Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Segregasi

Oleh

image-gnews
Iklan

MARI kita lihat foto lama. Ada papan pengumuman di sebuah kota Amerika, sekitar tahun 1950-an, dengan kalimat tegas: NO NIGGERS, NO JEWS, NO DOGS.

Tak hanya satu. Di ruang publik lain tampak pemberitahuan di dinding toilet atau dekat keran air minum: sebelah sini untuk "kulit putih", sebelah sana untuk "kulit berwarna".

Segregasi, pemisahan: "Negro", "Yahudi", orang kulit kuning, cokelat, dan anjing tak boleh ada dalam posisi tertentu. Haram jika berubah. Sebuah Undang-Undang Perdata dari Virginia tahun 1847: "Barang siapa [orang kulit putih] hadir bersama budak, (atau) orang negro yang bebas... dengan tujuan mengajari mereka membaca atau menulis... akan dihukum penjara...."

Percampuran dilarangbahkan percampuran di tempat kencing. Putih harus untuk Putih. Kemurnian harus dijaga. Kalau perlu dengan kekerasan.

Pada pertengahan 1920-an Ku Klux Klanyang punya sejarah panjangmuncul kembali. Dengan jubah putih-putih bertanda salib dan bertopeng, organisasi "gelap" di wilayah berpenduduk Protestan menyebarkan kebencian terhadap orang hitam, Katolik, dan Yahudi. Sesekali mereka gantung sampai mati seorang "nigger" tanpa jelas salahnya. Merasa membawa sikap mayoritas Kristen dan kulit putih, 13 September 1926 mereka berparade di ibu kota, Washington, DC, dengan seragam dan panji-panji lengkap.

Sejarah tak berulang, tapi ada yang seakan-akan kembali dari masa lalu. Menjelang Trump jadi Presiden AS, David Duke, aktivis neo-Nazi dan Ku Klux Klan, tetap menegaskan: "Tujuan kita yang jelas haruslah kemajuan ras putih dan pemisahan ras putih dari ras hitam." Juga harus ada pembebasan media dan pemerintah Amerika dari "kepentingan Yahudi yang tersembunyi".

Ada "kami", ada "mereka" sebagai identitassemuanya dibangun dengan rasa curiga, cemburu, dan paranoia, diteguhkan dengan pemurnian.

Tak cuma di Amerika.

Dengan latar yang berbeda, di Indonesia, khususnya di kalangan yang lazim menyebut diri Islam, ada orang-orang yang tak putus dirundung waswas dan sebab itu di mana-mana menegakkan barikade. Kaum segregasionis macam ini seperti ketakutan memasuki dinamika yang khaotik yang membuat banyak hal, termasuk identitas, campur aduk. Dengan kata lain: cemas memasuki sejarah.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Apalagi bagi sementara kalangan Islam, terutama di Timur Tengah, sejarah mereka diinterupsi imperialisme yang datang dari Eropa. Interupsi itu tidak hanya menandai kekalahan penguasa-penguasa lokal dan menyisakan sakit hati, tapi juga membawa hal-hal yang "tak murni"meskipun sebelum itu pun tak pernah jelas apa sebenarnya yang "murni" itu, kecuali dalam hasrat dan angan-angan.

Tapi dengan hasrat dan angan-angan itulah mereka melihat dunia. Dengan kecurigaan yang akut, mereka mengharamkan banyak hal sebagai ancamantermasuk topi Santa dan trompet kertas. Mereka melihat perbedaan semata-mata sebagai antagonisme. Tiap titik singgung, tiap pertemuan, antara "kami" dan "mereka", harus ditampik. Di Malaysia, "Allah" hanya boleh dipakai orang Islam, meskipun di Timur Tengah kata itu disebut dalam doa Nasrani.

