Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Antagonisme

Oleh

image-gnews
Iklan

"When you play the game of thrones, you win or you die. There is no middle ground."

Cersei Lannister dalam Game of Thrones

Brutal. Culas. Tangkas membunuh. Ambisius. Waswas. Film Game of Thrones dipenuhi tokoh macam itu. Rasanya tak ada film lain yang lebih gamblang menggambarkan eratnya politik dengan perang; di sana manusia selalu siap saling menghabisi. Taruhannya total: menang atau mati.

Ratu yang ambisius dan tragis itu, Cersei Lannister, mengatakan kebenaran yang getir di atas karena ia mengalaminya di tiap bagian hidupnya. Ia permaisuri yang berzina dengan saudara kandungnya sendiri, selamanya terancam, dan akhirnya harus menyaksikan anaknya, yang jadi raja muda yang kejam, dibunuh. Cersei mengambil alih takhta, tapi kerajaan diincar dari luar dan dikhianati dari dalam. Tak aneh bila ia memainkan peran politik dengan hati membatu, seakan-akan mengikuti Mao Zedong, pemimpin revolusi Tiongkok itu, yang tak melihat beda antara politik dan perang. "Politik adalah perang tanpa darah, perang itu politik yang berdarah-darah."

Games of Thrones mungkin cocok di masa ketika yang disebut "politik" justru tak lagi seseram dan seseru seperti dalam film itu. Setidaknya di Amerika Serikat dan Eropa. Yang ada hanya "pseudo-politik"; seorang pemikir melihatnya sebagai "menopause" masyarakat Barat.

Dalam "pseudo-politik", perebutan takhta berlangsung tanpa gelora. Di sini lembaga-lembaga lebih berperan dengan rapi, bukan pribadi-pribadi yang bisa eksplosif atau menciut. Di sini semua bertujuan membentuk mufakat, dengan kompromi secukupnya. Tak ada lagi ideologi yang bertentangan. Tak ada lagi perjuangan dengan prospek "menang atau mati". Konflik dikelola tanpa pedang. "Politik" telah jadi lawan-kata "perang".

Stabil, tenang, gampang ditebak. Tapi itu hanyalah salah satu sifatnya yang tak menarik. Sifat lain: eksklusif. "Pseudo-politik" tak menampung unsur-unsur masyarakat yang dianggap ekstrem dan tak pantas. Demokrasi yang diarahkan buat konsensus selamanya sebuah proses "pseudo-politik" yang cuma dimainkan mereka yang dalam kurva statistik berkumpul di "tengah": mereka yang merasa betah berada dalam "middle ground". Kabur batas antara yang "kanan" dan yang "kiri", seperti beda Coca-Cola dengan Pepsi Cola.

Tapi kemudian ternyata keadaan itu berubah. Kini mereka yang tak tertampung menuntut balas. Mereka melawan "kaum elite", kalangan yang mengendalikan lembaga-lembaga politik yang mapan, politikus yang saling tarung sambil membuka kemungkinan berkoalisi. Mereka yang tak tertampung merasa dikecoh. Mereka jadi kaum "populis", yang tumbuh sebagai penentangan kepada "kaum elite".

Di AS, rasa kecewa kepada yang mapan dan yang di tengah itulah yang membuat orang-orang ekstrem memenangkan Donald Trump. Wakil kaum mapan, Hillary Clinton, kalah.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

AS adalah contoh di mana demokrasi liberal dimakan kekecewaannya sendiri. Ia berdasarkan asumsi bahwa warga negara adalah manusia yang mengutamakan pilihan yang rasional. "Yang rasional" berarti "tak gila-gilaan" dan sebab itu dialog bukan mustahil.

Ternyata asumsi itu meleset.

Kini dalam politik dialog hampir selalu gagal. Sifat yang tak rasional penuh kebencian, penuh purbasangka berkuasa. Bahkan ada yang mengatakan kita berada dalam zaman "pasca-kebenaran". Kebenaran yang universal tak diakui. Yang benar adalah pihak yang gertaknya paling bising. Sifat antagonistis politik muncul.

Beberapa pemikir sudah agak lama mengingatkan ilusi demokrasi liberal itu. Dalam pandangan Carl Schmitt yang Nazi dan Chantal Mouffe yang "kiri", antagonisme harus diakui; konsensus hanya tujuan yang palsu. Garis antara "kami" dan "mereka" harus ada.

Memang tak diharapkan bahwa akhirnya politik seperti Game of Thrones. Mouffe menawarkan politik yang "agonis", seperti perdebatan di dalam teater Yunani kuno. Tapi apa, bagaimana, dan siapa yang akan menjaga agar tak terulang demokrasi liberal dan juga proses tak jadi perang dengan taruhan "menang atau mati"?

Entahlah. Jangan-jangan ini zaman "pasca-empati". Manusia saling memerlukan hanya dalam kekuasaan dan kekuatan. Kepada orang yang menolongnya, si cebol Tyrion, tokoh yang paling jelek dan paling bijaksana dalam film itu, berujar, "Yang kuperlukan tadi pedangmu, bukan rasa sayangmu."

Tapi saya tak yakin politik, proyek manusia sebagai zoon politikon, bisa berlangsung hanya dengan itu.

