Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Serena Mencari Cinta  

Oleh

image-gnews
Film Serena (2014)
Film Serena (2014)
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta- Sebuah film yang menjanjikan karena pemainnya papan atas dan diangkat dari novel yang laku ternyata tak menjamin kualitas.

***

Semula Serena menjanjikan sesuatu yang menarik. Hampir semua aspek dari film ini seolah-olah memenuhi persyaratan film yang baik. Pertama, pemain utamanya adalah pasangan “bangsawan” Hollywood yang tengah diperebutkan semua studio besar: Jennifer Lawrence dan Bradley Cooper. Mereka pernah tampil bersama dalam film Silver Linings Playbook dan American Hustle, yang sama-sama disutradarai David O. Russell, yang memperlihatkan bagaimana kedua aktor itu bisa bekerja sama dengan baik. Kedua, cerita yang diadaptasi dari novel karya Ron Rash dengan judul yang sama ini berkisah tentang pasangan Pemberton, pengusaha kayu Amerika, menghadapi era depresi ekonomi: kisah cinta, politik, bisnis, sekaligus thriller. Bukankah itu menjanjikan?

Paling tidak, menit-menit pertama film ini sudah memberikan pembukaan yang menarik.

Sutradara Susanne Bier menjanjikan sebuah romantisisme. George Pemberton adalah pengusaha kayu North Carolina yang bertahan menghadapi deraan era depresi ekonomi. Pertemuannya dengan Serena terjadi setelah kejar-mengejar di atas kuda. Adegan itu begitu romantis dan penuh berahi: “Sebaiknya kita kawin saja,” demikian George pada pertemuan pertama itu. Sutradara Bier memberikan adegan awal yang penuh harapan.

Perkawinan keduanya berjalan begitu segera. Putri seorang raja kayu dari kawasan lain begitu saja masuk ke perkawinan dan kehidupan bisnis George. Kita tak tahu siapa diri Serena, kecuali dia seorang perempuan yang tampaknya tak ragu melontarkan pemikirannya. Dengan pedas Serena mengatakan betapa malasnya para pekerja Pemberton (“Seharusnya pekerjaan yang mengambil waktu sembilan bulan ini bisa dikerjakan dalam waktu enam bulan”) dan dia juga dengan cekatan mencari solusi untuk mengatasi geliat rombongan ular yang mematuk para penebang kayu, yaitu dengan mengimpor burung elang. Dengan kata lain: Serena memberikan impresi kepada orang di sekelilingnya dan juga kepada penonton: dia seorang perempuan tangguh yang tak bakal menjadi istri yang “hanya berurusan dengan benang dan jarum belaka,” kata Serena kepada Buchanan (David Dencik), rekan bisnis suaminya.

Problem muncul ketika Serena yang semula digambarkan sebagai perempuan yang tangguh dan tak cengeng itu tiba-tiba saja menjadi Lady Macbeth dari hutan belantara North Carolina. Belakangan Serena menjadi pendorong suaminya untuk melakukan apa pun hingga dia lebih mirip “Lady Psychotic”. Semua orang yang dianggap menghalangi ambisi dan hasratnya harus dihabisi. Bukan hanya Buchanan yang harus disingkirkan, melainkan terlebih lagi putra hasil hubungan luar nikah antara George dan seorang pekerja perempuan. Ini pukulan terberat Serena, yang tak bisa mempunyai anak.

Paruh akhir film ini menjadi thriller, kejar-mengejar orang bayaran Serena dengan sang ibu dan bayinya. Serena akhirnya betul-betul berubah menjadi seperti seorang perempuan yang sekrup di dalam kepalanya sudah copot. Seluruh tingkah lakunya di luar kontrol.

Susanne Bier, sutradara asal Denmark, tampak tak berhasil membangun karakter Serena; karakter yang dengan segala kelemahan dan kelebihannya akan membuat penonton tetap membela dan menyayanginya. Karakter Serena bersama suaminya sama-sama menjadi tokoh datar yang bergerak berdasarkan impuls yang sama sekali tak meyakinkan kita. Bahkan kita tak pernah paham apa latar belakang psikologi Serena hingga dia menggenggam cinta pada suaminya hingga pada tahap obsesif.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

George Pemberton, sebagai seorang suami yang semula terlihat akomodatif, begitu saja menjadi suami yang kemudian diberi aplaus oleh khalayak karena dia menjadi “pahlawan penyelamat”.

Sebuah cerita dalam film atau karya fiksi memang membutuhkan perkembangan dan perubahan karakter, tapi perubahan ini tetap membutuhkan dukungan argumentasi mengapa tokoh-tokoh itu mengalami perubahan: menjadi monster, menjadi pembunuh, menjadi seseorang yang hilang akal. Proses itu harus tampil bukan sekadar sebagai syarat visualisasi. Penonton harus menjadi bagian dari perjalanan perubahan emosi itu.

