Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Internet untuk Miliaran Orang

image-profil

image-gnews
Iklan

Sundar Pichai
CEO Google

Seorang penulis dan pengusaha Nigeria, Okechukwu Ofili, sudah bertahun-tahun merasa frustrasi karena lamanya waktu yang dibutuhkan industri penerbitan konvensional untuk menerbitkan buku karya penulis lokal. Ini menimbulkan semacam kemacetan bagi para penulis dalam proses penerbitan karya mereka. Maka Ofili mengambil inspirasi dari Okada, jasa transportasi ojek di Nigeria yang dapat menembus kemacetan lalu lintas. Dia pun merancang aplikasi seluler Okadabooks, yang memungkinkan siapa saja dengan cepat dan mudah menerbitkan buku elektronik untuk dibaca di ponsel pintar. Kini, warga Nigeria bisa memilih di antara 10 ribu judul buku yang tersedia dalam aplikasi tersebut dan banyak di antaranya bahkan harganya lebih murah dari tarif Okada.

Seperti banyak pendiri perusahaan, Ofili menemukan solusi baru untuk masalah lama dengan memanfaatkan revolusi ponsel pintar yang tengah mengubah dunia. Dia juga mewakili sesuatu yang baru, yaitu semangat global inovasi teknologi ketika pengusaha lokal mengatasi masalah lokal tanpa menunggu teknologi dari negara lain untuk sampai pada mereka. Ofili-bersama banyak orang di Nigeria, Brasil, Indonesia, dan India-menjadi bagian dari tren yang akan menafsirkan ulang Internet, yaitu membangun untuk miliaran orang.

Membangun untuk miliaran orang berarti merancang teknologi baru bagi semua orang sejak awal desain. Orang-orang yang terhubung secara online melalui ponsel pintar menggunakan Internet dengan berbagai cara yang sama sekali baru dan ada banyak sekali potensi untuk mendukung kreativitas serta inovasi mereka. Masa depan Internet akan berada di tangan orang-orang seperti Ofili.

Saya tahu betul bagaimana teknologi dapat mengubah kehidupan. Ketika tumbuh besar di India, saya ingat hari saat kami pertama kali memasang telepon rumah pada 1980-an. Telepon itu membuka dunia baru. Sejak itu, saat-saat saya memperoleh teknologi baru menjadi penanda tahap-tahap dalam hidup saya: komputer pertama yang saya gunakan waktu kuliah, telepon seluler pertama, lalu ponsel pintar pertama. Saya selalu terkesan dengan cara kerja teknologi dan seluk-beluk mekanisnya, tapi yang tak kalah menarik adalah bagaimana satu teknologi saja dapat mengubah kehidupan.

Ini membuat saya sangat tertarik pada program Satu Laptop untuk Satu Anak yang diluncurkan dekade lalu untuk membuat satu laptop seharga US$ 100 atau sekitar Rp 900 ribu untuk setiap anak di dunia. Dalam beberapa tahun belakangan ini, ponsel pintar tampaknya bisa ikut membantu membuat teknologi lebih mudah diakses. Sistem operasi seluler Android buatan Google kini dipakai di dalam dua miliar perangkat di dunia. Ponsel pintar, yang harganya sekarang sudah lebih rendah dari US$ 100, mampu melakukan lebih banyak hal daripada laptop murah 10 tahun lalu.

Namun penyebaran ponsel pintar belum sepenuhnya memutus kesenjangan digital. Kebutuhan untuk ponsel pintar yang lebih terjangkau masih belum terpenuhi. Masih banyak potensi untuk menciptakan telepon seluler yang lebih murah tanpa mengorbankan kualitas. Namun, saat berpikir tentang membangun untuk miliaran orang yang akan menggunakan telepon seluler semacam ini, kita butuh revolusi kedua untuk memecahkan tiga masalah besar, yakni keandalan koneksi, biaya akses data, dan konten yang relevan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Misalkan, dua pertiga pengguna seluler di Nigeria memakai koneksi 2G sehingga sulit membuka situs web, apalagi menonton video. Di Afrika, dibutuhkan biaya data hingga Rp 26 ribu hanya untuk mengunduh aplikasi gratis sebesar 40 MB. Bahkan, dengan koneksi yang lebih baik sekalipun, informasi online yang dicari mungkin tidak ada.

Maka, ada tiga hal utama yang harus diperhatikan oleh para pengembang aplikasi. Pertama, kurangi data untuk penggunaan aplikasi. Sepertiga ponsel pintar di dunia memiliki penyimpanan data kurang dari 1 GB, maka aplikasi sebaiknya berukuran kecil. Aplikasi Ola Cabs, jasa transportasi berbasis Internet dari India, mengatasi masalah ini dengan membuat Progressive Web App (PWA), yakni situs web seluler yang ringan dan terasa seperti aplikasi. PWA hanya berukuran 0,5 MB dan memakan data sebesar 50 KB saja ketika pertama dimuat dan 10 KB pada pemuatan berikutnya.

Kedua, optimalkan kecepatan. Untuk pengguna koneksi 2G, misalnya, diperlukan hingga 25 detik dan 1 MB data untuk membuka sebuah laman web. Ketiga, gunakan banyak bahasa.

Saat ini terdapat 2,8 miliar pengguna ponsel pintar di dunia dan akan ada ratusan juta lagi pengguna baru pada akhir tahun ini. Internet benar-benar menjadi global dan ini akan memberikan kesempatan baru bagi pengembang dari Afrika, Amerika Latin, dan Asia Tenggara.