Goenawan Mohamad

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Amsterdam Larang Hotel Baru untuk Mengatasi Overtourism

8 menit lalu

Amsterdam, Belanda. Unsplash.com/Adrien Olichon
Amsterdam Larang Hotel Baru untuk Mengatasi Overtourism

Tahun ini Amsterdam juga menaikkan pajak turis menjadi 12,5 persen untuk wisatawan yang menginap dan penumpang kapal pesiar.


Cak Imin Ungkap Anies Tak Berminat Maju Pilkada Jakarta hingga Detik Ini

9 menit lalu

Calon presiden dan wakil presiden nomor urut 01, Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar, ketika ditemui usai halal bihalal di Jalan Widya Chandra IV No. 23, Jakarta Selatan, Sabtu, 20 April 2024. TEMPO/Defara
Cak Imin Ungkap Anies Tak Berminat Maju Pilkada Jakarta hingga Detik Ini

Cak Imin mengungkapkan Anies Baswedan tidak berminat maju dalam Pilkada Jakarta 2024 hingga saat ini.


Jonatan Christie Naik ke Posisi 3 Ranking Bulu Tangkis BWF setelah Raih Gelar di All England dan Kejuaraan Bulu Tangkis Asia

11 menit lalu

Jonatan Christie. Dok TIm Humas PBSI
Jonatan Christie Naik ke Posisi 3 Ranking Bulu Tangkis BWF setelah Raih Gelar di All England dan Kejuaraan Bulu Tangkis Asia

Jonatan Christie melesat ke posisi tiga besar dalam peringkat bulu tangkis dunia (BWF) yang dirilis Sabtu, 20 April 2024


Preview Indonesia vs Yordania di Laga Terakhir Fase Grup Piala Asia U-23 2024

14 menit lalu

Indonesia vs Yordania di Piala Asia U-23 2024. Doc. AFC.
Preview Indonesia vs Yordania di Laga Terakhir Fase Grup Piala Asia U-23 2024

Duel Timnas U-23 Indonesia vs Yordania akan tersaji pada pertandingan ketiga babak penyishan Grup A Piala Asia U-23 2024.


Kuasa Hukum Robert Bonosusatya Ungkap Isi Pemeriksaan di Kasus Dugaan Korupsi Timah dan Hubungannya dengan Harvey Moeis

23 menit lalu

Robert Bonosusatya. Istimewa
Kuasa Hukum Robert Bonosusatya Ungkap Isi Pemeriksaan di Kasus Dugaan Korupsi Timah dan Hubungannya dengan Harvey Moeis

Nama Robert Bonosusatya terseret dalam pusaran dugaan korupsi timah. Namanya dikaitkan dengan tersangka lain Harvey Moeis dan Helena Lim.


Mas Dhito Upayakan Warganya Bekerja di Bandara Dhoho

38 menit lalu

Mas Dhito Upayakan Warganya Bekerja di Bandara Dhoho

Bupati Kediri, Hanindhito Himawan Pramana atau Mas Dhito, berkunjung dan menyapa menyapa para pekerja lokal di Bandara Internasional Dhoho.


Tak Hanya Diduga jadi Joki Nilai, Dosen Untan Manfaatkan Mahasiswa S1 untuk Kepentingan Pribadi

39 menit lalu

Ilustrasi Universitas Tanjungpura. Sumber: Untan.ac.id
Tak Hanya Diduga jadi Joki Nilai, Dosen Untan Manfaatkan Mahasiswa S1 untuk Kepentingan Pribadi

Dosen yang sebelumnya diduga jadi joki mahasiswa S2 FISIP Untan juga kerap memanfaatkan mahasiswa S1 dalam penulisan jurnal tanpa mencantumkan nama.


Jokowi Sudah Temui CEO Apple Tim Cook, Menlu Cina Wang Yi, dan Eks PM Inggris Tony Blair, Fokus Bahas Soal IKN

39 menit lalu

Bos Apple Tim Cook bertemu Presiden Jokowi di Istana Kepresidenan Jakarta, 17 April 2024. Foto: BPMI Setpres/Kris
Jokowi Sudah Temui CEO Apple Tim Cook, Menlu Cina Wang Yi, dan Eks PM Inggris Tony Blair, Fokus Bahas Soal IKN

Pekan ini menjadi hari sibuk Jokowi menemui CEO Apple Tim Cook, Menlu Cina Wang Yi, dan Eks PM Inggris Tony Blair. Apa hasil pertemuan bahas IKN itu


800.000 Orang Berisiko Hadapi Bahaya Ekstrem di Sudan

39 menit lalu

Seorang wanita dan bayi di kamp pengungsi Zamzam, dekat El Fasher di Darfur Utara, Sudan. MSF/Mohamed Zakaria/Handout melalui REUTERS
800.000 Orang Berisiko Hadapi Bahaya Ekstrem di Sudan

PBB telah memperingatkan bahaya yang akan menimpa setidaknya 800.000 warga Sudan ketika pertempuran semakin intensif dan meluas di Darfur.


Penemuan Mayat Perempuan di Pulau Pari, Polisi Tangkap Tiga Orang Tersangka

44 menit lalu

Ilustrasi tewas atau jenazah atau jasad. shutterstock.com
Penemuan Mayat Perempuan di Pulau Pari, Polisi Tangkap Tiga Orang Tersangka

Polisi telah menangkap tiga orang tersangka dalam kasus penemuan mayat perempuan di Pulau Pari. Dua di antaranya pacar korban.