Di luar sinematografi yang indah, film ini tak berhasil bercerita. Bahkan Jennifer Lawrence dan Bradley Cooper tak mampu menghidupkan cerita itu.

Leila S. Chudori

Serena

Sutradara: Susanne Bier

Skenario: Christopher Kyle
Berdasarkan novel Serena karya Ron Rash

Pemain: Jennifer Lawrence, Bradley Cooper

 

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Serba-Serbi Film Konser Aespa, Tayang April 2024

22 menit lalu

Grup idola K-pop, aespa. Foto: Instagram/@aespa_official
Serba-Serbi Film Konser Aespa, Tayang April 2024

Aespa akan merilis film konser berjudul Aespa: World Tour in Cinemas pada April 2024


Film dan Drakor yang Dibintangi Jeon So Nee

6 jam lalu

Jeon So Nee dalam serial Parasyte: The Grey. Dok. Netflix
Film dan Drakor yang Dibintangi Jeon So Nee

Parasyte: The Grey akan tayang pada di Netflix, Jumat, 5 April 2024 di Netflix. Jeon So Nee menjadi pemeran utama serial ini


Profil Pemeran Utama Godzilla x Kong: The New Empire

23 jam lalu

Godzilla x Kong: The New Empire. Foto: Warner Bros.
Profil Pemeran Utama Godzilla x Kong: The New Empire

Film Godzilla x Kong: The New Empire tayang pada 27 Maret 2024


5 Film Disney dengan Lagu Ikonik yang Cocok untuk Nostalgia

1 hari lalu

High School Musical. Dok. Disney+ Hotstar
5 Film Disney dengan Lagu Ikonik yang Cocok untuk Nostalgia

Daftar film Disney yang memiliki lagu ikonik tak terlupakan yang cocok untuk bernostalgia bersama keluarga dan sahabat.


8 Film Bioskop Indonesia Terbaru yang Tayang di Netflix pada 2024

2 hari lalu

Sederet film Indonesia yang tayang di bioskop akan tayang di Netflix pada 2024. Dok. Netflix
8 Film Bioskop Indonesia Terbaru yang Tayang di Netflix pada 2024

Tahun ini, Netflix menargetkan lebih dari 50 film Indonesia yang tayang di bioskop untuk masuk ke dalam platform, berikut 8 di antaranya.


Dibintangi Ma Dong Seok, Ini Sinopsis The Roundup: Punishment

4 hari lalu

Don Lee atau Ma Dong Seok dalam film The Roundup: Punishment. Dok. ABO Entertainment
Dibintangi Ma Dong Seok, Ini Sinopsis The Roundup: Punishment

Cerita film The Roundup: Punishment berpusat detektif Ma Seok do (Ma Dong Seok) yang bergabung dengan Tim Investigasi Siber


Netflix akan Menayangkan The Tearsmith, Simak Sinopsis Film Ini

6 hari lalu

The Tearsmith. Foto : Imdb
Netflix akan Menayangkan The Tearsmith, Simak Sinopsis Film Ini

Netflix mengumumkan tanggal tayang The Tearsmith, pada 4 April 2024


4 Perbedaan Road House Tahun 2024 dan 1989

7 hari lalu

Film Road House yang tayang di Prime Video. (dok. Prime Video)
4 Perbedaan Road House Tahun 2024 dan 1989

Road House (2024) merupakan konsep ulang dari film klasik tahun 1989 yang berjudul sama


10 Film di Bioskop Terbaru Maret-April 2024 yang Bisa Ditonton

8 hari lalu

Poster Badarawuhi di Desa Penari. Foto: Instagram.
10 Film di Bioskop Terbaru Maret-April 2024 yang Bisa Ditonton

Ada beberapa film di bioskop terbaru yang cocok Anda tonton. Di antaranya ada Godzilla x Kong: The New Empire hingga Badarawuhi.


Metamorfosa Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono, Puisi ke Layar Lebar

8 hari lalu

Aktor Koutaro Kakimoto (kiri), Velove Vexia, dan sutradara Hestu Saputra dalam Meet and Greet Film Hujan Bulan Juni di Jakarta, 1 November 2017. Film ini bercerita tentang kisah cinta dosen bernama Pingkan (Velove Vexia), dengan sang kekasih Sarwono (Adipati Dolken). Tempo/ Fakhri Hermansyah
Metamorfosa Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono, Puisi ke Layar Lebar

Puisi Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono telah bermetamorfosa dalam banyak bentuk, mulai dari komik, novel, hingga film.