Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

HTI Ujian bagi Demokrasi

image-profil

image-gnews
Iklan

Noorhaidi Hasan
Guru Besar Politik Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Dalam wawancara dengan BBC dan Tempo.co beberapa hari lalu, saya mengomentari rencana pemerintah membubarkan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), yang ditekankan sebagai upaya mencegah berkembangnya ancaman terhadap keutuhan bangsa, sebagai sebuah blunder. Saya tidak pernah menyukai, apalagi mendukung, ide revitalisasi khilafah yang didengungkan Hizbut Tahrir (HT), induk gerakan yang melahirkan cabang-cabangnya di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Khilafah yang tumbang pada 1923 itu dipercaya HT sebagai satu-satunya alternatif untuk membangun kembali kekuatan politik Islam. Bagi saya, ini mimpi utopis para pecundang modernitas global yang frustrasi dengan masa depan.

HT memang telah menjadi mata rantai penting dalam pertumbuhan gerakan Islam transnasional. Karena kesamaan kepentingan ideologis dan persinggungan historis, pola pertumbuhan HT paralel dengan garis penyebaran Ikhwan al-Muslimin. Eksponen-eksponennya aktif menggelar pengajian di kampus-kampus perguruan tinggi terkenal untuk menjaring mahasiswa dan anak-anak muda lainnya. Mereka dipercaya akan menjadi sumber daya andal bagi keberlangsungan dan ekspansi gerakan. Gagasan yang didengungkan HT beresonansi luas di tengah kegagalan rezim-rezim berkuasa di berbagai kawasan dunia Islam.

Wacana khilafah yang dengan gigih diusung HT tidak lain merupakan bagian dari gerak dinamik masyarakat muslim, khususnya kaum muda, yang tengah jengah menghadapi arus deras modernisasi dan globalisasi yang tidak tertahankan. Sifatnya contentious. Bagi HT, ketiadaan campur tangan Tuhan dalam sistem sekuler terbukti menjadikan sistem itu rawan dimanipulasi dan disalahgunakan oleh rezim-rezim berkuasa. Akibatnya, rakyat menderita dan tertindas tanpa daya menghadapi kesewenangan penguasa. Dalam konteks inilah khilafah ditawarkan karena dianggap lebih andal dan tahan dari manipulasi penguasa.

Dalam sistem khilafah yang menganut asas teokrasi, Tuhan sengaja dilibatkan dalam mengatur kehidupan politik berdasarkan premis bahwa kekuasaan mutlak milik Tuhan sebagai penguasa tunggal yang harus dipatuhi semua makhluk. Konsekuensinya, umat Islam dilarang mematuhi kehendak mayoritas rakyat karena sebagian besar dari mereka diyakini berada dalam kesesatan. Dalam logika HT, sakralitas dan transendensi khilafah menutup kemungkinan manipulasi kekuasaan.

HT agaknya kurang menyadari bahwa gagasan teokratiks yang terkandung dalam sistem khilafah telah terbukti dalam sejarah mendorong munculnya penguasa-penguasa otoriter yang menindas rakyat atas nama Tuhan. Dengan berlindung di balik kuasa Tuhan, rezim penguasa malah bisa bertindak lebih zalim dan koruptif. HT gagal memahami filosofi demokrasi sebagai sistem yang dapat meminimalkan penyalahgunaan kewenangan oleh penguasa karena kekuasaannya dijalankan di bawah kontrol masyarakat.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dari perspektif Foucauldian, isu khilafah yang kencang diembuskan HT merupakan bagian dari strategi wacana (discursive strategies) yang mengemuka dalam konteks relasi kuasa tertentu. Ia merefleksikan rasa frustrasi mendalam kaum muda berhadapan dengan gambaran masa depan suram. Ia bagian dari ikhtiar menuntut keadilan oleh individu-individu yang mulai sadar tentang hak-hak mereka. Jadi, ia bisa dibaca sebagai bagian dari politik budaya kaum muda yang tengah cemas memikirkan masa depan sekaligus bagian dari gerak dinamik masyarakat muslim yang sedang berubah pada saat akar-akar demokrasi mulai menancap kukuh.

