Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Cinta dalam Seorang Garin

Oleh

image-gnews
Film Aach... Aku Jatuh Cinta yang diperankan oleh Pevita Pearce dan Chicco Jerikho
Film Aach... Aku Jatuh Cinta yang diperankan oleh Pevita Pearce dan Chicco Jerikho
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta- Sebuah film terbaru Garin Nugroho, yang sekali lagi bermain-main dengan tema cinta remaja. Penuh warna, banyak puisi dan rayu merayu.

*** 

Setiap kali sutradara Garin Nugroho berbicara cinta, dia merasa harus menggunakan puisi. Mungkin karena itulah puisi dianggap sebagai alat untuk menggerakkan hati perempuan. Film debut Garin Nugroho yang mengejutkan dunia perfilman Indonesia, yang di ambang kerontokan saat itu, film Cinta dalam Sepotong Roti (1991) menggunakan serangkaian puisi Sapardi Djoko Damono, yang tak hanya puitik melalui teks, tetapi juga melalui gambar.  Melalui film pertamanya itu, Garin memperlihatkan  sensualitas bisa lahir dengan adegan subtil dan puitis yang sekaligus berkisah tentang emosi para tokohnya.

Dalam film terbarunya Ach...Aku Jatuh Cinta, Garin mencoba bermain-main dengan nostalgia. “Film cinta yang lebay (berlebihan-red),” demikian kata Garin Nugroho. Maka dengan judul yang  dibuat “remaja”, meski tak konsisten dengan ejaan antara “Aach” dan “jatuh cinta”, Garin kemudian mencoba menceburkan penonton pada suasana dagelan cinta remaja.

Sejak dulu saya menganggap dua genre tersulit dalam film adalah komedi, karena urat lucu setiap orang sangat berbeda. Jika urat lucu Garin pada awal film ini belum tentu sinkron dengan urat lucu (sebagian) penonton, karena “toilet-joke” –alias humor yang melibatkan kotoran manusia secara visual—bukan humor yang menarik sama sekali. Bahwa Garin memulai menit-menit pertama dengan humor ini adalah sebuah keputusan yang fatal, karena daya tarik babak-babak berikutnya menjadi terlempar jauh ke sungai.

Tapi demi Garin Nugroho, kita “black-out” adegan itu dari pikiran dan jiwa, dan memulai kenikmatan dari plot khas Romeo and Juliet yang dibuat “melayu”, Indonesia di tahun 1970-an dengan nama-nama seperti Rumi (Chicco Jerikho), putera pengusaha limun –minuman sari buah yang populer di tahun 1970-an—yang mengagumi penyair sufi Persia Jalaluddin Rumi. Lalu ada Yulia (Pevita Pearce), puteri dari perkawinan campur. Ayah lelaki Belanda, Ibu Jawa dan anak indo cantik dengan suara serak basah mendayu. Sejak kecil keduanya lebih sering bertengkar untuk persoalan remeh temeh. Rumi anak lelaki iseng yang tak tahu paham hatinya sendiri selain selalu jahil kepada perempuan yang disukainya: menggodanya, mencabut beha-nya, mencibirnya hanya karena dia mengenakan gincu. Perempuan itu, Yulia tentu saja cemberut, merengek, mendayu. Seluruh dunia tahu mereka saling menyukai. Hanya mereka saja yang tidak tahu, atau berpura-pura.

Mungkin Garin mempunyai obsesi dengan film musikal sehingga tokoh-tokohnya selalu saja menyanyi atau menari. Sejauh ini, yang paling berhasil adalah film Opera Jawa yang pernah dipilih sebagai Film Pilihan Tempo tahun 2006.

Dalam film ini, tentu saja Garin ingin jenaka. Rumi dan Yulia adalah perwakilan remaja tahun 1970an. Rumi mengenakan cutbray, berambut minyak dan berlagak seperti Elvis Melayu dia mengutip ayat-ayat Jalaluddin Rumi di atas tumpukan jerami tebu.  Lantas Yulia akan menjawab dengan airmata berlinang-linang: “ Rumi, kenapa kau selalu memperlakukan aku seperti iniiii?”

