Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Pemilihan Rektor oleh Presiden

image-profil

image-gnews
Iklan

Darmaningtyas
Pengurus Keluarga Besar Taman Siswa

Pemilihan rektor di perguruan tinggi negeri kita selalu penuh hiruk-pikuk dengan politik primordialisme dan sektarianisme. Tidak jarang proses pemilihan menimbulkan gesekan antar-civitas academica berdasarkan ideologi atau agama yang dianut dan kadang berakhir di pengadilan karena saling gugat, mirip seperti pemilihan kepala daerah. Seorang kolega yang pernah ikut bertarung dalam pemilihan rektor mengaku dilobi dari kelompok tertentu yang siap mendukung. Tapi, kompensasinya, bila terpilih menjadi rektor, asistensi pendidikan agama mereka pegang.

Asistensi pendidikan agama di perguruan tinggi negeri menjadi rebutan kelompok-kelompok tertentu karena merupakan ruang yang sangat strategis untuk melakukan kaderisasi maupun indoktrinasi kepada kaum muda potensial. Hampir semua perguruan tinggi negeri menempatkan jadwal asistensi agama pada masa-masa awal kuliah, saat pemikiran mahasiswa masih jernih dan mudah diarahkan sesuai dengan kehendak dosen atau mentor. Siapa yang menguasai ruang tersebut akan menggenggam suara mahasiswa, dan menggenggam suara mahasiswa berarti menggenggam masa depan politik di negeri ini.

Jadi, wajar, bila saat pemilihan rektor di perguruan tinggi, hak pemberi asistensi pendidikan agama menjadi alat posisi tawar antara calon rektor dan pendukungnya. Padahal kampus adalah lembaga ilmiah. Pertarungan calon pemimpin di perguruan tinggi negeri semestinya pertarungan gagasan, pemikiran, dan program yang akan dilakukan bila terpilih menjadi rektor.

Kecenderungan membawa kampus ke institusi yang lebih bersifat politis dan tidak ilmiah itu bukanlah hal baru. Sewaktu menjabat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada 1978-1983, Daoed Joesoef memandang penting untuk menormalkan kehidupan kampus sebagai lembaga ilmiah melalui program Normalisasi Kehidupan Kampus/Badan Koordinasi Kampus (NKK/BKK). Daoed saat itu menengarai adanya kecenderungan kampus sebagai lembaga politik praktis sehingga memunculkan gesekan antar-civitas academica berdasarkan suku, agama, dan afiliasi politiknya.

Konsep NKK/BKK saat itu ditolak dan menimbulkan gelombang protes besar di kampus-kampus karena dinilai sebagai proses depolitisasi kampus. Namun, ketika kita sekarang merasakan polutifnya kampus-kampus dari penetrasi berbagai ideologi yang bertentangan dengan Pancasila, kita baru menyadari kebenaran konsep tersebut.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Melihat perkembangan situasi politik kampus-kampus yang sudah dikuasai oleh kaum yang anti-Pancasila dan lebih suka mengusung ideologi khilafah, muncul wacana baru bahwa pemilihan rektor di perguruan tinggi negeri akan dilakukan oleh presiden. Wacana itu tidak terlepas dari fenomena merebaknya paham radikalisme di kampus-kampus tersebut. Kampus pun dipakai untuk deklarasi negara khilafah oleh para mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi. Bahkan ada sejumlah guru besar di sana yang terang-terangan mendukung berdirinya negara khilafah.

Gagasan pemilihan rektor oleh presiden sebetulnya secara yuridis tidak bertentangan dengan undang-undang. Sebab, dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, pemerintah, yang diwakili oleh Menteri Riset dan Pendidikan Tinggi memiliki 35 persen suara dalam pemilihan rektor di perguruan tinggi negeri. Apalagi, berdasarkan pengalaman selama ini, suara pemerintah amat menentukan seseorang terpilih menjadi rektor atau tidak.

Namun pemilihan rektor oleh presiden itu cukup dilematis. Di satu sisi, perkembangan perguruan tinggi pasca-reformasi, terutama menyangkut otonomi kampus, sudah cukup jauh, termasuk dalam menentukan biaya yang harus ditanggung oleh mahasiswa. Bila rektor dipilih oleh presiden, baik-tidaknya amat bergantung pada sosok presiden yang mampu memilih calon rektor secara bijak.