Saya yakin kita semua harus mengambil sikap yang tepat dalam menghadapi Hizbut Tahrir Indonesia. Kehadirannya merupakan bagian sekaligus ujian bagi demokrasi yang dengan susah-payah kita bangun sejak era reformasi. Biarkanlah ide khilafah itu rontok saat berhadapan dengan nalar publik yang berkembang di ruang demokrasi, yang semestinya tidak lagi tertarik dengan segala model kekuasaan teokratis yang membelenggu.

Faktanya, berdasarkan penelitian saya dan sejumlah kolega di 20 provinsi di Indonesia pada 2013, mayoritas masyarakat Indonesia percaya NKRI dan Pancasila merupakan harga mati. Mereka juga sangat sensitif terhadap kelompok-kelompok radikal yang dipercaya menyalahgunakan doktrin jihad untuk tujuan politik.

Saya khawatir, jika dihadapi dengan cara yang tidak demokratis, apalagi pembubaran tanpa melalui proses hukum, ide-ide HTI justru akan semakin mendapat pembenaran dan beresonansi luas di kalangan masyarakat Indonesia. Hal ini berbahaya karena masyarakat kita sedang didera mentalitas kecemasan dan perasaan terancam serta kepercayaan yang terlalu tinggi terhadap hal-hal yang berbau konspiratif. Ketiga hal inilah yang ternyata menjadi faktor utama yang menggerakkan semangat intoleransi masyarakat Indonesia, yang menyalakan api peristiwa 411, 212, dan aksi-aksi serupa lainnya. Janganlah masalah mendasar ini terabaikan karena kita tertipu bumbu-bumbu penyedap wacana yang ditabur HTI. Apalagi kalau kita sampai kembali terjerembab ke dalam jurang otoritarianisme.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Komisi Luar Negeri DPR Sebut Penembakan Donald Trump Jadi Momen Pengingat Berdemokrasi

11 hari lalu

Kandidat presiden dari Partai Republik dan mantan Presiden AS Donald Trump memberi isyarat saat ia masuk ke dalam kendaraan dengan bantuan personel Secret Service AS setelah ia tertembak di telinga kanannya saat kampanye di Butler Farm Show di Butler, Pennsylvania, AS, 13 Juli  2024. Setelah dirawat di rumah sakit terdekat, Trump sudah diperbolehkan pulang. REUTERS/Brendan McDermid
Komisi Luar Negeri DPR Sebut Penembakan Donald Trump Jadi Momen Pengingat Berdemokrasi

Penembakan terhadap Donald Trump merupakan bentuk kekerasan politik yang tidak boleh ditoleransi.


Dekrit Presiden 5 Juli 1959 Pembubaran Konstituante dan Pembentukan MPRS dan DPAS, Begini Bunyinya

21 hari lalu

Presiden pertama RI, Sukarno, berpidato di hadapan delegasi Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung, 1955. Bung Karno menunjukkan karismanya di hadapan kepala negara dari Asia dan Afrika. Lisa Larsen/The LIFE Picture Collection/Getty Images
Dekrit Presiden 5 Juli 1959 Pembubaran Konstituante dan Pembentukan MPRS dan DPAS, Begini Bunyinya

Dekrit Presiden 5 Juli 1959 adalah keputusan penting dalam sejarah Indonesia pasca kemerdekaan. Isinya mencakup beberapa poin utama ini.


Mahkamah Agung AS Putuskan Donald Trump Kebal Hukum, Joe Biden Berang

23 hari lalu

Kandidat Partai Demokrat, Presiden AS Joe Biden, berbicara dalam debat presiden dengan kandidat Partai Republik, mantan Presiden AS Donald Trump, di Atlanta, Georgia, AS, 27 Juni 2024. REUTERS/Brian Snyder
Mahkamah Agung AS Putuskan Donald Trump Kebal Hukum, Joe Biden Berang

Joe Biden menyebut keputusan Mahkamah Agung mengenai Donald Trump memiliki kekebalan hukum merupakan preseden berbahaya.


Anggota Parlemen Thailand Berkunjung ke Tempo Belajar Demokrasi dan Kebebasan Pers

27 hari lalu

Tokoh Move Forward Party dari Thailand saat mengunjungi Kantor TEMPO Media Grup di Jalan Pal Merah, Jakarta, Kamis 27 Juni 2024. TEMPO/Subekti.
Anggota Parlemen Thailand Berkunjung ke Tempo Belajar Demokrasi dan Kebebasan Pers

Anggota parlemen Thailand berkunjung ke Tempo mempelajari demokrasi, kebebasan pers dan berpendapat, serta antikorupsi.