Tentu saja akhirnya akan sia-sia. Teknologi, modal, media, ilmu, musik (terutama musik pop), makanan, pakaian, dan entah apa lagi menghambur dari mana-mana. Selalu ada anasir "mereka" yang jadi "kami", dan "kami" tak berhenti sebagai seutuhnya "kami". Edward Said dalam Culture and Imperialism menunjukkan: di zaman ini, tak ada seorang pun yang semata-mata satu, murni, dan utuh. No one today is purely one thing.

Tapi memang tak mudah lepas dari obsesi kemurnian. Sejarah adalah perjumpaan, saling banding, saling saing peradaban. Ada yang kalah, ada yang menang. Perbedaan memang bukan semata-mata antagonisme, tapi juga bukan semata-mata harmoni. Perbedaan "hitam" dan "putih" di Amerika, misalnya, menunjukkan juga penindasan, paralel dengan perbedaan kaya dan miskin, dengan akhir yang kalah tak akan diacuhkan. Kata-kata Ralph Ellison dalam novel Invisible Man tentang keterpojokan orang hitam di Amerika: "I am invisible, understand, simply because people refuse to see me."

Dari sinilah yang disebut "politik identitas" berkembang: perjuangan bersama sehimpun manusia menolak untuk selamanya invisible, "tak tampak". Mereka menuntut diakui. Mereka membentuk satu identitas, mengibarkan satu bendera, dan bertarung dalam politics of recognition.

Perjuangan ini, juga oleh aktivis Islam, adil, sebagaimana gerakan feminisme ketika perempuan disepelekan. Tapi "politik identitas" juga bisa terbawa ke dalam bangunan identitas yang tertutup, yang ingin tak tercampur. Dengan itu diabaikan kemungkinan bahwa dalam dirinyakatakanlah "Islam", "hitam", "perempuan"juga ada konflik, ketidaksetaraan, perubahan. Segregasi yang dibentuk hanya menyembunyikan yang terbelah di dalam.

Pada gilirannya yang tertutup akan layu. Segregasi adalah permulaan bunuh diri.

Goenawan Mohamad

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


5 Fakta Dugaan Sabotase Kereta Cepat Sebelum Pembukaan Olimpiade Paris 2024

1 menit lalu

Tentara berjaga di depan Menara Eiffel menjelang Olimpiade Paris 2024, Prancis, 21 Juli 2024.REUTERS/Stefan Wermuth
5 Fakta Dugaan Sabotase Kereta Cepat Sebelum Pembukaan Olimpiade Paris 2024

Sabotase kereta cepat disebut-sebut sebagai upaya terencana beberapa jam menjelang upacara pembukaan Olimpiade Paris 2024.


Berita MotoGP: Joan Mir Perpanjang Kontrak di Repsol Honda hingga 2026

5 menit lalu

Joan Mir pembalap MotoGP di Repsol Honda. (Foto: Repsol Honda)
Berita MotoGP: Joan Mir Perpanjang Kontrak di Repsol Honda hingga 2026

Pembalap MotoGP Joan Mir memperpanjang kontraknya dengan tim pabrikan Honda Racing Corporation (HRC/Repsol Honda) selama dua musim.


Indikator Keberhasilan Pilkada 2024: Partisipasi Generasi Muda sampai Semua Pihak Patuhi Aturan

7 menit lalu

Ilustrasi TPS Pilkada. Dok TEMPO
Indikator Keberhasilan Pilkada 2024: Partisipasi Generasi Muda sampai Semua Pihak Patuhi Aturan

Beberapa indikator Pilkada 2024 berhasil, antara lain partisipasi generasi muda sebagai pemilih terbesar dan mematuhi aturan oleh semua pihak terlibat


Komika Arie Kriting Besut Film Kaka Boss, Berikut Film Lain yang Dibintanginya Termasuk Agak Laen

11 menit lalu

Stand Up Comedian Arie Kriting dengan gaya khas orang Timur tampil menghibur penonton di ajang Tujuh Hari Untuk Kemenangan Rakyat di Teater Salihara, Jakarta,  19 Juli 2014. TEMPO/Nurdiansah
Komika Arie Kriting Besut Film Kaka Boss, Berikut Film Lain yang Dibintanginya Termasuk Agak Laen

Arie Kriting menjadi sutradara film Kaka Boss. Sebelumnya, ia telah bermain dalam beberapa film termasuk Agak Laen.


