TEMPO.CO, Jakarta- Sebuah film cemerlang yang ternyata diarahkan oleh sutradara baru. Mendaoat delapan nominasi Festival Film Indonesia.
Salawaku menatap langit dan laut di hadapannya. Keduanya berwarna biru, tetapi baginya laut menyimpan banyak jawaban tentang hilangnya Binaiya, kakak perempuannya yang dia sayangi.
Di Maluku, Salawaku adalah perisai tradisional asal Maluku. Bagi Salawaku (Elko Kastanya) yang masih berusia usia 11 tahun itu, ia adalah perisai bagi keluarganya, bagi Binaiya (Raihaanun) kakak perempuannya yang begitu saja menghilang tak jelas rimbanya.
Dalam pencariannya, dari tempatnya menetap di pulau Osi, Salawaku mengarungi laut yang tak bertepi menuju pulau Pasir, Salawaku bertemu dengan seorang perempuan muda yang tengah murung bernama Saras. Berusia sekitar
20-an,berkulit putih mulus, berpenampilan urban, Saras tampak cemberut di pinggir pantai karena ada setumpuk beban di Jakarta yang melukai hatinya. Sembari sibuk dengan telepon selulernya, khas anak Jakarta, pertemuan awalnya dengan Salawaku tak mulus. Diawali dengan pertengkaran karena perbedaan temperamen, akhirnya keduanya bisa saling berkomunikasi dan Saras bahkan memutuskan untuk menemani Salawaku untuk mencari kakaknya. Pada saat itu, muncul Kawanua (J-Flow) , pemuda ganteng yang khawatir dengan kenekadan Salawaku yang inginmenyusuri pulau-pulau untuk menemukan kakaknya. Akhirnya mereka bertiga berlayar, dan berlabuh beristirahat semalam sebelum mereka melanjutkan perjalanan ke kota Piru.
Sebuah debut sutradara Pritagita Arianegara yang bukan saja menampilkan panorama kawasan Ambon yang cantik, langit biru yang seolah mencium bumi itu. Bersama tim Nosa Normanda, Mike Julius dan Iqbal Fadly,sutradara Prita merajut cerita film ini berdasarkan riset bersama tim yang serius itu. “Kami berempat meriset ke Ambon, dan mencoba menjalinnya dengan cerita kami sendiri,” kata Prita, 40 tahun, yang sudah 12 tahun berkecimpung di dunia film. Sebelumnya Prita pernah menjadi asisten sutradara Teddy Soeriaatmadja (About a Woman); Garin Nugroho (Tjokro) dan yang terbaru dia juga asisten Hanung Bramantyo untuk film Kartini.
Meski tidak berlatarbelakang film secara formal, nampaknya menjadi asisten sutradara sedemikian lama telah mematangkan Prita untuk menghasilkan film yang cantik secara visual. Tapi yang lebih penting, film ini bertutur dengan bagus dan melibatkan lekukan dan kejutan pada akhir cerita. Inilah kelebihan film ini di antara film-film Indonesia yang akhir-akhir ini sering menggunakan Indonesia timur sebagai setting cerita. Prita dan kawan-kawannya mengutamakan narasi yang asyik, yang mengejutkan, yang membuat penonton ingin terus mengetahui apa yang menyebabkan Binaiya (berarti “perempuan tangguh”) menghilang.
Elko Kastanya yang berperan sebagai Salawaku dan Raihaanun sebagai Binaiya tampil bersinar-sinar menonjol. Hubungan kasih sayang adik kakak ini sungguh mengharukan, terutama karena Salawaku yang semula memberi kesan seorang anak lelaki yang mudah merajuk itu sebetulnya justru paling dewasa dari semua orang dewasa di sekelilingnya. Lebih lagi, Salawaku adalah wakil “Lau jua ada hati” (sekeras-kerasnya orang Ambon, mereka mempunyai hati yang lembut).
Pada paruh akhir cerita, ketika akhirnya kita memahami mengapa Binaiya menghilang, sutradara dan penulis skenario dengan cerdas mengungkap kejutan itu. Belokan cerita itu begitu pas, wajar sekaligus menyedihkan. Apalagi setelah tokoh Saraspun memiliki latar belakang kepedihan sendiri.
Mungkin satu-satunya kritik saya terhadap film ini adalah perubahan sikap Kawanua yang terlalu cepat. Jika memang dia lelaki yang agak menyebalkan (ingat bagaimana dia juga sempat tertarik pada Saras), tak seharusnya sebegitu cepatnya dia sadar akan keburukannya.
Selebihnya, film debut Prita ini seperti sebuah ombak di pulau Seram: biru, besar, membasahi imajinasi dan akan melekat seterusnya di benak anda. Tak heran jika film ini memperoleh delapan nominasi Festival Film Indonesia, termasuk nominasi Film Terbaik, Sutradara Baik dan juga pemain-pemainnya. Ini sebuah kabar baik bagi industri perfilman Indonesia. Saya pasti akan menanti film-film Prita berikutnya.
Leila S.Chudori
SALAWAKU
Sutradara : Pritagita Arianegara
Skenario : Iqbal Fadly
Pemain : Karina Salim, Raihanun, Shafira Umm, J-Flow
Produksi : Kemala Film