Partai Move Forward: Masih Ada Sisa-Sisa Rezim Militer di Thailand

28 hari lalu

Tokoh Move Forward Party dari Thailand saat mengunjungi Kantor TEMPO Media Grup di Jalan Pal Merah, Jakarta, Kamis 27 Juni 2024. TEMPO/Subekti.
Partai Move Forward: Masih Ada Sisa-Sisa Rezim Militer di Thailand

Juru bicara Partai Gerakan Maju (MFP) berkomentar tentang kondisi demokrasi di Thailand. Ia berpendapat masih ada sisa-sisa rezim militer di negara tersebut.


Terancam Dibubarkan, Partai Move Forward akan Tetap Dorong Demokratisasi di Thailand

29 hari lalu

Tokoh Move Forward Party dari Thailand saat mengunjungi Kantor TEMPO Media Grup di Jalan Pal Merah, Jakarta, Kamis 27 Juni 2024. TEMPO/Subekti.
Terancam Dibubarkan, Partai Move Forward akan Tetap Dorong Demokratisasi di Thailand

Dalam wawancara khusus dengan Tempo, juru bicara Move Forward Party (MFP) memastikan mereka akan terus memperjuangkan demokrasi di Thailand.


Istana Respons Mahkamah Rakyat Adili Jokowi: Lazim dalam Demokrasi

31 hari lalu

Majelis hakim People's Tribunal atau Pengadilan Rakyat yang dinamakan Mahkamah Rakyat Luar Biasa di Wisma Makara, Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Selasa 25 Juni 2024. Sidang berisikan agenda menggugat Presiden Joko Widodo alias Jokowi atas berbagai kebijakan yang dikeluarkan pemerintahannya. Dalam gugatan tersebut, Mahkamah Rakyat Luar Biasa menyebutkan bakal mengadili sembilan dosa atau
Istana Respons Mahkamah Rakyat Adili Jokowi: Lazim dalam Demokrasi

Koordinator Staf Khusus Presiden Ari Dwipayana merespons Mahkamah Rakyat yang mengadili Jokowi. Apa katanya?


Romo Magnis Sebut Demokrasi Habis Jika Tak ada Partai Oposisi

36 hari lalu

Profesor Filsafat STF Driyarkara Franz Magnis-Suseno menjadi saksi ahli saat sidang lanjutan sengketa hasil pilpres 2024 di Mahkamah Konstitusi, Jakarta, Selasa, 2 April 2024. Sidang tersebut beragenda mendengarkan keterangan saksi dan saksi ahli yang dihadirkan oleh pemohon Tim Hukum pasangan Ganjar-Mahfud. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
Romo Magnis Sebut Demokrasi Habis Jika Tak ada Partai Oposisi

Romo Magnis khawatir, jika pemerintahan saat ini didukung oleh hampir semua partai maka lembaga eksekutif dapat berbuat seenaknya.


Kemenkopolhukam Rilis Indeks Demokrasi Indonesia 2023, Hambatan Kebebasan Berpendapat dan Pers Meningkat

45 hari lalu

Massa yang tergabung dalam Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta dan Forum Jurnalis Freelance melakukan aksi damai di depan Kedutaan Besar Myanmar, Jakarta, Jumat, 7 September 2018. Vonis ini dianggap ancaman bagi kebebasan pers dan kemunduran demokrasi di negara Myanmar. TEMPO/Muhammad Hidayat
Kemenkopolhukam Rilis Indeks Demokrasi Indonesia 2023, Hambatan Kebebasan Berpendapat dan Pers Meningkat

Kemenkopolhukam merilis Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) 2023 yang mengalami penurunan.


Mahkamah Konstitusi Thailand Akan Pertimbangkan Petisi Pembubaran Partai Move Forward

45 hari lalu

Pemimpin Partai Move Forward, Pita Limjaroenrat berbicara kepada media usai pertemuan dengan mitra koalisi di Bangkok, Thailand, 18 Mei 2023. REUTERS/Athit Perawongmetha
Mahkamah Konstitusi Thailand Akan Pertimbangkan Petisi Pembubaran Partai Move Forward

Mahkamah Konstitusi Thailand memutuskan akan mempertimbangkan petisi dari Komisi Pemilihan Umum yang ingin membubarkan Partai Move Forward