Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Waswas

Oleh

image-gnews
Iklan

Agama kadang-kadang tampil sangar karena waswas menatap manusia. Di Inggris abad ke-16, di masa Ratu Elizabeth berkuasa, ketika kaum Puritan mulai merasuk ke tubuh Protestantisme, para pengkhotbah melihat Setan di mana-mana: di hari Minggu, di hari biasa, dalam pakaian, minuman, dan keriang-gembiraan. Terutama dalam teater.

Teater, kata John Northbrooke, seorang pendeta yang penuh api, adalah tempat di mana Setan bergerak cepat. Di sana, katanya dalam sebuah pamflet dari tahun 1577, Iblis akan langsung menjerat manusia dengan syahwat.

Northbrooke tak sendirian. Zaman itu para penjaga moral masyarakat (atau yang merasa punya peran itu) cemas bila komedi memamerkan kebrandalan dan tragedi memberi contoh pembunuhan dan pengkhianatan. Ibadah dan khotbah merasa disaingi panggung sandiwara. Di hari Minggu bunyi lonceng gereja sering berebut dengan trompet yang mengiklankan lakon baru. Gedung pertunjukan, kata Northbrooke, harus ditutup. Seperti bordil.

Orang-orang teater diam, berbisik-bisik, menyelundupkan reaksi di karya mereka -- dan bekerja terus. Shakespeare menulis Twelfth Nights dan salah satu tokohnya, Sir Toby Belch, bertanya mencemooh: "Tuan pikir, karena tuan alim, tak boleh lagi ada kue dan bir?". Para penulis tetap menggubah lakon yang mengandung kekerasan, zinah, incest, pelacuran. Penonton bisa melihat kamar bordil dan mendengar keluhan sang germo dalam lakon Pericles Shakespeare.

Sebenarnya dari dunia teater waktu itu tak ada yang kontroversial. Misalnya, tak ada aktor perempuan di pentas. Tokoh wanita diperankan pria, seperti dalam ludruk di Surabaya dulu. Para pekerja pentas sadar, mereka tak sepenuhnya bebas. Pada 1574 dewan rakyat kota London hanya membolehkan pementasan karya yang sudah disensor.

Kita bisa tahu tentang ini ketika di salah satu sonetanya yang tak dipublikasikan Shakespeare menulis: art made tongue-tied by authority, "ketikalidahseni diikat penguasa". Shakespeare frustrasi, sebab ketak-adilan tengah berlangsung di masyarakat. Orang-orang bodoh, berlagak pakar, pegang kendali; perempuan yang tak berdosa dikasari. Penghormatan, dengan baju keemasan, diberikan kepada mereka yang tak patut, gilded honour shamefully misplaced.

Ia mencatat itu dengan seksama. Di gedung teater, ketimpangan sosial tak mudah disembunyikan. Di The Globe yang termashur itu, yang didirikan pada 1599, ada tempat terpisah buat kelas atas, di galeri, di mana ada atap dan tempat duduk. Buat kelas bawah, the groundlings, ada ruang terbuka terjepit di tengah.

Zaman itu, ketika Elizabeth berkuasa, Inggris memang penuh kontradiksi, tak hanya antara kelas sosial. Di satu sisi kaum Puritan mulai menjalarkan pandangannya yang memandang dunia sekitarnya sebagai lahan dosa. Di sisi lain, kebanyakan orang yang mau hidup normal bersama takbiat baik maupun buruk mereka, dengan sederhana maupun berlebihan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tapi seperti di masa kita sekarang, kaum agama lebih waswas Setan bertahta di tubuh yang dipertontonkan dan syahwat dibiarkan; mereka tak banyak bicara ketika kecurangan berlangsung di kalangan atas. Ada petinggi yang menerima dana dari raja Spanyol untuk mempengaruhi politik luar negeri, ada laksamana yang berdagang budak, ada pastor-pastor yang berjualan sertifikat bebas dosa. Perempuan-perempuan yang dituduh nenek sihir dibakar dan sejumlah padri Jesuit dibantai.

