Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Politik Mantra Pilkada

image-profil

image-gnews
Iklan

Arie Putra
Pengamat Komunikasi Politik MediaCitra

Bimsalabim abrakadabra. Tidak ada yang paham apa makna kata-kata tersebut. Namun penyihir kerap mengucapkannya untuk mengeluarkan sebuah kekuatan tak terduga. Frasa tersebut mampu membuat yang "tiada" menjadi "ada", "statis" menjadi "dinamis", "tampak" menjadi "hilang", "sakit" menjadi "pulih", dan berlaku juga sebaliknya. Kemudian, kita sepakat menyebut rangkaian kata tak bermakna tersebut sebagai sebuah mantra.

Mantra tidak melulu memiliki makna. Seandainya pun terkandung makna dari setiap tanda, hanya orang-orang tertentu yang mampu mencernanya. Meski tidak memiliki makna yang utuh, mantra memiliki sebuah dampak magis yang langsung dapat diindrakan. Cukup membaca "bimsalabim", seseorang dapat langsung menembus dinding, tanpa tahu apa makna kata-kata tersebut.

Lepas dari khasiat ajaibnya, mantra merupakan fenomena bahasa yang sudah sangat lama menemani sejarah perkembangan manusia. Sebuah permainan tanda-tanda (the game of signs) mampu memasuki keseharian. Tidak ada makna yang tegas, namun mampu menggerakkan kesadaran, dari yang tadinya apatis menjadi seorang yang lebih peduli.

Tanda-tanda bermakna samar tersebut juga muncul dalam berbagai momen politik Indonesia. Dalam dua seri pemilihan kepala daerah DKI Jakarta terakhir, kandidat pemenang merupakan tokoh yang berhasil menggunakan mantra-mantra andalannya untuk menggerakkan kesadaran publik. Dalam pilkada DKI Jakarta 2012, pasangan Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama mengentak publik dengan baju kotak-kotak. Tidak ada yang tahu persis makna dari baju kotak-kotak. Tafsiran publik dibiarkan mengambang.

Apakah motif tersebut bermakna seorang kandidat yang ingin mengkotak-kotakkan warga Jakarta? Pasti tidak banyak yang mendukung mereka jika seperti itu adanya. Lepas dari keburaman maknanya, kotak-kotak menjelma sebuah mantra yang mampu menggerakkan kesadaran publik untuk berpikir mengenai Jakarta yang baru. Dari publik yang putus asa kepada negara menjadi kerumunan yang peduli tentang perbaikan kehidupan bersama.

Baju kotak-kotaknya Jokowi-Ahok berada pada spektrum yang berbeda dengan peci Anies Baswedan-Sandiaga Uno. Peci hitam memang sudah lazim digunakan untuk menampilkan sosok yang nasionalis-religius. Di masa lalu, simbol ini diaktifkan oleh Ir. Sukarno yang sinkretis. Dengan peci hitamnya, Sang Proklamator berusaha menengahi arus deras politik aliran ketika itu.

Cerita mengenai mantra sakti juga tersisa dari pertunjukan panas pilkada DKI Jakarta 2017. Seorang pemenang tampaknya memang harus memiliki mantra. Pelafalan OKE OCE-nya Anies-Sandi merupakan awal dari pembacaan mantra dalam pilkada ini. Sebenarnya, frasa ini mengacu kepada program One Kecamatan, One Center for Entrepreneurship (OKE OCE). Namun masyarakat menengah ke bawah tentu tidak mudah memahami ungkapan berbahasa Inggris ini.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Di tengah kesulitan mencerna maknanya, OKE OCE berubah menjadi mantra. Orang sudah tidak peduli lagi apa artinya, tapi yang pasti semua orang menikmati penyebutannya hingga meresap ke dalam kesadaran publik. Bahkan, ketika meresmikan Jakarta Creative Hub, Basuki Tjahaja Purnama terperangkap untuk membacakan mantra lawan tandingnya secara terbuka.

