jam lalu

Film Dead Man. Dok. Vidio
Sinopsis dan Pemain Film Korea Dead Man, Angkat Kasus Penggelapan Uang

Film Korea Dead Man mengikuti kisah menegangkan Cho Jin Woong dan Kim Hee Ae yang terjebak kasus penggelapan uang.


Cerita Lukman Sardi Tinggal dengan Orang Tua Angkat saat Syuting Kabut Berduri

1 hari lalu

Lukman Sardi setelah private screening film Kabut Berduri di Jakarta, Kamis, 11 Juli 2024. Dok. Netflix
Cerita Lukman Sardi Tinggal dengan Orang Tua Angkat saat Syuting Kabut Berduri

Lukman Sardi menceritakan pengalamannya yang sangat berkesan ketika tinggal di Rumah Panjang saat syuting film Kabut Berduri di Kalimantan.


Transformasi Timothee Chalamet sebagai Bob Dylan dalam Trailer A Complete Unknown

1 hari lalu

Timothee Chalamet sebagai Bob Dylan dalam trailer film A Complete Unknown. Foto: YouTube
Transformasi Timothee Chalamet sebagai Bob Dylan dalam Trailer A Complete Unknown

Perubahan penampilan Timothee Chalamet yang mengikuti gaya berpakaian Bob Dylan dalam trailer A Complete Unknown.


Film Kaka Boss Rilis Trailer Resmi, Tonjolkan Dinamika Hubungan Ayah dan Anak

1 hari lalu

Mamat Alkatiri, Elsa Japasal, Aurel Mayori, Abdur Arsyad, Chun Funky Papua, dan Ernest Prakasa di acara konferensi pers sekaligus penayangan official trailer film Kaka Boss yang diadakan di Epicentrum, Jakarta Selatan pada Rabu, 24 Juli 2024. TEMPO/Hanin Marwah
Film Kaka Boss Rilis Trailer Resmi, Tonjolkan Dinamika Hubungan Ayah dan Anak

Film Kaka Boss dibintangi oleh Godfred Orindeod tentang drama keluarga dari Indonesia Timur yang tinggal di Jakarta.


Inside Out 2 Kalahkan Frozen 2 sebagai Film Animasi Terlaris Sepanjang Sejarah

1 hari lalu

Film Inside Out 2. Foto: Instagram/@pixar
Inside Out 2 Kalahkan Frozen 2 sebagai Film Animasi Terlaris Sepanjang Sejarah

Inside Out 2 menjadi film animasi terlaris sepanjang masa di box office seluruh dunia setelah mengalahkan Frozen 2.


Selain Drama Korea Our Movie, Ini Deretan Karya Sineas yang Menceritakan Industri Film

2 hari lalu

Poster film The Fabelmans. Foto: Wikipedia.
Selain Drama Korea Our Movie, Ini Deretan Karya Sineas yang Menceritakan Industri Film

Drama Korea Our Movie menambah daftar karya sineas yang menceritakan tentang seluk beluk dunia film.


Film Kaka Boss Berawal dari Keresahan Arie Kriting, tentang Keluarga Indonesia Timur

2 hari lalu

Arie Kriting, Putri Nere, Glory Hillary, dan Godfred Orindeod di acara konferensi pers sekaligus penayangan official trailer film Kaka Boss yang diadakan di Epicentrum, Jakarta Selatan pada Rabu, 24 Juli 2024. TEMPO/Hanin Marwah
Film Kaka Boss Berawal dari Keresahan Arie Kriting, tentang Keluarga Indonesia Timur

Kaka Boss disutradarai oleh Arie Kriting menghadirkan drama keluarga Indonesia Timur yang berfokus pada hubungan ayah dan anak.


Sutradara Incaran untuk Film Baru Avengers, Mengenal Russo Bersaudara

2 hari lalu

Robert Downey Jr. dalam Avengers: Endgame (2019)
Sutradara Incaran untuk Film Baru Avengers, Mengenal Russo Bersaudara

Joe Russo dan Anthony Russo sedang dalam tahap awal pembicaraan dengan Marvel Studios untuk menggarap dua film baru Avengers


Deretan Film Petualangan Doraemon dan Nobita, Variasi Alur Cerita dan Populer

3 hari lalu

Poster film Doraemon: Nobita's Earth Symphony. Foto: Wikipedia
Deretan Film Petualangan Doraemon dan Nobita, Variasi Alur Cerita dan Populer

Doraemon: Nobita's Earth Symphony film ke-43 dari waralaba Doraemon