Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Siapa

Oleh

image-gnews
Iklan

Untuk Romo Magnis-Suseno

Siapakah Ahok? Siapakah X? Dan Y? Bagaimana Anda menentukan mereka?

Saya ingat Groucho Marx. Ketika seseorang minta agar sang komedian menjelaskan identitasnya, ia menjawab, "Saya tak punya foto. Saya hanya punya jejak, tertinggal di kaus kaki saya."

Sebuah jawaban yang berseloroh, tapi juga jawaban yang bisa diberi makna yang lebih jauh. Identitas bukan terpaut di potret KTP. Identitas lahir dari sejarah perjalanan yang panjang. Identitas ada karena kita ingin mengenali orang lain, juga diri sendiri, dengan cara sederhana.

Identitas adalah penyederhanaan. Tentang seseorang, kita ambil satu sisi pribadinya saja dari beraneka ragam sisi, dan kita beri tanda. Mungkin nama.

Yang sering diabaikan, satu sisi saja akan tak cukup, bahkan tak adil, jika kita anggap bisa mewakili seluruh gurat yang tak tepermanai dalam diri seseorang. Kita bisa menghadirkan multiplisitas itu sebagai satu, tapi "satu" itu-jika kita pinjam argumen Alain Badiou-sebenarnya bukan.

Ada sejenis kekerasan: menentukan identitas adalah menyisihkan. Bila saya dan pejabat sensus mengatakan "Goenawan seorang Jawa", kesimpulan itu diambil seraya menyisihkan sisi "Jawa" yang lain yang barangkali ada.

Sebab bisakah kita mengetahui "Jawa" dengan mendefinisikannya? Tidak. Benarkah pengertian "Jawa" dalam diri saya mewakili seluruh "ke-Jawa-an", kalaupun "ke-Jawa-an" itu ada? Tidak.

Tapi kita sering terhanyut "politik identitas". "Politik" ini, sebagaimana diketahui, mula-mula gerakan (dan gelora hati) berdasarkan kesamaan etnis atau gender. Di tahun 1970-an ia berjangkit di AS sebagai bagian dari perjuangan untuk kesetaraan-perjuangan yang berbeda dengan pertentangan kelas Marxis.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Waktu itu, perempuan-perempuan, juga orang-orang hitam, bersama-sama membentuk, atau menjadi, satu identitas. Keanekaragaman mereka sendiri diwakili dalam yang satu itu. Dengan itulah mereka menggedor tembok lapuk masyarakat, hingga ruang pun terbuka bagi yang semula tak masuk hitungan.

Yang dilupakan: "politik identitas" adalah produk sebuah masa, sebuah tempat. Ia tak berakar pada yang selamanya ada. Identitas pada dasarnya hasil keputusan politik. Setidaknya, menegaskan identitas punya fungsi instrumental: cara praktis buat memperoleh pengakuan, kekuasaan, dan kedaulatan.

Itu, tentu saja, berlainan dengan sikap yang menyambut identitas sebagai bagian dari keterbukaan kepada yang berbeda-sebuah "sikap ethis". Dalam sikap ethis, seperti pada Groucho Marx, identitas dianggap tak sekaku pasfoto; identitas diletakkan bukan sebagai konsep yang mandek, melainkan sesuatu yang terjadi dalam sejarah, berubah terus, serba mungkin. Dalam sikap ethis, identitas hadir bagaikan sebuah gugusan, atau "konstelasi", ciri-ciri yang berdekatan tapi bisa lepas.

Tentu, orang suka bisa punya identitas dan menganggapnya sangat berharga. Amin Maalouf, sastrawan Prancis asal Libanon, orang Katolik dari tengah masyarakat Islam, menyebutnya "les genes de l'me".

Tapi sebagian besar dari "gen sukma" itu, seperti diakui Maalouf sendiri, bukan sesuatu yang lahir bersama kita. Ia didapat atau ditera dari proses bermasyarakat. Siapakah Ahok, X, dan Y-jangan-jangan Anda ikut menentukannya. Tapi pada saat-saat tertentu, Ahok, X, dan Y adalah nasib-nasib tersendiri (dan "nasib adalah kesunyian masing-masing", kata Chairil Anwar), tak mewakili apa pun, tak diwakili apa pun.

Bertolak dari paradigma politik identitas, para penelaah menutup mata kepada nasib-nasib itu-di mana pengertian "minoritas" dan "mayoritas" tak berlaku.

Tidakkah kita perlu paradigma baru?

Yang jelas, kita perlu politik keadilan yang membuka jalan bagi orang-orang yang terjepit: politik buat yang lemah dan digusur, juga politik buat yang dibungkam kebencian dan suara beringas. Mungkin ia X, nelayan yang lautnya direbut, mungkin ia Y, gadis toko yang diberhentikan. Mungkin ia bernama Ahok.

Goenawan Mohamad

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


5 Fakta Dugaan Sabotase Kereta Cepat Sebelum Pembukaan Olimpiade Paris 2024

3 menit lalu

Tentara berjaga di depan Menara Eiffel menjelang Olimpiade Paris 2024, Prancis, 21 Juli 2024.REUTERS/Stefan Wermuth
5 Fakta Dugaan Sabotase Kereta Cepat Sebelum Pembukaan Olimpiade Paris 2024

Sabotase kereta cepat disebut-sebut sebagai upaya terencana beberapa jam menjelang upacara pembukaan Olimpiade Paris 2024.