Olivia Rodrigo Tegaskan Dukungan untuk Kamala Harris atas Isu Hak Reproduksi

12 menit lalu

Olivia Rodrigo/Foto: Instagram/Olivia Rodrigo
Olivia Rodrigo Tegaskan Dukungan untuk Kamala Harris atas Isu Hak Reproduksi

Olivia Rodrigo menunjukkan dukungannya kepada Kamala Harris dengan mengunggah ulang video yang mengkritik kebijakan Donald Trump tentang aborsi.


Cegah Wabah, WHO Kirim Lebih dari 1 Juta Vaksin Polio ke Gaza

12 menit lalu

Anak-anak Palestina menangis saat berebut makanan dimasak oleh dapur amal, di tengah kelangkaan makanan, saat konflik Israel-Hamas berlanjut, di Jalur Gaza utara, 18 Juli 2024. REUTERS/Mahmoud Issa
Cegah Wabah, WHO Kirim Lebih dari 1 Juta Vaksin Polio ke Gaza

WHO mengirimkan lebih dari satu juta vaksin polio ke Gaza untuk mencegah anak-anak terkena wabah


PSN Rempang Eco City Tetap Lanjut, Walhi: Suara Rakyat Diabaikan

12 menit lalu

Warga Rempang bentangkan spanduk di atas kapal di laut Pulau Rempang, Kota Batam, Senin, 20 Mei 2024. TEMPO/Yogi Eka Sahputra
PSN Rempang Eco City Tetap Lanjut, Walhi: Suara Rakyat Diabaikan

Pemerintah memutuskan untuk tetap melanjutkan Proyek Strategis Nasional (PSN) Rempang Eco City. Walhi sebut pemerintah abaikan suara rakyat.


Segini Harta Kekayaan Hakim MA yang Perintahkan Rumah Istri Rafael Alun Dikembalikan

12 menit lalu

Terdakwa mantan pejabat eselon III kabag umum Kanwil Ditjen Pajak Jakarta Selatan II, Rafael Alun Trisambodo (tengah) berbincang dengan kuasa hukumnya saat mengikuti sidang pembacaan surat amar putusan, di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Senin, 8 Januari 2024. Rafael menyatakan masih pikir-pikir soal kemungkinan mengajukan banding atas vonis 14 Tahun penjara dan denda Rp 500 juta yang dijatuhkan  Majelis Hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi kepadanya. TEMPO/Imam Sukamto
Segini Harta Kekayaan Hakim MA yang Perintahkan Rumah Istri Rafael Alun Dikembalikan

Lewat putusan kasasi, hakim MA (Mahkamah Agung) memerintahkan harta istri Rafael Alun Trisambodo dikembalikan. Segini kekayaan hakim tersebut.


Sepak Terjang Hendry Lie, Tersangka Korupsi Timah yang Keberadaannya Dimonitor Kejagung

12 menit lalu

Hendry Lie. (Dok. PT. Tinindo Inter Nusa (TIN))
Sepak Terjang Hendry Lie, Tersangka Korupsi Timah yang Keberadaannya Dimonitor Kejagung

Hendry Lie, tersangka korupsi timah yang juga pendiri perusahaan maskapai PT Sriwijaya Air.


Login WhatsApp Web Kini Bisa Tanpa Nomor Telepon, Muncul Risiko Penipuan Akun

12 menit lalu

WhatsApp Web. Kredit: Tech Advisor
Login WhatsApp Web Kini Bisa Tanpa Nomor Telepon, Muncul Risiko Penipuan Akun

Privasi pengguna kian aman saat memakai WhatsApp Web yang didaftarkan tanpa nomor telepon. Namun, pengguna jadi harus mewaspadai akun palsu.