Sekali lagi, mantra bukan urusan makna. Ini adalah sebuah permainan tanda. Targetnya memang bukan untuk membangun pemahaman konseptual-kognitif, melainkan mengaktifkan kesadaran publik tentang sosok pemilik mantra. Semakin banyak terucap atau terpakai, sosok sang pemilik mantra pun semakin tertancap kuat dalam kesadaran massal.

Sementara itu, baju kotak-kotak Ahok-Djarot sudah tak lagi menjadi mantra. Motif tersebut sudah penuh makna. Paling tidak, kotak-kotak ingin mengulang kembali kemenangan Jokowi-Ahok pada pilkada DKI periode sebelumnya.

Sepertinya, semangat kotak-kotak memang cocok untuk menantang penguasa. Namun motif tersebut tampaknya bukanlah frasa yang cukup kuat untuk mempertahankan kuasa. Untuk menggerakkan kesadaran publik, seorang tokoh harus mampu untuk menemukan mantra yang cocok untuk menjawab kebutuhan tertentu.

Sebelumnya, motif kotak-kotak pernah mengalami era kecemerlangannya. Bahkan, saat itu beberapa calon kepala daerah ikut menggunakan motif sakral tersebut untuk bertarung dalam pilkadanya masing-masing. Kemudian, OKE OCE hadir sebagai mantra yang tidak kalah hebatnya.

Namun keberhasilan sebuah mantra tampaknya sulit terulang untuk kedua kali. Pemimpin DKI ke depan harus menemukan mantra-mantra baru untuk mempertahankan kuasa dan menggantikan yang sudah kedaluwarsa.

Yang pasti, frasa-frasa tak bermakna tersebut kerap terselip dalam setiap harapan publik yang menginginkan kehidupan lebih baik. Lewat kerja nyata membangun Jakarta, mantra-mantra sakti akan mendatangi sang pemimpin dengan sendirinya, mungkin untuk tetap berkuasa atau tawaran pengabdian yang lebih besar lagi. Mari bersatu menyambut gubernur baru, selamat bekerja meski tanpa seribu karangan bunga.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Di Acara Milenial dan Gen Z, Anies Jawab Soal Tuduhan Politik Identitas Saat Pilkada DKI 2017

27 November 2023

Calon Presiden Anies Baswedan dalam acara Indonesia Millenial and Gen Z Summit 2023 di Senayan Park Jakarta, Jumat, 24 November 2023. TEMPO/Adinda Jasmine
Di Acara Milenial dan Gen Z, Anies Jawab Soal Tuduhan Politik Identitas Saat Pilkada DKI 2017

Anies Baswedan menjawab tuduhan soal penggunaan politik identitas saat Pilkada DKi 2017 pada acara Indonesia Milleninial and Gen-Z Summit 2023.


Anies Ungkit Momen Berutang di Pilkada DKI, Singgung Biaya Politik Mahal

30 September 2023

Bakal Calon Presiden Anies Baswedan usai mengisi acara Idea Fest 2023 di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, Sabtu, 30 September 2023. TEMPO/Bagus Pribadi
Anies Ungkit Momen Berutang di Pilkada DKI, Singgung Biaya Politik Mahal

Anies menuturkan mahalnya biaya kampanye bukan berarti ketika menjadi pejabat harus balik modal


Di Acara Partai Ummat, Anies Baswedan Cerita Diberi Label saat Pilkada DKI 2017

14 Februari 2023

Anies Baswedan menghadiri acara Rapat Kerja Nasional Partai Ummat di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur, Selasa, 14 Februari 2023. TEMPO/Ima Dini Shafira
Di Acara Partai Ummat, Anies Baswedan Cerita Diberi Label saat Pilkada DKI 2017

Anies Baswedan menyebut ada dua pendekatan untuk menciptakan persepsi ini.


