Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Semiotika Politik Bapak-Anak  

image-profil

image-gnews
Iklan

Seno Gumira Ajidarma
Panajournal.com

Semiotika adalah ilmu tentang tanda. Tiada ruang untuk teori, langsung uji coba analisis saja, karena permainan penanda-penandanya memang menarik: Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) bertemu dengan Presiden Jokowi, makan siang bersama Gibran, tetapi menghadapi pers hanya berdua dengan putra Presiden- yang tersebutkan adalah bubur gudeg ("Enak sekali," kata AHY), The Yudhoyono Institute, dan Jokowi tak bisa hadir dalam peresmiannya.

Dalam teori Peirce (1839-1914) tentang tiga jenis tanda (simbol, ikon, indeks), indeksikalitas nama-nama ini penting: sebagian tanda merupakan bagian dari keberurutan (misalnya, ada asap, kita pun- tanpa melihatnya- tahu itu disebabkan api). Ambil saja AHY. Urutan terdekat adalah mantan calon gubernur, dan untuk terus mundur ke belakang: keluar dari militer, yang sangat disayangkan atasannya sendiri karena potensinya yang besar. Citra tak terhindarkan: militer (bakal) memimpin sipil.

Namun terdapat percabangan indeksikal: nama Yudhoyono, sebagai bagian dari Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Dua kali menang pemilihan presiden, antara lain dengan melembutkan citra militernya melalui kepandaian bernyanyi (bukankah ini "kelemahan" Prabowo?) sehingga dari kemiliterannya hanya tinggal citra penting: ahli strategi. Trauma "dampak kemiliteran" semasa Orde Baru tak membekas di benak pemilihnya. Simbolisasi andalan kompetitornya, "wakil wong cilik" bagi Megawati dan "Islam nasionalis" bagi Amien Rais, hanya berdaya bagi sejumlah pemilih mereka.

Walaupun tiada hari tanpa kecaman, menjadi presiden dalam dua kali masa jabatan bukan "sekadar pekerjaan" bagi SBY, melainkan proyek identitas yang bukan saja tak perlu hilang, tapi juga perlu diwariskan. Pertanda (yang ditandai) di balik penanda ditariknya AHY keluar dari dunia yang sangat dicintainya adalah besarnya pengorbanan anak kepada orang tua, ketika tradisi dominan adalah sebaliknya. Mungkinkah tafsiran sebagai langkah perkenalan calon presiden 2019 dapat diterima?

Indeks lain lebur dengan pertandaan ikon (penanda yang serupa dengan yang ditandainya): pertemuan antara SBY dan Prabowo Subianto. Dalam semantik semiotika: SBY serupa dengan mantan presiden SBY, Prabowo serupa dengan mantan calon presiden Prabowo. Secara formal keduanya bertemu dalam skala partai, membahas persoalan presidential threshold, tetapi ikonisitas dan indeksikalitas mantan presiden dan calon presiden, artinya "serba presiden", jelas mengarah kepada koalisi dalam pesta demokrasi 2019, dengan AHY yang tak beralasan untuk tidak dilibatkan, jika bukan sebagai presiden, setidaknya wakil presiden.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Politik (pewarisan) identitas SBY dapat dibaca sebagai transformasi dari "saya (mantan) presiden" menjadi "kami (keluarga) presiden"- dan usaha mendekatkan AHY dengan ikon kepresidenan bisa dimulai dari kunjungan ke Istana Negara, mengundang Presiden RI untuk membuka peresmian The Yudhoyono Institute, yang notabene kegiatan swadaya mantan Presiden RI. Keberadaan ikon "dua presiden" di dekat-dekat AHY dalam pragmatik semiotika adalah strategis: suatu langkah catur di papan politik. Lihai!

Bagaimana langkah catur Jokowi? Presiden punya pengalaman politik sebatas gubernur, wali kota, dan bisnis mebel, tapi semestinya mengenal budaya "politik wayang", sengaja ataupun tidak sengaja, langkah-langkahnya tak kalah lihai. Jurus penyetaraan "antara presiden, (mantan) presiden, dan (calon) presiden" diimbangi dengan jurus pemilahan "bapak dengan bapak, anak dengan anak".