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Lebay? Tentu. Memang itu tujuan Garin. Ia ingin menampilkan bagaimana cinta dan asmara bisa sekaligus menjadi serangkaian kekonyolan yang sebetulnya terjadi pada kita semua –meski tak ingin kita akui. Airmata, saling mengutip puisi, saling jengkel diselingi oleh beberapa adegan tragis sekaligus lucu. Ada saat –saat Garin mengetukkan jari pada notasi yang tepat, misalnya adegan Ibu Yulia yang menjadi tukang jahit dan didatangi oleh lelaki –sang Ibu masih muda dan cantik—atau Ayah Yulia yang dengan enteng mengepak, meninggalkan isteri dengan kalimat yang kurang ajar: “zaman sudah berubah. It’s over now. Daaag...” lantas adegan-adegan sentimental saat sang Ibu berjualan setup jambu. Tapi ada pula saat Garin meletakkan semua penjelasan pada klimaks cerita (ibu Yulia yang berpanjang-panjang menceritakan latarbelakang perkawinannya dengan sang suami Belanda) atau Rumi di antara reruntuhan candi yang berpanjang-panjang menjelaskan mengapa dia tak kunjung berani menyatakan cinta. Pokoknya dari serangkaian gambar menarik—meski tak semua konsisten dengan setting 1970-an itu—tiba-tiba ada saat tokoh-tokohnya disuruh banyak berbicara.

Bahwa Garin kemudian menggunakan beberapa adegan panggung dan teater di mana Rumi bersembunyi sebagai pembisik dialog, itu adalah kelebihan Garin yang selalu bisa mengaburkan batas realita dan imaji. Tetapi ketika  Garin mencoba memasukkan persoalan sosial politik , maka terasa para tokohnya dipaksakan untuk terjun ke dunia realita.

Chicco Jerikho dan Pevita Pearce tampil pas. Yang problem adalah Ibu Yulia (Annisa Hertami) , betapapun dia mengenakan kebaya dan berkonde, tetap terlihat sama usianya dengan anaknya (Pevita Pearce).

Tapi pelajaran terbaru penonton film Garin: saat ada cinta dalam Garin maka apa saja bisa terjadi dalam film-filmnya.  Sebagai penontonnya sejak film pertama Garin, saya merindukan karya-karyanya yang melibatkan persoalan sosial seperti Daun di Atas Bantal (1998) atau Rindu Kami PadaMu (2004), karena dalam film-film ini kekenesan Garin menguap. 

Leila S.Chudori


AACH...AKU JATUH CINTA

Sutradara :
Garin Nugroho

Skenario : Garin Nugroho
Pemain : Pevita Pearce, Chicco Jerikho
Produksi : MVP Pictures



Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Komika Arie Kriting Besut Film Kaka Boss, Berikut Film Lain yang Dibintanginya Termasuk Agak Laen

2 jam lalu

Stand Up Comedian Arie Kriting dengan gaya khas orang Timur tampil menghibur penonton di ajang Tujuh Hari Untuk Kemenangan Rakyat di Teater Salihara, Jakarta,  19 Juli 2014. TEMPO/Nurdiansah
Komika Arie Kriting Besut Film Kaka Boss, Berikut Film Lain yang Dibintanginya Termasuk Agak Laen

Arie Kriting menjadi sutradara film Kaka Boss. Sebelumnya, ia telah bermain dalam beberapa film termasuk Agak Laen.


Sinopsis dan Pemain Film Korea Dead Man, Angkat Kasus Penggelapan Uang

12 jam lalu

Film Dead Man. Dok. Vidio
Sinopsis dan Pemain Film Korea Dead Man, Angkat Kasus Penggelapan Uang

Film Korea Dead Man mengikuti kisah menegangkan Cho Jin Woong dan Kim Hee Ae yang terjebak kasus penggelapan uang.


