Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Bukan Warisan

Oleh

image-gnews
Iklan

Entah puasa hari ke berapa saat itu ketika saya diajak ibu mengunjungi rumah Pak Sukri, satu-satunya keluarga muslim asal Madura di kampung kami. Pak Sukri berjualan sate, punya anak laki bernama Zainal Arifin, sekelas dengan saya di Sekolah Rakyat.

Keluarga ini menyewa rumah sempit berdinding bambu. Rumah kami lebih mewah, sudah memakai tembok tanah dengan adonan kapur, meski lantainya sama-sama tanah yang kering. Ibu membawa ketupat yang sudah matang dan seekor ayam bakar. "Mereka tak boleh makan siang hari dan kita harus ngejot agar mereka bisa makan enak di malam hari," ini kata-kata ibu yang saya ingat.

Ngejot artinya membagikan makanan ke tetangga. Kalau ada orang di kampung kami punya hajatan, selesai upacara, sesajen berupa buah dan jajanan dibagi-bagikan ke tetangga. Ibu melebarkan tradisi ngejot ini kepada "warga selam" (sebutan untuk warga muslim di Bali saat itu). Tak ada basa-basi apa pun. Saya dengar ibu berkata bahwa ayam yang dibakar itu sudah disembelih dengan doa dan Pak Sukri menjawab, "Tidak ada masalah, semua doa didengar oleh Yang di Atas."

Tak ada ucapan terima kasih. Semuanya berawal dan berakhir dengan senyum. Saat itu, sebuah sore pada 1960-an, persisnya sebelum Gunung Agung meletus dahsyat Maret 1963, kata suksma yang berarti terima kasih konon belum ada di Bali.

Selang beberapa bulan, kami merayakan Galungan, hari kemenangan, yang menurut ayah sama dengan Lebaran. Pak Sukri datang membawa sebungkus sate ditambah segepok anyaman ketupat. Belakangan, ayah memberi tahu saya kenapa yang dibawa bukan ketupat yang sudah matang. Sebab, Pak Sukri tak tahu kebutuhan kita, apakah ketupat itu diisi beras biasa atau beras hitam. "Anyaman ketupat itu sama saja, siapa pun boleh membuatnya. Setelah diisi beras dan direbus, lalu dijadikan persembahan, barulah ketupat itu beragama," kata ayah, kata yang lama tak saya pahami maksudnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Yang tak saya pahami sekarang, dari mana ayah, ibu, dan Pak Sukri belajar agama, kok bisa toleran dan saling ngejot padahal berbeda agama? Saya tak melihat ada buku-buku di rumah Pak Sukri dan saya pun sulit membayangkan di mana Pak Sukri salat. Ayah pun tak pernah baca buku, yang dibaca lontar beraksara Bali dan dari mulutnya keluar tembang. Ibu, ah, malah tak bisa membaca, baik huruf Latin maupun aksara Bali. Sementara belum ada televisi, radio pun sangat jarang karena orang desa tak mampu membayar "pajak radio" ke kantor pos di kota.

Ayah, ibu, dan Pak Sukri sudah lama tiada. Juga anak Pak Sukri, Zainal Arifin, yang pada akhir hidupnya menjadi anggota DPRD Kabupaten Buleleng dari Partai Golkar. Zainal pernah berkata, yang memilihnya justru orang Bali yang Hindu. Yang menyedihkan, tradisi ngejot juga hilang, baik di antara orang-orang Bali seagama maupun lintas agama.

Kini, anak SD pun sudah belajar agama dari buku. Ceramah agama tak henti-henti dari radio, televisi, dan di tempat ibadah. Negeri sudah maju, orang sudah melek agama. Saya Islam, dia Hindu, dia Kristen. Ini halal, itu haram, ini berhala, itu agama bumi, ini agama langit. Yang muslim tak mau makan di warung orang Hindu, takut ayamnya dipotong memakai doa Hindu. Lihatlah warung di Bali banyak berlabel "warung muslim". Lalu orang Hindu, kata seorang "tokoh", tak boleh beli bunga, pisang, dan ketupat untuk bahan ritual jika pedagangnya muslim.

Inikah kemajuan? Kenapa agama justru membuat sekat-sekat? Yang jelas ini bukan warisan dari persahabatan Pak Sukri dengan keluarga kami, orang-orang yang "tak belajar agama".

Putu Setia
@mpujayaprema

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


5 Fakta Dugaan Sabotase Kereta Cepat Sebelum Pembukaan Olimpiade Paris 2024

4 menit lalu

Tentara berjaga di depan Menara Eiffel menjelang Olimpiade Paris 2024, Prancis, 21 Juli 2024.REUTERS/Stefan Wermuth
5 Fakta Dugaan Sabotase Kereta Cepat Sebelum Pembukaan Olimpiade Paris 2024

Sabotase kereta cepat disebut-sebut sebagai upaya terencana beberapa jam menjelang upacara pembukaan Olimpiade Paris 2024.