Dalam Bharatayudha, anak raja (sepantasnya) berpadanan dengan anak raja, bukan raja, Abimanyu bertarung dengan Lesmana Mandrakumara, bukan Suyudana; padanan hierarkis adalah prinsip: mengetahui sais Arjuna adalah Kresna, Karna meminta Salya menjadi saisnya- tetapi di depan pers, tanda-tanda melekat pada AHY dan Gibran, sesama "anak presiden", tidak menjadikannya sama.

Tampak kontras keduanya: AHY dengan batik artistik dan sepatu hitam, Gibran dengan hoody dan sneakers- formal-nasional terimbangi kasual-global? Meski begitu, kulinernya Gibran "lokal kreatif": bubur gudeg. Permainan memanfaatkan tanda-tanda kekuasaan yang politis (The Yudhoyono Institute = [presiden] intelektual juga lho!), teralihkan (sebagian) bagi keuntungan strategi bisnis. Permintaan pasar atas bubur gudeg kreasi Gibran ini setidaknya untuk sementara, mungkin meningkat, berkat model iklan yang efektif karena konteks: Agus Harimurti Yudhoyono. Lihai!

Semua itu adalah teks. Dalam semiotika, tiap penggunaan teks, tiap penanganan bahasa, tiap semiosis (penggunaan tanda), timbul berkat ideologi yang secara sadar atau tak sadar dikenal pemakai tanda. Suatu pemeriksaan atas mekanismenya akan memperlihatkan bagaimana muslihat atau manipulasi dilakukan (Van Zoest, 1990 [1980]: 62-9) meski ketulusannya sendiri boleh dipercaya- tapi ketulusan bukanlah urusan semiotika.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Mendekati Pilkada 2024, Begini Riuh Kandidat Kuat Sejumlah Parpol

11 jam lalu

Mantan Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi (tengah) menyapa warga saat acara perpisahan akhir masa jabatan di Kantor Gubernur Sumatera Utara, Medan, Selasa 5 September 2023. Acara serah terima jabatan dan perpisahan Gubernur Sumut tersebut dihadiri sejumlah anggota DPRD, simpatisan dan ribuan warga dari berbagai komunitas sebagai bentuk ucapan terimakasih atas pengabdian selama periode 2018-2023. ANTARA FOTO/Fransisco Carolio
Mendekati Pilkada 2024, Begini Riuh Kandidat Kuat Sejumlah Parpol

Mendekati Pilkada 2024, partai-partai politik mulai menyiapkan kandidat yang akan diusung. Beberapa nama telah diisukan akan maju dalam pilkgub.


Bamsoet Ingatkan Pentingnya Pembenahan Partai Politik

25 hari lalu

Bamsoet Ingatkan Pentingnya Pembenahan Partai Politik

Partai politik memegang peran penting dalam menentukan arah kebijakan negara.


Pilihan Amerika Serikat Hanya Punya 2 Partai Politik, Ini Penjelasannya

25 hari lalu

Joe Biden dan Donald Trump dalam debat kandidat Presiden AS, 23 Oktober 2020.  REUTERS/Jim Bourg/Pool
Pilihan Amerika Serikat Hanya Punya 2 Partai Politik, Ini Penjelasannya

Amerika Serikat sebagai negara demokrasi terbesar di dunia memilih dominasi hanya dua partai politik yaiutu Partai Republik dan Partai Demokrat.


Prabowo Dinilai Butuh Koalisi Raksasa Usai Penetapan Pemilu 2024, Berikut Jenis-jenis Koalisi

31 hari lalu

Calon Presiden nomor urut 2, Prabowo Subianto menyampaikan pidato seusai penetapan sebagai pemenang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) di Kertanegara, Jakarta, Rabu, 20 Maret 2024. KPU menetapkan pasangan nomor urut 2 Prabowo Subianto - Gibran Rakabuming Raka sebagai pemenang Pemilu 2024. TEMPO/M Taufan Rengganis
Prabowo Dinilai Butuh Koalisi Raksasa Usai Penetapan Pemilu 2024, Berikut Jenis-jenis Koalisi

LSI Denny JA menyatakan Prabowo-Gibran membutuhkan koalisi semipermanen, apa maksudnya? Berikut beberapa jenis koalisi.