Namun, di sisi lain, bila pemilihan rektor dilepas seperti selama ini, konstelasi kampus-kampus amat bergantung pada dominasi organisasi mahasiswa di sana. Hal itu mengingat formasi sivitas akademika di kampus-kampus tidak terlepas dari dominasi organisasi ekstra mahasiswanya. Bila organisasi ekstra mahasiswa yang kuat HMI, yang direkrut menjadi dosen adalah mayoritas berlatar belakang HMI, dan secara otomatis rektor yang akan terpilih pun dari HMI. Demikian pula bila organisasi ekstra yang dominan itu GMNI, secara otomatis yang direkrut menjadi dosen mayoritas berlatar belakang GMNI dan demikian pula rektor yang akan terpilih. Intervensi presiden dalam pemilihan rektor dapat memotong siklus yang tidak sehat seperti itu dan mendorong ke kondisi yang lebih obyektif rasional (berdasarkan kompetensi).

Namun yang lebih utama lagi adalah memunculkan calon-calon pemimpin yang memang kompeten. Berdasarkan pengalaman selama ini, formasi dosen perlu dirombak dalam hal rekrutmen dosen baru agar lebih obyektif dengan mendasarkan pada kompetensi akademis, sosial, dan profesional; bukan berdasarkan afiliasi organisasi, apalagi berdasarkan suku dan agama.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Begini Persiapan Jokowi Ngantor dan Gelar Sidang Kabinet di IKN

17 menit lalu

Tunggu Kesiapan Infrastruktur di IKN, Jokowi: Sidang Kabinet, Masa Lesehan
Begini Persiapan Jokowi Ngantor dan Gelar Sidang Kabinet di IKN

Presiden Joko Widodo alias Jokowi akan berkantor di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara pada 28 Juli 2024. Seperti apa persiapannya?


Alasan di Balik Keputusan Jokowi Memberi Izin Tambang untuk Ormas Keagamaan

6 jam lalu

Presiden Joko Widodo menyapa anak-anak yang menyambutnya saat tiba di Istora Papua Bangkit, Jayapura, Selasa 23 Juli 2024. Presiden menghadiri peringatan Hari Anak Nasional Ke-40 bertema
Alasan di Balik Keputusan Jokowi Memberi Izin Tambang untuk Ormas Keagamaan

Presiden Joko Widodo alias Jokowi blak-blakan soal alasan di balik penerbitan PP Nomor 25 Tahun 2024 yang mengatur pemberian izin usaha pertambangan atau IUP untuk ormas keagamaan.


Jokowi Sebut Daya Saing Indonesia Naik ke Posisi 27 di Dunia, Apa Saja Pemicunya?

15 jam lalu

Presiden Joko Widodo menyampaikan keterangan pers ketika mengunjungi rumah duka Wakil Presiden ke-9 RI Hamzah Haz, yang wafat di Jakarta pada Rabu (24/7/2024). (ANTARA/Bagus Ahmad Rizaldi)
Jokowi Sebut Daya Saing Indonesia Naik ke Posisi 27 di Dunia, Apa Saja Pemicunya?

Jokowi mengatakan naiknya peringkat daya saing Indonesia disebabkan sejumlah hal. Di antaranya, performa pertumbuhan ekonomi


Furnitur dan Perabotan Sudah Tiba di IKN, Presiden Sudah Bisa Berkantor di Ibu Kota Baru Sebelum HUT RI

18 jam lalu

Lanskap Desain Istana Kepresidenan Nusantara di Ibu Kota Negara, Kalimantan. (Foto: Dok. Nyoman Nuarta).
Furnitur dan Perabotan Sudah Tiba di IKN, Presiden Sudah Bisa Berkantor di Ibu Kota Baru Sebelum HUT RI

Berdasarkan informasi dari Sekretariat Presiden dan Sekretariat Negara , furnitur atau perabotan untuk Kantor dan Istana Presiden telah sampai di IKN


Golden Visa Diluncurkan Jokowi, Bank Mandiri Penyedia Layanan Terintegrasi Pertama

