TEMPO.CO, Jakarta- Angelina Jolie jauh lebih berbakat sebagai sutradara daripada aktris. Film ini menunjukkan kecemerlangannya
***
UNBROKEN
Sutradara : Angelina Jolie
Skenario : Ethan dan Joel Cohen
Berdasarkan buku Unbroken: A World War II Story of Survival, Resilience, and Redemption, biografi atlit dan veteran Louis Zamperini karya Laura Hillenbrand
Pemain : Jack O’Connell, Dmhnall Gleeson, Miyavi
Dia disebut Torrance Tornado. Angin menderu dari kampung Torrance.
Dia berlari seperti angin hingga dari jauh, orang-orang hanya bisa melihat sebuah garis lurus yang melesat begitu saja. Wusss.....dialah Louis Zamperini.
Segalanya dimulai dari rasa takut dan keinginan bertahan. Si kecil Louis adalah seorang remaja dari keluarga imigran Itali yang selalu saja didera anak-anak Amerika yang merasa diri ‘pemilik tanah Amerika asli’. Louis bukan anak santun. Dia belagak minum susu, padahal isi botol yang ditenggaknya adalah bir atau anggur; dia merokok diam-diam mengintip rok murid perempuan. Ketika ketahuan dan siap dihajar guru, dia berlari sekuat tenaga melintasi lapangan atletik. Si abang, Pete Zamperini, segera sadar: Louis (C.J Valleroy) harus dilatih dengan keras agar menjad atlit profesional agar dia menjadi seseorang, bukan seorang ‘yang tak berguna dan tak punya tujuan hidup’, seperti yang selalu dikatakan Louis remaja. Pete benar. Karena Louis tak rela kalah dengan begajul sekampungnya di Torrance, California, Louis berhenti minum dan merokok dan menjadi.
Sutradara Angelina Jolie , setelah film In the Land of Blood and Honey, sebetulnya tidak menyorot Louis Zamperini sebagai si Torrance Tornado, sang atlet lari pemenang Olimpiade tahun 1936. Peristiwa itu sesekali menjadi kilas balik untuk memperkenalkan karakter Zamperini kepada penonton. Film kedua Jolie ini dimulai dengan adegan baku hantam antara pesawat tempur AS yang saling hantam dengan pesawat Jepang di langit pulau Nauru pada tahun 1943 . Pesawat Zamperini (Jack O’Connel) dan timnya jatuh di atas samudera Pasifik, 1000 km dari selatan Oahu. Inilah tujuan Jolie: memperlihatkan daya tahan Zamperini dan kedua kawannya pilot Russel Phillips (Domnhall Gleeson) dan Francis McNamara (Finn Wittrock).
Angelina Jolie mendekatkan lensa untuk merekam perubahan ketiga tentara ini dari hari ke hari: di atas sekoci, mereka terombang-ambing di atas ombak di tengah samudera; mereka dihajar hujan dan dipanggang terik matahari; mereka dilumuri asinnya garam dan tak jarang diserempet ikan hiu.Ketiganya mencoba bertahan hidup dengan memakan daging mentah apa saja yang menghampiri mereka: dari burung bangau yang hinggap di tepi sekoci hingga ikan kecil maupun besar yang kesana kemari melenggang. Jolie bukan saja memperlihatkan perubahan fisik mereka yang semakin hari semakin mirip tengkorak hidup, tetapi Jolie berhasil mengarahkan seni peran ketiganya sebagai tiga onggokan tulang yang mengais-ngais nyawa dengan gerakan tanpa dialog. Mata kosong, bibir hancur, tubuh remuk yang nyaris ditinggalkan nyawanya sendiir.
Belakangan kehidupan Zamperini dan Pilot Phil semakin tragis karena ditahan dan disiksa habis-habisan di kamp tawanan Jepang. Jolie menggambarkan episode ini sebagai klimaks berdarah tanpa filter, tampa ampun, tanpa gula pemain apapun. Adegan kekejian demi kekejian setiap saat itu seolah membuat adegan derita mereka di tengah samuder menjadi begitu ringan seperti sebuah piknik bulan madu.
Sosok Mutsuhiro Watanabe (Miyavi) , komandan Jepang paling kejam dalam sejarah –yang masuk sebagai salah satu dari 40 nama penjahat perang Jepang –mendominasi hampir separuh film ini . Dia adalah komandan yang terus menerus menggunakan Zamperini sebagai sasaran empuknya pagi, siang, malam, hingga detik terakhir saat Jepang kalah perang. Hingga akhir hayatnya –Zamperini baru saja wafat setahun lalu—tak pernah tahu mengapa dia dipilih menjadi target hajaran tongkat Sang Burung, demikian sebutan bagi Watanabe. Adegan penganiayaan Jepang adalah adegan tersulit untuk disaksikan, tetapi agaknya Angelina Jolie merasa perlu menampilkan itu untuk kemudian mengangkat sosok kuat Zamperini yang jiwanya tak kunjung patah meski melalui penghinaan jiwaraga.
Film ini, meski tak dilirik oleh Academy Award, adalah sebuah film biopic yang berhasil mengambil bagian yang penting dan dramatik dari seorang atlet Olimpiade terkemuka AS. Melalui film ini, Jolie bukan hanya menunjukkan cinta dan perhatiannya secara konsisten dan intens kepada korban perang , tetapi juga kemampuannya sebagai seorang seniman yang justru lebih berbakat di belakang kamera.
Leila S.Chudori