8 Parpol ke Senayan Penuhi Parliamentary Threshold di Pemilu 2024, Apa Bedanya dengan Presidential Threshold?

33 hari lalu

Ilustrasi Rapat DPR. TEMPO/M Taufan Rengganis
8 Parpol ke Senayan Penuhi Parliamentary Threshold di Pemilu 2024, Apa Bedanya dengan Presidential Threshold?

PDIP, Golkar, Gerindra, PKB, NasDem, PKS, Demokrat, dan PAN penuhi parliamentary threshold di Pemilu 2024. Apa bedanya dengan Presidential Threshold?


Daftar 8 Parpol yang Lolos ke DPR di Pemilu 2024, 10 Lainnya Gagal ke Senayan

34 hari lalu

Ketua KPU Hasyim Asy'ari dan para jajaran menunjukkan berita acara saat membacakan pemenang Pemilu 2024 di Gedung KPU, Menteng, Jakarta, Rabu, 20 Maret 2024. KPU mengumumkan pasangan Capres-Cawapres nomor urut 2 Prabowo-Gibran memenangkan Pilpres 2024 dengan jumlah 96.214.691 suara, sementara pasangan nomor urut 1 Anies-Cak Imin mendapat 40.971.906 suara dan Pasangan nomor urut 3 Ganjar-Mahfud 27.040.878. TEMPO/Febri Angga Palguna
Daftar 8 Parpol yang Lolos ke DPR di Pemilu 2024, 10 Lainnya Gagal ke Senayan

Hasil akhir rekapitulasi suara KPU menyebutkan 8 parpol lolos ke Senayan. Sementara 10 parpol lainnya gagal ke DPR di Pemilu 2024. Berikut daftarnya.


MK Tolak Gugatan Uji Materil Frasa Gabungan Partai Politik dalam UU Pemilu

35 hari lalu

Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Suhartoyo menjawab pertanyaan awak media di Gedung Mahkamah Konstitusi, Jakaarta Pusat, Selasa, 19 Maret 2024. ANTARA/Nadia Putri Rahmani
MK Tolak Gugatan Uji Materil Frasa Gabungan Partai Politik dalam UU Pemilu

Hakim MK mengatakan, keberlakuan Pasal 228 UU Pemilu sesungguhnya ditujukan bagi partai politik secara umum,


MK Putuskan Gugatan Mahasiswa soal Pembubaran Partai Politik Tidak Dapat Diterima

35 hari lalu

Hakim Mahkamah Konstitusi (MK), memimpin jalannya sidang dengan agenda pembacaan putusan uji formil aturan syarat usia capres dan cawapres di Ruang Sidang Pleno Mahkamah Konstitusi, Jakarta, Selasa, 16 Januari 2024. MK menolak permohonan yang diajukan oleh Pakar Hukum Tata Negara Denny Indrayana dan Zainal Arifin Mochtar. MK menolak gugatan uji formil terkait putusan nomor 90/PUU-XXI/2023 tentang syarat usia capres-cawapres. TEMPO / Hilman Fathurrahman W
MK Putuskan Gugatan Mahasiswa soal Pembubaran Partai Politik Tidak Dapat Diterima

Seorang mahasiswa mengajukan permohonan uji materiil Undang-undang tentang Partai Politik ke Mahkamah Konstitusi.


Jika 5 Parpol Tidak Gerakkan Hak Angket DPR, Pakar Hukum Tata Negara Sebut Ini yang Terjadi

36 hari lalu

Feri Amsari. TEMPO/M Taufan Rengganis
Jika 5 Parpol Tidak Gerakkan Hak Angket DPR, Pakar Hukum Tata Negara Sebut Ini yang Terjadi

Pakar hukum tata negara Feri Amsari melihat belum ada gerakan signifikan dari 5 parpol untuk gerakkan hak angket indikasi kecurangan Pemilu 2024.


Apa Kabar Hak Angket Pemilu 2024? Adnan Topan Husodo: Bisa Masuk Angin Jika Ada Parpol Tersandera Politik dan Hukum

41 hari lalu

Adnan Topan Husodo. linkedln.com
Apa Kabar Hak Angket Pemilu 2024? Adnan Topan Husodo: Bisa Masuk Angin Jika Ada Parpol Tersandera Politik dan Hukum

Dorongan parpol lakukan hak angket didukung setidaknya 50 tokoh belum lama ini. Adnan Topan Husodo mewaspadai beberapa hal yang bisa gagalkan ini.