1 hari lalu

Tamu mengikuti Coaching Clinic usai acara peluncuran Golden Visa di Jakarta, Kamis, 25 Juli 2024. Golden Visa merupakan layanan yang bisa memberikan izin tinggal bagi warga negara asing (WNA) dalam waktu lima sampai 10 tahun dengan syarat berinvestasi di Indonesia dalam jumlah yang ditentukan. TEMPO/Martin Yogi Pardamean
Golden Visa Diluncurkan Jokowi, Bank Mandiri Penyedia Layanan Terintegrasi Pertama

Presiden Joko Widodo atau Jokowi resmi meluncurkan golden visa. Bank Mandiri menjadi bank pertama yang memberi layanan terintegrasi.


Diluncurkan Jokowi, Golden Visa Pertama untuk Shin Tae-yong

1 hari lalu

Presiden Jokowi (kiri) memberikan Golden Visa kepada Pelatih Sepak Bola Tim Nasional Indonesia Shin Tae-yong (keempat kiri) disaksikan oleh Menkum HAM Yasonna Laoly (kedua kiri), Dirjen Imigrasi Kemenkumham Silmy Karim (ketiga kiri), Sekretaris Kabinet Pramono Anung (kelima kiri) dalam acara peluncuran Golden Visa di Jakarta, Kamis, 25 Juli 2024. Presiden mengatakan layanan Golden Visa diharapkan dapat memberi kemudahan bagi warga negara asing (WNA) dalam berinvestasi dan berkarya di Indonesia yang menargetkan investor dan pebisnis internasional, talenta global, dan wisatawan mancanegara yang memenuhi kriteria. ANTARA/Erlangga Bregas Prakoso
Diluncurkan Jokowi, Golden Visa Pertama untuk Shin Tae-yong

Presiden Joko Widodo (Jokowi) meluncurkan Golden Visa. Golden Visa pertama diberikan kepada Pelatih Tim Nasional Indonesia, Shin Tae-yong.


Nama Kaesang Menguat di Pilgub Jateng, Begini Tanggapan Ganjar Pranowo

2 hari lalu

Kaesang Diprediksi Bakal Menguat di Pilgub Jateng Setelah Sudaryono Dilantik Jadi Wamentan
Nama Kaesang Menguat di Pilgub Jateng, Begini Tanggapan Ganjar Pranowo

Ganjar Pranowo menanggapi menguatnya nama Kaesang Pangarep di bursa Pilgub Jawa Tengah.


Terkini: Beda BPOM dan SGS Mengenai Pengawet Roti Aoka dan Okko, Tiket Pesawat akan Turun sebelum Jokowi Diganti Prabowo

3 hari lalu

Roti Okko dan Aoka (rotiokko.com/ ptindonesiabakeryfamily.com)
Terkini: Beda BPOM dan SGS Mengenai Pengawet Roti Aoka dan Okko, Tiket Pesawat akan Turun sebelum Jokowi Diganti Prabowo

Berita terkini: BPOM dan SGS beda pendapat mengenai dugaan pengawet kosmetik di roti Aoka dan Okko. Tiket pesawat akan turun sebelum Jokowi diganti Pr


Pasokan dan Harga Sembako Berpotensi Naik saat Pilkada Serentak

4 hari lalu

Ilustrasi pembelian Sembako. TEMPO/Subekti.
Pasokan dan Harga Sembako Berpotensi Naik saat Pilkada Serentak

Badan Pangan Nasional (Bapanas) mengantisipasi permintaan pasokan dan harga sembako yang berpotensi mengalami lonjakan saat Pilkada.


Pesan Jokowi di Hari Anak Nasional: Belajar, Belajar, Belajar

4 hari lalu

Presiden Joko Widodo (depan, kiri) dan Ibu Negara Iriana Joko Widodo (depan, kanan) saat menghadiri peringatan Hari Anak Nasional Ke-40 di Istora Papua Bangkit, Jayapura, Papua, Selasa  23 Juli 2024. Hari Anak Nasional bertema
Pesan Jokowi di Hari Anak Nasional: Belajar, Belajar, Belajar

Jokowi menilai sebagai masa depan bangsa, anak-anak Indonesia harus dipersiapkan dengan baik.