Cerita Lukman Sardi Tinggal dengan Orang Tua Angkat saat Syuting Kabut Berduri

1 hari lalu

Lukman Sardi setelah private screening film Kabut Berduri di Jakarta, Kamis, 11 Juli 2024. Dok. Netflix
Cerita Lukman Sardi Tinggal dengan Orang Tua Angkat saat Syuting Kabut Berduri

Lukman Sardi menceritakan pengalamannya yang sangat berkesan ketika tinggal di Rumah Panjang saat syuting film Kabut Berduri di Kalimantan.


Transformasi Timothee Chalamet sebagai Bob Dylan dalam Trailer A Complete Unknown

1 hari lalu

Timothee Chalamet sebagai Bob Dylan dalam trailer film A Complete Unknown. Foto: YouTube
Transformasi Timothee Chalamet sebagai Bob Dylan dalam Trailer A Complete Unknown

Perubahan penampilan Timothee Chalamet yang mengikuti gaya berpakaian Bob Dylan dalam trailer A Complete Unknown.


Film Kaka Boss Rilis Trailer Resmi, Tonjolkan Dinamika Hubungan Ayah dan Anak

1 hari lalu

Mamat Alkatiri, Elsa Japasal, Aurel Mayori, Abdur Arsyad, Chun Funky Papua, dan Ernest Prakasa di acara konferensi pers sekaligus penayangan official trailer film Kaka Boss yang diadakan di Epicentrum, Jakarta Selatan pada Rabu, 24 Juli 2024. TEMPO/Hanin Marwah
Film Kaka Boss Rilis Trailer Resmi, Tonjolkan Dinamika Hubungan Ayah dan Anak

Film Kaka Boss dibintangi oleh Godfred Orindeod tentang drama keluarga dari Indonesia Timur yang tinggal di Jakarta.


Inside Out 2 Kalahkan Frozen 2 sebagai Film Animasi Terlaris Sepanjang Sejarah

1 hari lalu

Film Inside Out 2. Foto: Instagram/@pixar
Inside Out 2 Kalahkan Frozen 2 sebagai Film Animasi Terlaris Sepanjang Sejarah

Inside Out 2 menjadi film animasi terlaris sepanjang masa di box office seluruh dunia setelah mengalahkan Frozen 2.


Selain Drama Korea Our Movie, Ini Deretan Karya Sineas yang Menceritakan Industri Film

2 hari lalu

Poster film The Fabelmans. Foto: Wikipedia.
Selain Drama Korea Our Movie, Ini Deretan Karya Sineas yang Menceritakan Industri Film

Drama Korea Our Movie menambah daftar karya sineas yang menceritakan tentang seluk beluk dunia film.


Film Kaka Boss Berawal dari Keresahan Arie Kriting, tentang Keluarga Indonesia Timur

2 hari lalu

Arie Kriting, Putri Nere, Glory Hillary, dan Godfred Orindeod di acara konferensi pers sekaligus penayangan official trailer film Kaka Boss yang diadakan di Epicentrum, Jakarta Selatan pada Rabu, 24 Juli 2024. TEMPO/Hanin Marwah
Film Kaka Boss Berawal dari Keresahan Arie Kriting, tentang Keluarga Indonesia Timur

Kaka Boss disutradarai oleh Arie Kriting menghadirkan drama keluarga Indonesia Timur yang berfokus pada hubungan ayah dan anak.


Sutradara Incaran untuk Film Baru Avengers, Mengenal Russo Bersaudara

2 hari lalu

Robert Downey Jr. dalam Avengers: Endgame (2019)
Sutradara Incaran untuk Film Baru Avengers, Mengenal Russo Bersaudara

Joe Russo dan Anthony Russo sedang dalam tahap awal pembicaraan dengan Marvel Studios untuk menggarap dua film baru Avengers


Deretan Film Petualangan Doraemon dan Nobita, Variasi Alur Cerita dan Populer

3 hari lalu

Poster film Doraemon: Nobita's Earth Symphony. Foto: Wikipedia
Deretan Film Petualangan Doraemon dan Nobita, Variasi Alur Cerita dan Populer

Doraemon: Nobita's Earth Symphony film ke-43 dari waralaba Doraemon