Anies Baswedan Buka Suara soal Utang Rp 50 Miliar ke Sandiaga: Sudah Selesai Dulu

11 Februari 2023

Mantan wagub DKI Sandiaga Uno mengucapkan selamat ulang tahun untuk Gubernur DKI Anies Baswedan di akun twitternya. Twitter.com
Anies Baswedan Buka Suara soal Utang Rp 50 Miliar ke Sandiaga: Sudah Selesai Dulu

Anies Baswedan menegaskan tidak ada utang yang hari ini harus dilunasi.


Politikus NasDem Minta Sandiaga Klarifikasi Surat Utang Anies Baswedan

11 Februari 2023

Tampilan yang disebut sebagai Surat utang Anies Baswedan ke Sandiaga Uno. Istimewa
Politikus NasDem Minta Sandiaga Klarifikasi Surat Utang Anies Baswedan

Ada juga poin yang menyatakan jika Anies-Sandi menang, maka Anies Baswedan bebas dari utang tersebut.


Soal Perjanjian Utang dengan Anies Baswedan, Sandiaga: Saya Baca Dulu

6 Februari 2023

Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Sandiaga Uno saat tiba di Sekber Gerindra-PKB di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Senin, 23 Januari 2023. TEMPO/M Julnis Firmansyah
Soal Perjanjian Utang dengan Anies Baswedan, Sandiaga: Saya Baca Dulu

Sandiaga belum mau menanggapi soal utang Anies Baswedan ke dirinya saat Pilkada DKI 2017.


Fadli Zon Buka Suara Soal Perjanjian Anies Baswedan - Sandiaga Uno di Pilkada DKI

6 Februari 2023

Anggota Komisi I DPR dari Fraksi Partai Gerindra Fadli Zon di DPR/MPR RI, Jakarta Selatan, Kamis, 22 September 2022 [Tempo/Eka Yudha Saputra]
Fadli Zon Buka Suara Soal Perjanjian Anies Baswedan - Sandiaga Uno di Pilkada DKI

Fadli Zon mengakui membikin draft perjanjian antara Anies Baswedan dan Sandiaga Uno saat Pilkada DKI 2017. Soal utang, Fadli tak mau bicara.


Pesan Anies Baswedan untuk Kedua Putra Haji Lulung

31 Januari 2022

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan saat menerima gelar tokoh persatuan dan pembangunan dari PPP di DPW PPP, Duren Sawit, Jakarta Timur, Ahad, 30 Januari 2022. TEMPO/M Julnis Firmansyah
Pesan Anies Baswedan untuk Kedua Putra Haji Lulung

Anies Baswedan bercerita tentang dukungan yang diberikan Haji Lulung kepadanya dalam Pilkada DKI 2017.


MUI DKI Bikin Cyber Army, Taufik Gerindra: Buzzer Terus Serang Anies Baswedan

20 November 2021

Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta Mohamad Taufik usai memimpin rapimgab membahas pemilihan wagub DKI di lantai 10 Gedung DPRD, Jakarta Pusat, Senin, 17 Februari 2020. TEMPO/Lani Diana
MUI DKI Bikin Cyber Army, Taufik Gerindra: Buzzer Terus Serang Anies Baswedan

Taufik menyampaikan penyerang ini selalu mengatakan bahwa Anies Baswedan memenangkan Pilkada, karena politik identitas.


Baca Pleidoi Rizieq Shihab Singgung Aksi 212, Ahok, dan Pilkada DKI

20 Mei 2021

Layar televisi di Pengadilan Negeri Jakarta Timur menunujukkan Rizieq Shihab sedang membacakan nota pembelaan atas perkara kerumunan, Kamis, 20 Mei 2021. TEMPO/M Yusuf Manurung
Baca Pleidoi Rizieq Shihab Singgung Aksi 212, Ahok, dan Pilkada DKI

Rizieq Shihab mengklaim perkara yang menjeratnya bukanlah kasus hukum melainkan politik. Ia kemudian berkisah tentang Pilkada DKI.