Berita MotoGP: Joan Mir Perpanjang Kontrak di Repsol Honda hingga 2026

8 menit lalu

Joan Mir pembalap MotoGP di Repsol Honda. (Foto: Repsol Honda)
Berita MotoGP: Joan Mir Perpanjang Kontrak di Repsol Honda hingga 2026

Pembalap MotoGP Joan Mir memperpanjang kontraknya dengan tim pabrikan Honda Racing Corporation (HRC/Repsol Honda) selama dua musim.


Indikator Keberhasilan Pilkada 2024: Partisipasi Generasi Muda sampai Semua Pihak Patuhi Aturan

10 menit lalu

Ilustrasi TPS Pilkada. Dok TEMPO
Indikator Keberhasilan Pilkada 2024: Partisipasi Generasi Muda sampai Semua Pihak Patuhi Aturan

Beberapa indikator Pilkada 2024 berhasil, antara lain partisipasi generasi muda sebagai pemilih terbesar dan mematuhi aturan oleh semua pihak terlibat


Komika Arie Kriting Besut Film Kaka Boss, Berikut Film Lain yang Dibintanginya Termasuk Agak Laen

14 menit lalu

Stand Up Comedian Arie Kriting dengan gaya khas orang Timur tampil menghibur penonton di ajang Tujuh Hari Untuk Kemenangan Rakyat di Teater Salihara, Jakarta,  19 Juli 2014. TEMPO/Nurdiansah
Komika Arie Kriting Besut Film Kaka Boss, Berikut Film Lain yang Dibintanginya Termasuk Agak Laen

Arie Kriting menjadi sutradara film Kaka Boss. Sebelumnya, ia telah bermain dalam beberapa film termasuk Agak Laen.


Olivia Rodrigo Tegaskan Dukungan untuk Kamala Harris atas Isu Hak Reproduksi

15 menit lalu

Olivia Rodrigo/Foto: Instagram/Olivia Rodrigo
Olivia Rodrigo Tegaskan Dukungan untuk Kamala Harris atas Isu Hak Reproduksi

Olivia Rodrigo menunjukkan dukungannya kepada Kamala Harris dengan mengunggah ulang video yang mengkritik kebijakan Donald Trump tentang aborsi.


Cegah Wabah, WHO Kirim Lebih dari 1 Juta Vaksin Polio ke Gaza

15 menit lalu

Anak-anak Palestina menangis saat berebut makanan dimasak oleh dapur amal, di tengah kelangkaan makanan, saat konflik Israel-Hamas berlanjut, di Jalur Gaza utara, 18 Juli 2024. REUTERS/Mahmoud Issa
Cegah Wabah, WHO Kirim Lebih dari 1 Juta Vaksin Polio ke Gaza

WHO mengirimkan lebih dari satu juta vaksin polio ke Gaza untuk mencegah anak-anak terkena wabah


PSN Rempang Eco City Tetap Lanjut, Walhi: Suara Rakyat Diabaikan

15 menit lalu

Warga Rempang bentangkan spanduk di atas kapal di laut Pulau Rempang, Kota Batam, Senin, 20 Mei 2024. TEMPO/Yogi Eka Sahputra
PSN Rempang Eco City Tetap Lanjut, Walhi: Suara Rakyat Diabaikan

Pemerintah memutuskan untuk tetap melanjutkan Proyek Strategis Nasional (PSN) Rempang Eco City. Walhi sebut pemerintah abaikan suara rakyat.


Segini Harta Kekayaan Hakim MA yang Perintahkan Rumah Istri Rafael Alun Dikembalikan

15 menit lalu

Terdakwa mantan pejabat eselon III kabag umum Kanwil Ditjen Pajak Jakarta Selatan II, Rafael Alun Trisambodo (tengah) berbincang dengan kuasa hukumnya saat mengikuti sidang pembacaan surat amar putusan, di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Senin, 8 Januari 2024. Rafael menyatakan masih pikir-pikir soal kemungkinan mengajukan banding atas vonis 14 Tahun penjara dan denda Rp 500 juta yang dijatuhkan  Majelis Hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi kepadanya. TEMPO/Imam Sukamto
Segini Harta Kekayaan Hakim MA yang Perintahkan Rumah Istri Rafael Alun Dikembalikan

Lewat putusan kasasi, hakim MA (Mahkamah Agung) memerintahkan harta istri Rafael Alun Trisambodo dikembalikan. Segini kekayaan hakim tersebut.


Sepak Terjang Hendry Lie, Tersangka Korupsi Timah yang Keberadaannya Dimonitor Kejagung

15 menit lalu

Hendry Lie. (Dok. PT. Tinindo Inter Nusa (TIN))
Sepak Terjang Hendry Lie, Tersangka Korupsi Timah yang Keberadaannya Dimonitor Kejagung

Hendry Lie, tersangka korupsi timah yang juga pendiri perusahaan maskapai PT Sriwijaya Air.


Login WhatsApp Web Kini Bisa Tanpa Nomor Telepon, Muncul Risiko Penipuan Akun

15 menit lalu

WhatsApp Web. Kredit: Tech Advisor
Login WhatsApp Web Kini Bisa Tanpa Nomor Telepon, Muncul Risiko Penipuan Akun

Privasi pengguna kian aman saat memakai WhatsApp Web yang didaftarkan tanpa nomor telepon. Namun, pengguna jadi harus mewaspadai akun palsu.