Berkarya dengan keterbatasan seperti yang dihadapi Ofili akan menempatkan pengembang di posisi terdepan dalam tren baru, yaitu membangun untuk miliaran orang. Untuk mencapai satu miliar lagi pengguna Internet, kita tidak hanya perlu menyebarkan teknologi yang sudah ada ke tempat baru, tapi juga mengembangkan hal-hal baru untuk masa depan.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Survei Populix: Konsumsi Internet dan Media Digital Melambung 40 Persen Selama Bulan Puasa

3 hari lalu

Foto ilustrasi jaringan internet.
Survei Populix: Konsumsi Internet dan Media Digital Melambung 40 Persen Selama Bulan Puasa

Survei Populix mencatat kebutuhan internet naik 40 persen selama bulan Ramadan. Mayoritas responden berbagi keseharian melalui Whatsap dan Instagram.


Adu Kemampuan Gemini AI vs ChatGPT, Mana yang Unggul?

38 hari lalu

Gemini (Google)
Adu Kemampuan Gemini AI vs ChatGPT, Mana yang Unggul?

Persaingan Gemini AI milik Google dan ChatGPT dari OpenAI semakin ketat. Keunggulan apa yang dijual keduanya?


Tips Jadi Orang Tua Bijak di Zaman Teknologi Digital

39 hari lalu

Ilustrasi ibu mengawasi anaknya bermain gadget. shutterstock.com
Tips Jadi Orang Tua Bijak di Zaman Teknologi Digital

Tanggung jawab orang tua saat ini tak hanya memenuhi kebutuhan pokok anak tapi juga mewaspadai penggunaan teknologi digital, terutama lewat gawai.


Tim Peneliti BRIN di Bandung Kembangkan Kursi Roda Otonom yang Bisa Pakai Aplikasi

41 hari lalu

Uji coba purwarupa Seater oleh tim peneliti BRIN di Kawasan Sains dan Teknologi (KST) Samaun Samadikun, Bandung. (Dok.BRIN)
Tim Peneliti BRIN di Bandung Kembangkan Kursi Roda Otonom yang Bisa Pakai Aplikasi

Alat transportasi ini seperti kursi roda yang bisa beroperasi secara mandiri di kawasan khusus. Tim BRIN bidik harga jual unitnya Rp 50-100 juta.


Samsung Dorong Teknologi 6G di Kolaborasi NexG Princeton University

43 hari lalu

Ilustrasi jaringan teknologi 6G. Shutterstock
Samsung Dorong Teknologi 6G di Kolaborasi NexG Princeton University

Samsung memprediksi kalau aplikasi komersial pertama dari teknologi internet 6G akan datang pada 2028.


Temukan Ratusan Pelanggaran Konten Internet, Bawaslu: Terbanyak Ujaran Kebencian

44 hari lalu

Ilustrasi aplikasi media sosial di telepon genggam/hyppe
Temukan Ratusan Pelanggaran Konten Internet, Bawaslu: Terbanyak Ujaran Kebencian

Anggota Bawaslu RI Lolly Suhenty mengungkap pihaknya menemukan sebanyak 355 pelanggaran konten internet.


Penghitungan Suara Berlarut-larut, Pemenang Pemilu Pakistan Belum Jelas

48 hari lalu

Polisi berjalan melewati orang-orang yang mengantri untuk memberikan suara mereka di luar tempat pemungutan suara saat pemilihan umum, di Peshawar, Pakistan, 8 Februari 2024. REUTERS/Fayaz Aziz
Penghitungan Suara Berlarut-larut, Pemenang Pemilu Pakistan Belum Jelas

Hasil dari hanya segelintir kursi parlemen nasional Pakistan baru diumumkan dalam waktu 12 jam setelah pemungutan suara ditutup.


AwanPintar.id Catat 685 Juta Serangan Siber di Indonesia Sejak Juli Lalu, Meningkat 97 Persen

50 hari lalu

Ilustrasi Hacker atau Peretas. REUTERS/Dado Ruvic/Illustration
AwanPintar.id Catat 685 Juta Serangan Siber di Indonesia Sejak Juli Lalu, Meningkat 97 Persen

Serangan siber ke infrastruktur internet Indonesia tidak hanya berasal dari negara lain, tetapi juga datang dari dalam negeri.


Capres Hanya Bahas Manufaktur Ponsel, Pengamat IT: Masalah Utama Infrastruktur dan Kecepatan Internet Tidak Dibahas

51 hari lalu

Ketiga Capres dan Cawapres, Anies Baswedan - Muhaimin Iskandar (kiri), Prabowo Subianto - Gibran Rakabuming Raka (tengah) dan Ganjar Pranowo - Mahfud MD (kanan) saling berpegangan tangan usai Debat Kelima Pilpres 2024 di Jakarta Convention Center, Jakarta, Minggu, 4 Februari 2024. Debat kelima atau terakhir ini mengangkat tema kesejahteraan sosial, kebudayaan, pendidikan, teknologi informasi, kesehatan, ketenagakerjaan, sumber daya manusia, dan inklusi. TEMPO/M Taufan Rengganis
Capres Hanya Bahas Manufaktur Ponsel, Pengamat IT: Masalah Utama Infrastruktur dan Kecepatan Internet Tidak Dibahas

Direktur Eksekutif Indonesia ICT Institute Heru Sutadi menilai banyak hal penting soal teknologi informasi yang tidak dibahas dalam Debat Capres.


Bappebti Blokir 1.855 Situs Internet Entitas Perdagangan Berjangka Komoditi Ilegal

52 hari lalu

Kepala Biro Peraturan Perundang-undangan dan Penindakan, Aldison.
Bappebti Blokir 1.855 Situs Internet Entitas Perdagangan Berjangka Komoditi Ilegal

Pemblokiran bertujuan untuk melindungi masyarakat dari potensi kerugian yang ditimbulkan dan memberikan kepastian hukum bagi para pelaku usaha di bidang PBK.