Kaum Puritan tak melihat itu. Mereka lebih sering mengutuk hidup yang meriah dan mewah-- yang dalam masa itu memang agak berlebihan. Tapi mereka tak berdaya. Sri Ratu lajang yang punya sejumlah pacar itu selalu royal: gaya busananya berganti-ganti. Mungkin Shakespeare menyindir keadaan itu dalam Much Ado About Nothing:"The fashion wears out more apparel than the man".

Kaum Puritan, kelompok yang paling waswas melihat dunia dan dosa, dan tak percaya kepada manusia, hanya menatap dengan tegang. Elizabeth meminggirkan mereka dari kekuasaan, meskipun di sana sini luput. Tapi pada 1....Ratu itu mangkat.

Berangsur-angsur, ketimpangan sosial dan salah-urus kerajaan di masa pasca-Elizabeth memberi peluang kepada kelompok agama yang teguh dan keras itu untuk jadi alternatif politik. Dan mereka menang.

Inggris berubah. Hidup lebih alim terkendali. Yang berkuasa orang-orang yang ingin agar Kitab Suci dipatuhi tanpa ditafsirkan -- seakan-akan dengan itu mereka sendiri sedang tidak menafsirkannya. Mereka menyukai Tuhan yang cemburu dalam Perjanjian Lama. Mereka anggap manusia "anak-anak kemarahan", children of wrath.

Dan 1642 seluruh teater di kota London ditutup. The Globe diruntuhkan.

Untung 40 tahun sebelumnya Shakespeare sudah meninggalkan sejumlah karya --yang lebih bertahan hidup ketimbang kekuasaan kaum Puritan. Mungkin karena teater memilih kehidupan, lebih dari agama yang waswas akan kehidupan.

Goenawan Mohamad

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


2 Pengajar Pondok Pesantren di Kabupaten Agam Diduga Sodomi 40 Santri Sejak 2022

11 menit lalu

ilustrasi
2 Pengajar Pondok Pesantren di Kabupaten Agam Diduga Sodomi 40 Santri Sejak 2022

2 pengajar salah satu pondok pesantren di Kecamatan Canduang, Kabupaten Agam, ditangkap Polresta Bukittinggi karena mencabuli 40 santri.


Kata Dasco Gerindra Soal Usul Pelaksanaan Pilpres dan Pileg Dipisah

11 menit lalu

Ketua Harian Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad saat ditemui usai menghadiri acara Silaturahmi dan Tasyakuran DPD Gerindra DKI Jakarta di Tavia Heritage Hotel, Jakarta Pusat pada Kamis, 9 Mei 2024. TEMPO/Adinda Jasmine
Kata Dasco Gerindra Soal Usul Pelaksanaan Pilpres dan Pileg Dipisah

Dasco menyatakan lebih setuju Pilpres dan Pileg dilaksanakan bersamaan.


Dekat Puncak Kemarau, BMKG Prediksi Hujan Tetap Guyur 19 Wilayah di Indonesia

14 menit lalu

Puluhan pengendara motor berteduh di bawah tiang pancang LRT saat hujan yang cukup lebat, di Jalan protokol Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Senin, 6 April 2020. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) merilis peringatan dini cuaca ekstrem di Indonesia. TEMPO/Imam Sukamto
Dekat Puncak Kemarau, BMKG Prediksi Hujan Tetap Guyur 19 Wilayah di Indonesia

BMKG memperkirakan 19 wilayah di Indonesia bakal tetap dibasahi hujan intensitas sedang hingga lebat hingga awal Agustus 2024.


PPATK Ungkap Ada Masyarakat Berpenghasilan di Atas Rp 1 Miliar Main Judi Online dengan Deposit Rp 4,8 Miliar

14 menit lalu

Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) Ivan Yustiavandana memberi laporan dalam acara Peringatan 22 Tahun Gerakan Nasional Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme (APU PPT) di Istana Negara, Jakarta, Rabu 17 April 2024. Indonesia telah dinyatakan secara aklamasi diterima sebagai Anggota Financial Action Task Force on Money Laundering and Terrorism Financing (full membership). Keberhasilan tersebut diperoleh dalam FATF Plenary Meeting di Paris, Perancis yang dipimpin oleh Presiden FATF, MR. T. Raja Kumar pada Rabu, 25 Oktober 2023. TEMPO/Subekti.
PPATK Ungkap Ada Masyarakat Berpenghasilan di Atas Rp 1 Miliar Main Judi Online dengan Deposit Rp 4,8 Miliar

PPPATK ungkap sejumlah masyarakat berpenghasilan di atas Rp 1 miliar main judi online.