Berita MotoGP: Joan Mir Perpanjang Kontrak di Repsol Honda hingga 2026

7 menit lalu

Joan Mir pembalap MotoGP di Repsol Honda. (Foto: Repsol Honda)
Berita MotoGP: Joan Mir Perpanjang Kontrak di Repsol Honda hingga 2026

Pembalap MotoGP Joan Mir memperpanjang kontraknya dengan tim pabrikan Honda Racing Corporation (HRC/Repsol Honda) selama dua musim.


Indikator Keberhasilan Pilkada 2024: Partisipasi Generasi Muda sampai Semua Pihak Patuhi Aturan

9 menit lalu

Ilustrasi TPS Pilkada. Dok TEMPO
Indikator Keberhasilan Pilkada 2024: Partisipasi Generasi Muda sampai Semua Pihak Patuhi Aturan

Beberapa indikator Pilkada 2024 berhasil, antara lain partisipasi generasi muda sebagai pemilih terbesar dan mematuhi aturan oleh semua pihak terlibat


Komika Arie Kriting Besut Film Kaka Boss, Berikut Film Lain yang Dibintanginya Termasuk Agak Laen

13 menit lalu

Stand Up Comedian Arie Kriting dengan gaya khas orang Timur tampil menghibur penonton di ajang Tujuh Hari Untuk Kemenangan Rakyat di Teater Salihara, Jakarta,  19 Juli 2014. TEMPO/Nurdiansah
Komika Arie Kriting Besut Film Kaka Boss, Berikut Film Lain yang Dibintanginya Termasuk Agak Laen

Arie Kriting menjadi sutradara film Kaka Boss. Sebelumnya, ia telah bermain dalam beberapa film termasuk Agak Laen.


Olivia Rodrigo Tegaskan Dukungan untuk Kamala Harris atas Isu Hak Reproduksi

14 menit lalu

Olivia Rodrigo/Foto: Instagram/Olivia Rodrigo
Olivia Rodrigo Tegaskan Dukungan untuk Kamala Harris atas Isu Hak Reproduksi

Olivia Rodrigo menunjukkan dukungannya kepada Kamala Harris dengan mengunggah ulang video yang mengkritik kebijakan Donald Trump tentang aborsi.


Cegah Wabah, WHO Kirim Lebih dari 1 Juta Vaksin Polio ke Gaza

14 menit lalu

Anak-anak Palestina menangis saat berebut makanan dimasak oleh dapur amal, di tengah kelangkaan makanan, saat konflik Israel-Hamas berlanjut, di Jalur Gaza utara, 18 Juli 2024. REUTERS/Mahmoud Issa
Cegah Wabah, WHO Kirim Lebih dari 1 Juta Vaksin Polio ke Gaza

WHO mengirimkan lebih dari satu juta vaksin polio ke Gaza untuk mencegah anak-anak terkena wabah


PSN Rempang Eco City Tetap Lanjut, Walhi: Suara Rakyat Diabaikan

14 menit lalu

Warga Rempang bentangkan spanduk di atas kapal di laut Pulau Rempang, Kota Batam, Senin, 20 Mei 2024. TEMPO/Yogi Eka Sahputra
PSN Rempang Eco City Tetap Lanjut, Walhi: Suara Rakyat Diabaikan

Pemerintah memutuskan untuk tetap melanjutkan Proyek Strategis Nasional (PSN) Rempang Eco City. Walhi sebut pemerintah abaikan suara rakyat.


Segini Harta Kekayaan Hakim MA yang Perintahkan Rumah Istri Rafael Alun Dikembalikan

14 menit lalu

Terdakwa mantan pejabat eselon III kabag umum Kanwil Ditjen Pajak Jakarta Selatan II, Rafael Alun Trisambodo (tengah) berbincang dengan kuasa hukumnya saat mengikuti sidang pembacaan surat amar putusan, di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Senin, 8 Januari 2024. Rafael menyatakan masih pikir-pikir soal kemungkinan mengajukan banding atas vonis 14 Tahun penjara dan denda Rp 500 juta yang dijatuhkan  Majelis Hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi kepadanya. TEMPO/Imam Sukamto
Segini Harta Kekayaan Hakim MA yang Perintahkan Rumah Istri Rafael Alun Dikembalikan

Lewat putusan kasasi, hakim MA (Mahkamah Agung) memerintahkan harta istri Rafael Alun Trisambodo dikembalikan. Segini kekayaan hakim tersebut.


Sepak Terjang Hendry Lie, Tersangka Korupsi Timah yang Keberadaannya Dimonitor Kejagung

14 menit lalu

Hendry Lie. (Dok. PT. Tinindo Inter Nusa (TIN))
Sepak Terjang Hendry Lie, Tersangka Korupsi Timah yang Keberadaannya Dimonitor Kejagung

Hendry Lie, tersangka korupsi timah yang juga pendiri perusahaan maskapai PT Sriwijaya Air.


Login WhatsApp Web Kini Bisa Tanpa Nomor Telepon, Muncul Risiko Penipuan Akun

14 menit lalu

WhatsApp Web. Kredit: Tech Advisor
Login WhatsApp Web Kini Bisa Tanpa Nomor Telepon, Muncul Risiko Penipuan Akun

Privasi pengguna kian aman saat memakai WhatsApp Web yang didaftarkan tanpa nomor telepon. Namun, pengguna jadi harus mewaspadai akun palsu.