Jelang Laga Pertama Olimpiade Paris 2024, Apriyani / Fadia Sudah Intip Kekuatan Pasangan Jepang

33 menit lalu

Ekspresi pebulutangkis Ganda Putri Indonesia Apriyani Rahayu dan Siti Fadia Silva Ramadhanti saat berhadapan dengan pebulutangkis Ganda Putri Malaysia Pearly Tan dan Thinaah Muralitharan pada babak 16 besar Kapal Api Indonesia Open 2024 di Istora Senayan, Jakarta, Kamis, 6 Juni 2024. Apriyani Rahayu dan Siti Fadia Silva Ramadhanti kalah dengan skor 18-21 dan 19-21 gagal melaju ke babak selanjutnya. TEMPO/M Taufan Rengganis
Jelang Laga Pertama Olimpiade Paris 2024, Apriyani / Fadia Sudah Intip Kekuatan Pasangan Jepang

Apriyani / Fadia memastikan persiapannya berjalan baik menjelang laga pertama di Olimpiade Paris 2024.


Timnas Indonesia U-19 vs Malaysia di Semifinal Piala AFF U-19 2024 Sabtu Malam Ini, Indra Sjafri: Laga Penuh Gengsi

39 menit lalu

Pelatih Timnas Indonesia U-19 Indra Sjafri. TEMPO/Randy
Timnas Indonesia U-19 vs Malaysia di Semifinal Piala AFF U-19 2024 Sabtu Malam Ini, Indra Sjafri: Laga Penuh Gengsi

Timnas Indonesia U-19 akan menghadapi Malaysia di semifinal Piala AFF U-19 2024 pada Sabtu malam, 27 Juli.


Ekonom Sebut Keterlibatan Masyarakat Indonesia di Sektor Asuransi Masih Rendah, Ini Alasannya

44 menit lalu

Ekonom senior Faisal Basri menghadiri diskusi film Bloody Nickel yang digelar Koalisi Masyarakat Sipil di Taman Ismail Marzuki (TIM) pada Sabtu, 4 Mei 2024. TEMPO/Savero Aristia Wienanto
Ekonom Sebut Keterlibatan Masyarakat Indonesia di Sektor Asuransi Masih Rendah, Ini Alasannya

Sektor asuransi hanya berkontribusi 6,9 persen terhadap totoal Gross Domestic Product (GDP), membuat Indonesia berada di posisi keenam Asia Tenggara


Respons PAN-Nasdem-PKS Soal Isu Poros Koalisi PKB dan PDIP di Pilkada 2024

44 menit lalu

Ilustrasi TPS Pilkada. Dok TEMPO
Respons PAN-Nasdem-PKS Soal Isu Poros Koalisi PKB dan PDIP di Pilkada 2024

PKB dan PDIP menjajaki peluang berkoalisi pada Pilkada 2024.


Museum Unik di Kroasia Ini Menampilkan Historis Dasi dan Simpul Ikatannya

44 menit lalu

Cravaticum di Zagreb, Kroasia. Instagram.com/cravaticum_museum
Museum Unik di Kroasia Ini Menampilkan Historis Dasi dan Simpul Ikatannya

Cravaticum - Museum Boutique of Cravat menjadi museum dasi pertama di dunia yang berada di Kroasia


Gelombang Panas Ekstrem Melanda Eropa, Negara Mana Saja yang Suhunya Naik?

44 menit lalu

Warga menggunakan payung di bawah sengatan matahari di Tokyo, Jepang, 9 Juli 2024. Jepang diterjang gelombang panas dengan cakupan lebih luas yang belum pernah terjadi sebelumnya. Suhu mencapai rekor tertinggi mendekati 40 derajat celsius, terjadi pada Senin (8/7/2024), di Tokyo dan di wilayah selatan Wakayama. REUTERS/Issei Kato
Gelombang Panas Ekstrem Melanda Eropa, Negara Mana Saja yang Suhunya Naik?

Gelombang panas dengan suhu udara menembus 40 derajat Celcius melanda negara-negara Eropa